Fotokita.net -Wabah virus corona kembali membuat tegang dunia lantaran sejumlah negara mulai melaporkan adanya peningkatan kembali kasus pasien yang mengalami gejala penyakit Covid-19.
Ancaman gelombang kedua corona memang membuat gelisah sejumlah negara yang sudah mengalami pukulan hebat sisi ekonominya.
Korea Selatan adalah salah satu negara yang melaporkan atas serangan kedua makhluk tak kasat mata itu.
Belum lagi kelar urusan serangan corona yang sudah bikin ekonominya luluh lantak, Korea Selatan mulai ketar-ketir terhadap aksi saudara dekatnya, Korea Utara.
Terkait Korea Utara dan Korea Selatan, nampaknya kedua negara ini terus saling waspada sekaligus menebar ancaman.
Militer Korea Selatan sedang mengamati dengan seksama dua artileri Korea Utara di wilayah perbatasan Gaemori.

Ilustrasi Korea Utara
Sebab, moncong artileri itu tampak terbuka, memunculkan kekhawatiran senjata tersebut bisa digunakan.
"Tapi, (moncong artileri) itu adalah kegiatan yang sering dibuka dan ditutup oleh militer Korea Utara. Ada kemungkinan moncong terbuka untuk menghilangkan kelembaban atau untuk pekerjaan ventilasi," ujar sumber Kantor Berita Yonhap di Pemerintah Korea Selatan.
Selain itu, Korea Utara juga terus mengirim tentara dalam kelompok kecil ke pos-pos penjagaan perbatasan di Zona Demiliterisasi yang memisahkan dua negara, di tengah kekhawatiran Pyongyang mewujudkan ancaman aksi militernya terhadap Korea Selatan.
Sumber itu mengatakan, Korea Utara mengirim kelompok kecil hingga lima tentara dengan sekop dan sabit ke pos penjagaan dan kotak pengintaian untuk melakukan pembersihan semak-semak dan pemeliharaan jalan di perbatasan di Zona Demiliterisasi.

Gambar yang diambil pada 24 Agustus 2019 dan dirilis 25 Agustus oleh kantor berita Korea Utara 9KCNA) memperlihatkan Pemimpin Korut kim Jong Un merayakan uji coba senjata peluncur roket berukuran besar di lokasi yang tidak diketahui.
Sebelumnya, Korea Utara mengancam akan memindahkan pasukan ke kompleks industri bersama yang sekarang tutup di kota perbatasan Kaesong dan zona wisata Gunung Kumgang di pantai Timur, serta mengembalikan pos penjaga perbatasan yang dihapus berdasarkan Kesepakatan 2018.
Tanda tidak biasa
"Pos penjagaan dan kotak pengintaian jelas merupakan fasilitas untuk keperluan militer," kata sumber itu, Ahad (21/6/2020).
"Jadi, wajar kalau ada gerakan militer di balik itu (pengiriman tentara untuk pembersihan semak-semak). Tapi, kami terus mengawasi mereka".
Menurut sumber itu, militer Korea Selatan percaya, kegiatan yang dilakukan setidaknya oleh sejumlah pasukan Korea Utara tingkat peleton bisa dilihat sebagai tanda yang tidak biasa yang membutuhkan perhatian khusus.
Hanya, sumber itu menambahkan, belum ada kegiatan yang terlihat terkait dengan pemulihan pos penjaga yang dihapus berdasarkan Perjanjian Militer Komprehensif Korea, yang ditandatangani pada September 2018 untuk mengurangi ketegangan perbatasan.

Korea Utara meledakkan kantor penghubung Korea Selatan.
Ketegangan antara kedua Korea memuncak ketika Korea Utara awal pekan lalu menghancurkan kantor penghubung antar-Korea yang ada di Kaesong dan mengeluarkan peringatan aksi militer terhadap Korea Selatan.
Namun, militer Korea Selatan juga memperingatkan, mereka akan merespons dengan kuat seandainya Korea Utara melancarkan provokasi militer.
Korea Selatan bilang, Korea Utara bakal membayar mahal aksi militer mereka.

(ilustrasi) Drone milik militer Amerika Serikat
Korea Utara dan Korea Selatan kini tengah mendapat sorotan dunia karena ketegangan yang belakangan terjadi diantara keduanya.
Di tengah sorotan tersebut, ada hal menarik dari militer Korea Selatan.
Rupanya, Angkatan Udara (AU) Korea Selatan berencana mengoperasikan pesawat tanpa awak canggih Global Hawk paling cepat bulan depan.
Berdasarkan kesepakatan 2011 dengan Amerika Serikat (AS), Korea Selatan membeli empat RQ-4 Block 30 Global Hawk Remotedy Aircraft (RPA) dan sejauh ini sudah menerima tiga unit, dengan yang pertama tiba Desember 2019.
"Kami akan mengirim Global Hawk untuk operasi aktual pada paruh kedua tahun ini. Mereka akan dioperasikan setelah satu unit yang tersisa tiba yang akan berlangsung segera," kata sumber Kantor Berita Yonhap di militer Korea Selatan, Senin (22/6).
Skuadron AU Korea Selatan yang bertanggungjawab atas aset canggih tersebut sedang melakukan pelatihan penerbangan, menurut sumber itu.
Tidak ada acara untuk menandai pengoperasian Global Hawk karena merupakan salah satu 'aset strategis utama'.
Sejatinya, sumber lain Yonhap mengatakan, AU Korea Selatan menargetkan 'akhir Oktober atau awal November' untuk pengoperasian Global Hawk.
Tapi, bisa lebih cepat lantaran Korea Utara merencanakan acara besar pada Oktober nanti.
Negara komunis itu berencana mengadakan parade militer berskala besar untuk menandai peringatan 75 tahun berdirinya Partai Buruh yang berkuasa, menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan. Peringatan itu jatuh pada 10 Oktober.
Harga Rp 3 triliun
Sebelumnya, media lokal melaporkan, Angkatan Udara Korea Selatan, Senin (22/6), menerbangkan Global Hawk sebagai bagian dari peningkatan pengawasan terhadap Korea Utara di tengah ancaman Pyongyang melakukan tindakan militer.
Tetapi, AU Korea Selatan membantah laporan itu.
"Penerbangan itu adalah bagian dari program pelatihan yang sedang berlangsung," kata seorang perwira AU Korea Selatan seperti dikutip Yonhap.
"Kami sedang berupaya menerjunkan aset secara normal".
Yang jelas, sebagai salah satu platform intelijen paling canggih di dunia, pesawat nirawak buatan Northrop Grumman mampu melakukan misi pengintaian selama 40 jam pada suatu waktu dengan ketinggian sekitar 20 kilometer di atas permukaan laut.
Dilengkapi dengan teknologi sensor radar pengawasan Bumi multi-platform state-of-the-art, Global Hawk bisa melakukan tugas-tugas intelijen hingga rentang 3.000 kilometer dan membedakan objek di tanah sekecil 30 sentimeter.
Global Hawk seharga US$ 220 juta (Rp 3,08 triliun), menurut majalah teknologi Wired, dirancang untuk mengumpulkan informasi intelijen secara real-time, dengan pencitraan gambar resolusi tinggi untuk segala cuaca dan medan, baik siang maupun malam.
Dengan panjang 14,5 meter, lebar sayap 39,8 meter, dan berat 6.781 kilogram, Global Hawk tidak memiliki kemampuan ofensif.
Meski begitu, pesawat tanpa awak ini bisa dioperasikan semi-otonom. Sehingga, bisa menyelesaikan misi tanpa bantuan intervensi manusia.
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Mengenal Global Hawk, drone canggih Korea Selatan yang siap intai Korea Utara
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Memanas, moncong artileri Korea Utara dalam posisi terbuka ke arah Korea Selatan