Follow Us

Unggah Rancangan Anggaran Janggal ke Media Sosial Jadi Heboh, Sebetulnya Ayah William Aditya Sarana Ingin Sang Anak Ikuti Jejaknya Tekuni Profesi Ini

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 02 November 2019 | 09:02
William Aditya Sarana
KOMPAS.COM (RYANA ARYADITA UMASUGI)

William Aditya Sarana

Fotokita.net - Banyak orang kagum dengan keberanian anggota DPRD DKI JakartacWilliam Aditya Sarana dalam membongkar kejanggalan pada rancangan Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020 DKI Jakarta.

Lewat media sosial, William Aditya Sarana mengungah data rancangan anggaran yang menurutnya tak masuk akal alias aneh. Katanya, ada kejanggalan anggaran pembelian lem Aibon sebesar Rp 82 miliar. Ia pun menuai pujian dari publik.

Anggaran pembelian dengan harga fantastis itu sudah masuk di dalam sistem rancangan Kebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020 DKI Jakarta.

"Kemarin saya temukan ada usulan belanja lem aibon senilai Rp 82 miliar di Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat."

"Ini usulan dari mana? Kenapa lem aibon dan kenapa angkanya besar sekali? Saya minta gubernur jelaskan, jangan buang badan ke anak buah!" tegas William.

Kemudian, politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu juga menemukan anggaran pengadaan bolpoin sebesar Rp 124 miliar di Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Timur.

Baca Juga: Ajak Berantem William Aditya Sarana di DPRD DKI, Politikus Senior Ini Rupanya Pernah Jadi Penggerak Pansus untuk Lengserkan Ahok

William Aditya Sarana. Anggota DPRD DKI Jakarta 2019-2024.
kompas.com

William Aditya Sarana. Anggota DPRD DKI Jakarta 2019-2024.

Selain itu, anggaran Rp 121 miliar juga ditemukan untuk pengadaan 7.313 unit komputer di Dinas Pendidikan.

Lalu, ada beberapa unit server dan storage dianggarkan senilai Rp 66 miliar oleh Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik.

Aksi William Aditya Sarana yang terkesan berani itu lantas menjadi sorotan hingga publik mencari tahu, siapa dan seperti apa sosok anggota DPRD DKI Jakarta ini.

Baca Juga: Gara-gara Heboh Usulan Anggaran Bernilai Fantastis, Anies Baswedan Kehilangan 2 Pejabat Terasnya. Siapa Saja Mereka?

William Aditya Sarana lahir di Jakarta Barat, 2 Mei 1996 sehingga saat ini, William masih berusia 23 tahun.

Hal ini membuat William menjadi anggota DPRD DKI Jakarta paling muda sekaligus satu dari delapan anggota dewan terpilih dari PSI.

William Aditya Sarana, anggota DPRD DKI Jakarta yang bongkar kejanggalan anggaran Lem Aibon.
KOMPAS.COM (RYANA ARYADITA UMASUGI)/Twitter (@willsarana)

William Aditya Sarana, anggota DPRD DKI Jakarta yang bongkar kejanggalan anggaran Lem Aibon.

William baru saja diwisuda dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) pada akhir Agustus.

Sehingga saat mendaftar sebagai caleg, ia mencantumkan profesinya sebagai pelajar.

William maju sebagai caleg dari daerah pemilihan DKI Jakarta 9 meliputi Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Tambora.

Baca Juga: Heboh Soal Anggaran Pembelian Lem Aibon, Ternyata Alat Perekat yang Sudah Nempel Diingatan Kita Ini Juga Sering Disalahgunakan Sejak Dulu. Begini Penjelasannya

Dalam Pileg 2019, William sukses meraih 12.295 suara yang mengantarkannya sebagai legislator termuda.

Ia kini duduk di Komisi A DPRD DKI Jakarta yang mengawasi bidang pemerintahan, satu komisi dengan eks penyanyi cilik Tina Toon.

Anies Baswedan jelaskan anggaran dana ATK yang membengkak.
tangkap layar youtube

Anies Baswedan jelaskan anggaran dana ATK yang membengkak.

William mengaku telah jatuh cinta dengan dunia politik sejak SMA.

William yang saat itu bersekolah di SMA Dian Harapan, memutuskan untuk bergabung sebagai OSIS.

Selepas SMA, minat William Aditya Sarana terhadap dunia politik semakin tersalurkan.

Ia tercatat dua kali magang di lembaga pemerintahan yakni Sekretariat Kabinet (2017) dan Mahkamah Konstitusi (2015).

Baca Juga: Bikin Heboh Gara-gara Masuk Anggaran Disdik DKI, Rupanya Lem Aibon Diimpor Keluarga Ketua Penasihat Ekonomi Jusuf Kalla dari Negara Ini

Bahkan, William Aditya Saran juga menjadi anggota kongres mahasiswa UI sekaligus ketua mahkamah mahasiswa UI.

Dengan berbagai pengalamannya tersebut, William semakin terlibat di dunia politik praktis, terutama saat terjun menjadi caleg.

Hal itu dilakukan karena William merasa, anggota DPRD DKI di periode sebelumnya cukup "buruk".

Satu di antara alasannya, karena tak ada anggota yang melaporkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) ke KPK.

Ilustrasi lem Aibon
Uje

Ilustrasi lem Aibon

William Aditya Sarana juga menorehkan penghargaan yang tak main-main.

Ia pernah meraih Juara 1 PKM-Penelitian FHUI (2016) dan Juara 3 Consdraft MPR RI (2017).

Baca Juga: Punya Anggaran Daerah Rp 86 Triliun, Mengapa Jakarta Tak Mampu Mengurus Kampung yang Dikepung Sampah Ini? Foto-foto Tunjukkan Warga Kampung yang Nyaris Tak Pernah Injak Tanah Bebas Sampah!

Bahkan, Alumni UI itu sempat diganjar penghargaan Student Research Award Tanoto Foundation (2015) dan Finalist of National Constitutional Drafting Competition Padjajaran Law Fair (2016).

William rupanya kerap menjadi pembicara di berbagai acara.

Sebut saja International Symposium Human Rights for Youth pada 2016 lalu yang digelar UI bersama organisasi Human Rights Resource Centre.

William Aditya Sarana mempertanyakan anggaran di pos Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk pembelian lem aibon yang mencapai RP 82.8 miliar.
Kolase foto dari Kompas.com

William Aditya Sarana mempertanyakan anggaran di pos Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk pembelian lem aibon yang mencapai RP 82.8 miliar.

Masih dari Tribun Jakarta, keputusan William Aditya Sarana terjun ke politik praktis di usia muda rupanya sempat ditolak keluarga.

Penolakan tersebut karena adanya anggapan, politik itu "kotor."

"Yang kaget dan sempat menolak sebenarnya keluarga saya. Karena dianggap terlalu muda dan politik kotor."

Baca Juga: Dikenal Orang yang Antipolitik, Kini Gibran Makin Serius Maju Pada Pilkada Solo 2020. Begini Penjelasan Putra Sulung Jokowi Itu Soal Rencana Bisnisnya Ke Depan

"Keluarga awalnya enggak mendukung. Mereka (mulai) menerima ketika dapat nomor urut, karena rangkaiannya kan panjang sampai dapat nomor urut."

"Kalau pas seleksi kan kurang setuju," tutur dia.

Sang ayah yang seorang advokat ingin agar William mengikuti jejaknya.

Apalagi William juga memiliki latar belakang pendidikan hukum.

"Ayah saya advokat jadi mungkin ekspektasi ke saya juga jadi advokat."

"Tapi menurut saya politik lebih penting sih dalam kondisi bangsa seperti ini karena kita kekurangan politisi baik," kata dia.

Dari LHKPN yang dilaporkan William Aditya Sarana per 13 Mei 2019, ia memiliki harta kekayaan senilai Rp 1.586.000.000.

Aset berupa kas dan setara kas menyumbang sebagian besar kekayaan William, yaitu sebesar Rp 1 miliar.

Sisanya, William memiliki aset berupa satu bidang tanah dan bangunan di Kota Depok senilai Rp 500 juta.

Baca Juga: Barbie Kumalasari Punya 2 ATM dengan Isi Saldo Capai Rp 3 Miliar, Sementara 2 Kartu ATM Milik Raffi Ahmad Sukses Bikin Uya Kuya Melongo!

Ia juga memunyai mobil Toyota Yaris senilai Rp 80 juta dan harta bergerak lainnya sebesar Rp 6 juta.

William tidak memiliki sepeser pun utang.

Banyak orang kagum dengan keberanian William Aditya Sarana dalam membongkar kejanggalan pada rancangan KUA-PPAS.

Pemprov menganggarkan Rp 82 miliar untuk pembelian lem Aibon dalam program belanja alat tulis kantor untuk SD Negeri di Jakarta Barat tahun 2020. Hal itu disampaikan anggota DPRD DKI, William Aditya Sarana dalam akun Instagramnya @willsarana.
Akun Instagram @willsarana

Pemprov menganggarkan Rp 82 miliar untuk pembelian lem Aibon dalam program belanja alat tulis kantor untuk SD Negeri di Jakarta Barat tahun 2020. Hal itu disampaikan anggota DPRD DKI, William Aditya Sarana dalam akun Instagramnya @willsarana.

Namun, aksinya ini justru membuat William disentil oleh Wakil Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta, Inggard Joshua di sela-sela rapat KUA-PPAS 2020 DKI Jakarta, Kamis (31/10/2019).

Politikus Gerindra itu menilai William tidak memiliki tata krama lantaran mengunggah rancangan KUA-PPAS ke media sosial.

“Sebagai anggota dewan, kita perlu punya rasa harga diri dan punya tata krama dalam rangka menyampaikan aspirasi."

Baca Juga: Posisinya Sebagai Menteri Agama Jadi Kontroversi Buat Ulama Kita, Baru Sepekan Menjabat Fachrul Razi Sudah Bikin Gerah DPR. Ada Apa?

"Aspirasi itu boleh keluar setelah kita melakukan pembahasan, jangan sampai artinya kita belum melakukan pembahasan sudah ramai di koran,” ujar Inggard dalam rapat itu.

Inggard menyatakan, seharusnya kritik anggaran Pemprov DKI Jakarta ini dilakukan dalam rapat.

Anggota Komisi A dan anggota fraksi Nasdem DPRD DKI Jakarta, Inggard Joshua, saat ditemui wartawan, di ruang kerjanya di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (18/4/2016).
Kompas.com/Kurnia Sari Aziza

Anggota Komisi A dan anggota fraksi Nasdem DPRD DKI Jakarta, Inggard Joshua, saat ditemui wartawan, di ruang kerjanya di Gedung DPRD DKI Jakarta, Senin (18/4/2016).

“Ini saya berharap forum yang kencang itu di ruangan ini. Kita mau berantem ya berantem di ruangan ini jangan berantem di luar,” katanya.

Inggard mengatakan, seharusnya William sebagai anggota DPRD pun menandakan dan mencatat anggaran apa saja yang memang janggal dan memang perlu evaluasi.

Meski dinilai baik lantaran telah mengungkapkan anggaran yang janggal itu, Inggard mengatakan, harusnya kritik dibahas dalam forum rapat, bukan di media sosial maupun media mainstream.

Baca Juga: Tak Mau Kehilangan Momen Penting di Jakarta dan Bandung dalam Sehari, Nia Ramadhani Rela Lakukan Hal Ini. Begini Kronologinya

"Khususnya pada saudara William. William ini kan baru, saya berharap bukannya tidak boleh ngomong di koran atau di televisi, boleh aja."

"Tapi harus jaga tata krama, itu kan baru KUA-PPAS yang baru disampaikan oleh eksekutif kepada legislatif."

"Nah, ketika ada pertanyaan tolong dicatat, dicatat dan kita bahas nanti,” ujar Inggard.

Inggard khawatir rancangan anggaran KUA-PPAS yang janggal itu dipublikasikan oleh William di media sosial malah mendapat prasangka buruk dan heboh di publik seperti saat ini.

Padahal, anggaran itu belum final dibahas oleh DPRD maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Cuitan anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI, William Aditya Sarana
Twitter/@willsarana

Cuitan anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PSI, William Aditya Sarana

Tahu dirinya disentil oleh 'senior' di DPRD DKI Jakarta, William Aditya Sarana mengaku menerima nasihat tersebut.

“Diterima saja kritik Bang Inggard. Saya yuniornya, saya terima nasihatnya. Saya harus banyak belajar dari beliau,” ujar William di DPRD, Kami (31/10/2019).

Ia mengatakan, memang sudah seharusnya rancangan anggaran Prioritas Plafon Anggaran (KUA-PPAS) 2020 DKI Jakarta itu diketahui oleh publik.

Baca Juga: Gara-gara Tersinggung Sikapnya Sebagai Prajurit, Prabowo Dapat Pesan Khusus dari Sang Komandan. Kini, Wejangan Itu Jadi Kenyataan

William mengatakan, jika rancangan KUA-PPAS diunggah setelah pembahasan DPRD dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD), ia mengkhawatirkan malah anggaran itu tidak akan diubah.

“Kalau upload saat semua sudah selesai, buat apa kita kritisi. Apalagi kalau sudah diketok, ngapain? Harusnya teriak ya sekarang,” ucap William, dikutip dari Kompas.com.

William pun menyinggung transparansi saat Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama.

“Kalau soal transparansi itu harga mati karena saya tak mau bandingkan. Tapi gubernur sebelumnya, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sudah di-upload, saat pembahasan ini harusnya sudah ada di website,” katanya.

(Tribunnews.com/Sri Juliati) (Tribun Jakarta/Kurniawati Hasjanah) (Kompas.com/Cynthia Lova)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest