Fotokita.net - Komandan KRI Nanggala-402 curhat rencana pembelian kapal selam bekas, kapal perang TNI AL ini tenggelam saat bertugas, ternyata barang bekas dibeli dengan harga selangit.
Sosok Komandan KRI Nanggala-402Letkol Laut (P) Heri Oktavian terus menjadi sorotan sejak kapal selam andalan TNI AL itu dinyatakan hilang kontak di perairan utara Bali sejak Rabu (21/4/2021).
Setelah pengumuman resmi dari Panglima TNI yang menyatakan KRI Nanggala-402 tenggelam hingga 53 awak di dalamnya gugur dalam tugas, kenangan terhadap Letkol Heri Oktavian terus bermunculan.
KRI Nanggala-402 adalah salah satu kapal selam yang resmi menjadi bagian dari alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia pada 1981.
Letkol Heri Oktavian mantan Komandan Sekolah Kapal Selam TNI AL ini mulai dilantik sebagai orang nomor satu di KRI Nanggala-402 sejak3 April 2020.
Dikutip dari Surya.co.id, Letkol Heri Oktavian dikenal sebagai sosok yang baik, cekatan dan rajin.
Hal tersebut dikatakan oleh Ketua RW 04, Sukolilo Baru, Bulak, Surabaya, Anggoro Wicaksono yang memimpin wilayah perumahan yang ditinggali Letkol Heri Oktavian.
Bahkan dikatakannya warga setempat mempercayakan Letkol Heri Oktavian sebagai Ketua Rukun Tetangga (RT) 02.
Ayah dua orang anak ini juga kerap melakukan aktivitas olahraga di wilayah tempat tinggalnya.
Bahkan dikatakannya, anak - anak Letkol Heri dua perempuan, usianya pun masih belia dan belum menginjak sekolah.
Kenangan terhadap Letkol Heri Oktavian juga dimiliki wartawan senior Harian Kompas Edna C. Pattisina.
Melalui kompas.id, Edna Pattisina menuliskan pengalamannya menjalin relasi baik dengan Letkol Heri Oktavian.
"Saya pertama kali bertemu Heri Oktavian sekitar Desember 2011 ketika ditugaskan menulis tentang Satuan Kapal Selam di Surabaya," tulis Edna.
Sempat vakum berkomunikasi, mulai tahun 2020 kami kembali berkirim pesan, terutama terkait rencana pemerintah membeli kapal selam baru.
Kami pun bertukar gosip. Heri sangat khawatir dengan rencana pembelian kapal selam bekas.
Ia menceritakan betapa TNI AL, khususnya korps Hiu Kencana, membutuhkan kapal selam yang mumpuni. Artinya, memiliki kemampuan bertempur.
Ia sempat menyinggung kapal selam buatan PT PAL yang tidak memuaskan serta overhaul Nanggala yang terus tertunda tahun 2020 padahal kapal selam itu harus terus disiapkan.
Untuk itu ia berharap para pembuat keputusan benar-benar memikirkan TNI dan prajuritnya bukan hanya ”asal bapak senang” demi pangkat dan kursi yang enak atau keuntungan material. Sempat terungkap cerita dari Heri tentang korban-korban yang jatuh akibat alat utama sistem senjata yang buruk.
Sempat juga ia berkisah tentang perwira yang justru dipersulit atasannya karena melaporkan buruknya kapal selam buatan PT PAL. ”Sama media, gue berharap. Beritakan yang sebenarnya,” katanya.

KRI Alugoro kapal selam buatan Indonesia.
Belakangan ia cukup lega karena isu pembelian kapal selam bekas yang sangat tua ternyata tak berlanjut. Ternyata, masih banyak orang di Kementerian Pertahanan dan TNI AL yang berkomitmen untuk TNI AL dan Korps Hiu Kencana yang lebih baik. ”Mereka berani mengatakan yang sebenarnya,” katanya saat itu.
Musibah KRI Nanggala-402 yang tenggelam saat bertugas bukanlah kejadian pertama.
Kapal perang milik TNI Angkatan Laut, KRI Teluk Jakarta 541, tenggelam di perairan Masalembo, dekat Pulau Kangean, Jawa Timur, pada Selasa (14/7/2020).
Kapal disebut tenggelam di kedalaman 90 meter. Dilansir dari Antara, Kepala Penerangan TNI AL Laksamana Pertama M Zaenal mengatakan, tenggelamnya KRI Teluk Jakarta 541 terjadi sekitar pukul 09.00 WIB.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. "Seluruh ABK berjumlah 55 orang dalam keadaan selamat," ujar Zaenal.
KRI Teluk Jakarta 541 disebut mengalami kebocoran yang menyebabkan kapal itu tenggelam. Selain itu, gelombang laut juga cukup tinggi yang membuat kapal itu terhantam.

KRI Teluk Jakarta 541
"Gelombang laut di sekitar lokasi saat kejadian cukup tinggi antara 2,5 sampai dengan 4 meter," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Mohamad Zaenal.
Menurut Zaenal, kapal tenggelam dan berada di kedalaman 90 meter di perairan timur laut Pulau Kangean.
Saat ini, semua awak kapal dalam keadaan selamat. "Gelombang laut di sekitar lokasi saat kejadian cukup tinggi antara 2,5 sampai dengan 4 meter," ujar Zaenal, dilansir dari Antara.
Kapal perang yang digunakan sebagai armada pendarat itu diketahui sedang melaksanakan operasi dukungan laut untuk pergeseran logistik ke wilayah timur.

KRI Teluk Cendrawasih
Sebanyak 54 anak buah kapal kemudian diselamatkan awak KM Tanto Sejahtera yang sedang berlayar di lokasi.
Adapun satu ABK lain ditolong oleh awak KM Dobonsolo milik PT Pelni. KRI RE Martadinata-331 yang sedang berada di sekitar lokasi pada Selasa malam dikabarkan sedang menunggu cuaca baik untuk transfer ABK.
Selanjutnya, ABK akan dibawa ke Surabaya. KRI Teluk Jakarta 541 saat ini masuk ke dalam Satuan Kapal Amfibi.
Kapal berjenis Frosch-1/Type 108 itu dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast, pada masa Jerman Timur masih berdiri.
Pada 1979, kapal itu digunakan untuk Angkatan Laut Jerman Timur. Indonesia membawanya untuk TNI AL sebagai salah satu paket pembelian sejumlah kapal perang eks Jerman Timur pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.

3 Kapal Perang TNI AL Latihan Bareng Kapal Perang Rusia.
Sekadar mengingatkan, di era Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) BJHabibie,Indonesiapernah membeli 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur.
Dengan modal nekat dan butuh cepat, pemerintah memborong kapal-kapal tersebut dengan cara utang.
Duit yang digelontorkan untuk membawa 'barang antik' itu tidak sedkit, yakni AS$ 422,8 juta dengan nilai pembukuan sebesar AS$ 466 juta setelah dijamin dengan kredit ekspor.
Ke-39 kapal perang itu mencakup 16 kapal jenis Parchim Corvette, 14 kapal jenis Frosch Troop Landing Ship Tanks (LSTs), dan 9 kapal jenis Condor Penyapu Ranjau.
Pembelian 39 kapal itu rupanya terkesan dipaksakan. Dengan kas negara yang 'amburadul' saat itu, pemerintah ngotot untuk menghadirkan kapal-kapal tersebut.
Bahkan sebelum kapal datang ke Tanah Air, kabarnya sempat terjadi tarik ulur antara Habibie dengan Mar'ie Muhammad, Menteri Keuangan kala itu.

KRI Banda Aceh 593 dan KRI Dr Suharso 990
Jika Habibie nafsu untuk memboyong kapal-kapal tersebut maka Mar'ie sebaliknya, enggan membeli kapal tersebut. Soalnya, harga yang dipatok Menristek berbeda dengan hitungan Menkeu.
Belum lagi untuk menyulap 'barang rongsokan' menjadi barang baru, tentunya akan membutuhkan duit yang besar.
Untuk yang satu ini, pada tahun 2001-2003, pemerintah menerima pinjaman dari pemerintah Jerman untuk biaya perbaikan dan perawatan serta bongkar-pasang (overhaul) kapal-kapal tersebut dengan nilai 65,641,808 Euro.
Berdasarkan Inpres 3/1992 tertanggal 3 September 1992, Presiden Soeharto memutuskan pembelian 39 kapal perang yang terdiri atas 16 korvet, 14 LST (landing ship tank) dan sembilan penyapu ranjau. Harga seluruh kapal itu adalah 482 juta dolar AS.
Kesempatan bertemu dengan para perwira ABRI juga dimanfaatkan oleh Kepala Negara untuk menjelaskan proses pembelian kapal-kapal perang itu, terutama setelah dilakukan pendekatan dengan Kanselir Jerman Helmut Kohl.

KRI Teluk Cendrawasih 533
Setelah mendapat penjelasan dari pengusaha swasta itu bahwa mereka tidak akan mendapatkan komisi dari info yang mereka berikan, Kepala Negara kemudian minta Habibie untuk mencari informasi lebih mendalam dan terinci.
“Saya menyuruh Menristek (BJ Habibie), karena sudah dikenal baik oleh para pejabat dan pengusaha swasta Jerman. Dia mula-mula tidak tahu apa-apa mengenai masalah ini. Karena itu penunjukan Menristek tidak perlu diributkan. Penunjukan itu bukan karena tidak percaya pada para perwira Hankam atau ABRI,” tegas Presiden.
Ketika itu,MajalahTempo, tabloidDeTik, dan majalahEditormengkritik pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur oleh pemerintahan Soeharto.
Kabar itu berfokus pada harga pembelian yang diperdebatkan oleh Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie dan Menteri Keuangan Marie Muhammad.

Presiden Joko Widodo meninjau kesiapan kapal perang KRI Usman Harun di Puslabuh TNI AL di Selat Lampa, Natuna, Rabu (8/1/2020). Selain itu Jokowi juga mengadakan silaturahmi dengan para nelayan di Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) Selat Lampa Natuna.
Utamanya, besaran harga dari US$ 12,7 juta menjadi US$ 1,1 miliar. Sepekan sebelumnya, majalahTempomengungkapkan pembengkakan harga kapal bekas sebesar 62 kali lipat.
Pada 9 Juni 1994, dua hari setelah pemberitaan tersebut, ketika meresmikan pembangunan Pangkalan Utama Angkatan Laut di Teluk Ratai, Lampung, Soeharto marah besar.
Dia menegaskan keberpihakannya kepada ABRI. Soeharto menghujat pers. Dia memerintahkan supaya menindak tegas media yang “mengadu domba”.
MajalahTempo, tabloidDeTik, dan majalahEditordiberedel oleh Menteri Penerangan Harmoko. Goenawan kala itu merupakan Pemimpin RedaksiTempo.
(*)