Follow Us

Innalillahi, Indonesia Kehilangan Sosok Tukang Kritik Polisi yang Berani, Pernah Bongkar Fakta 3 Anggota Polri Penembak Laskar FPI

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 16 Juni 2021 | 14:31
Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.
Instagram Habibneta

Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.

Fotokita.net - Kabar duka datang dari Neta S Pane. Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Keluarga, Bekasi Barat sekira pukul 10.30 WIB.

Neta S Pane yang telah lama berkecimpung di berbagai isu di institusi Polri itu diketahui tengah dirawat karena positif Corona. Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. Bahkan, dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri dalam penembakan laskar Front Pembela Islam (FPI).

Kabar meninggalnya Neta S Pane juga ramai di Twitter.

Salah satunya diunggah politisi Partai Ummat, Mustofa Nahrawardaya.

Baca Juga: Habib Rizieq Sebut Staf Khusus Jokowi Terlibat Penembakan 6 Laskar FPI, Sunan Kalijaga Buru-buru Minta Rahasiakan Hal Ini

"Selamat Jalan mas H. Neta S. Pane. Kawan seperjuanganku. Jasamu mengawal penegakan hukum Polri, akan jadi catatan sejarah Indonesia. Tak banyak orang sepertimu. Insya Allah, jasa dan amalmu, menjadi pintu terbukanya surga terbaik-Nya. Aamiin," cuitnya.

Neta S Pane lahir di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 18 Agustus 1964. Neta berdarah Batal Toba dengan marga Pane.

Baca Juga: Unggah Foto Bareng, Ini Sosok Sahabat Deddy Corbuzier yang Disebut Terlibat Penembakan 6 Laskar FPI

Ayahnya bernama Endar Pane dan sang ibu Rumondang Siregar.

Neta S Pane kerap mengunggah foto-foto perjalanannya melalui akun Instagram pribadinya, @habibneta. Mesti cuma memiliki 1.908 pengikut, namun akun Instagram Neta S Pane telah mendapatkan verifikasi dari Facebook alias centang biru.

Dalam foto-foto unggahannya, Neta S Pane ternyata memiliki kegemaran menghisap cerutu. Bahkan, kebiasaannya ini kerap dilakukan ketika Neta S Pane mengunjungi berbagai daerah di Indonesia.

Sebelum dikenal sebagai ketua Presiden Indonesia Police Watch (IPW), Neta berkarir di dunia jurnalistik.

Baca Juga: Buka Masker Saat Foto Bersama, Habib Rizieq Bakal Jalani Kegiatan Ini Usai Bebas dari Penjara

Neta S Pane pernah menjadi reporter Surat Kabar Harian (SKH) Merdeka di Jakarta tahun 1984.

Karirnya di SKH Merdeka cukup cemerlang hingga membuatnya menjadi redaktur pelaksana pada tahun 1991. Namun, jabatan ini tidak berlangsung lama diemban Neta S Pane.

Dia lalu menjadi redaktur pelaksana di Harian Terbit Jakarta tahun 1993 lalu menjadi redpel Koran Aksi Jakarta.

Baca Juga: Heboh Dana Haji Dipakai Bangun Jalan, Ustaz Abdul Somad: Umat Islam Mengamuk!

Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.
Instagram Habibneta

Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.

Neta S Pane juga sempat menjadi Wakil Pemimpin Redaksi Surat Kabar Jakarta 2002-2004 sebelum akhirnya menjadi Ketua Presidium IPW sampai sekarang.

Heboh pakai topi berlambang palu arit

Beberapa waktu lalu, Neta S Pane sempat membuat heboh media sosial. Beredar di sosial media Facebook sebuah unggahan hasil tangkapan layar dari sebuah artikel dan disertai dengan narasi topi yang berlambang palu arit yang dipakai oleh ketua IPW adalah logo PKI.

Baca Juga: Profil Suparman Nyompa, Hakim yang Ringankan Hukuman Habib Rizieq, Ternyata Pemilik Pesantren

Dikutip dari akun Facebook yang dikelola oleh Masyarakat Anti Hoax Indonesia, foto ketua presidium IPW memakai topi berlogo PKI adalah tidak benar.

Faktanya, logo palu arit pada topi Neta S Pane menggambarkan Partai Komunis Jerman Timur bukan logo PKI dan merupakan topi replika sebagai souvenir di Checkpoint Charlie, Berlin, Jerman.

Menjadi ketua Presidium IPW membuat Neta S Pane sangat kritis menyikapi kebijakan-kebijakan di lembaga kepolisian. Termasuk di antaranya proses pemilihan kapolri serta langkah-langkah petinggi polri dalam menangani sejumlah masalah.

Ketika peristiwa penembakan 6 laskar Front Pembela Islam (FPI) di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek pada Senin (7/12/2020) ramai dibahas, Neta S Pane berani membongkar fakta 3 anggota Polri yang menembak simpatisan FPI itu.

Baca Juga: Bebas dari Bui di Bulan Juli, Habib Rizieq Disebut Bakal Punya Peran Ini

Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.
Instagram Habibneta

Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.

Seperti diketahui, dalam perkara ini enam anggota laskar FPI diduga tewas tertembak oleh timah panas setelah terlibat bentrok dengan aparat. Menurut Polda Metro Jaya, polisi sempat diserang oleh simpatisan FPI di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek.

Polisi yang melakukan pengintaian diklaim diserang dan dipepet oleh kelompok simpatisan FPI. Mereka kemudian ditindak tegas oleh aparat karena dinilai membahayakan keselamatan jiwa.

Akibatnya, dalam bentrok yang terjadi ada enam orang meninggal dunia usai ditembak aparat. Kemudian, empat orang lainnya disebutkan Polri tengah melarikan diri dari pengejaran.

Baca Juga: Disebut Sering Alami 2 Penyakit Kronis, Begini Kondisi Habib Rizieq Shihab Usai Dipindah dari Sel Tahanan Polda Metro: Allahu Akbar!

Dari insiden ini, polisi mengamankan sejumlah barang bukti yaitu senpi dan senjata tajam lainnya.

Pada masa penyelidikan kasus ini, Neta S Pane blak-blakan meminta pemeriksaan terhadap jejak digital handphone dari tiga polisi yang menjadi tersangka kasus penembakan 6 Laskar FPI di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek.

Hal itu diungkapkan Neta S Pane dalam keterangan tertulisnya pada wartawan di Jakarta.

Baca Juga: Profil Mayjen Dudung, Pangkostrad Baru yang Berani Lawan Habib Rizieq

Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.
Instagram Habibneta

Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.

"Kami mendesak agar pihak pihak yang menangani kasus penembakan ini segera membuka akses komunikasi handphone para polisi di lapangan yang diduga menembak keenam laskar FPI tersebut," tegas Neta S Pane, Kamis (11/3/2021).

Menurut Neta S Pane, bahwa sepanjang proses penguntitan pastinya telah terjadi komunikasi intensif antara polisi. "Untuk membuka kasus ini secara transparan, semua akses komunikasi dalam proses penguntitan tersebut perlu dibuka," kata Neta S Pane.

"Komunikasi handphone antar ketiga polisi yang dituduh menembak itu dengan atasannya harus dibuka agar diketahui apa sesungguhnya perintahan atasannya itu," terangnya panjang lebar.

Baca Juga: Bentrokan Pengawal Habib Rizieq Diadukan ke Swiss, Ini Alasan 2 Ormas Islam Dukung Pembubaran FPI Usai Pemimpinnya Ditangkap Karena Kasus Receh

Neta S Pane menjelaskan, selama ini akses komunikasi dan jejak digital komunikasi para polisi di lapangan tersebut sepertinya belum dibuka oleh Komnas HAM. Padahal menurut mantan wartawan ini, di sana ada jejak digital yang bisa menjadi petunjuk.

"Sebelum jejak tersebut dihilangkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, jejak digital itu harus diamankan. Apalagi Komnas HAM sendiri mengindikasikan adanya unlawfull killing (pembunuhan di luar proses hukum) terhadap anggota FPI," kata Neta S Pane.

Neta S Pane juga menduga ada pelanggaran standard operational procedur (SOP) saat polisi menembak mati empat laskar Front Pembela Islam (FPI).

Baca Juga: Telanjur Koar-koar Dana Umat Digarong, Ternyata Transfer Uang dari Negara Ini ke Rekening FPI Diselidiki PPATK, Apa Alasannya?

Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.
Instagram habibneta

Neta S Pane dikenal berani mengkritik polisi. dia pernah membongkar fakta 3 anggota Polri penembak laskar FPI.

Karenanya, Polri sebagai aparatur negara yang promoter (profesional, modern, dan terpercaya) harus mau menyadari dan mengakui, adanya dugaan pelanggaran SOP dalam kasus kematian anggota FPI pengawal Habib Rizieq di KM 50 Tol Jakarta- Cikampek. Sehingga pelanggaran SOP itu berpotensi membuat aparatur kepolisian melakukan pelanggaran HAM.

IPW berharap Komnas HAM dan Komisi III DPR mau mencermati pelanggaran SOP yang kemudian menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM dalam kematian anggota FPI yang mengawal Rizieq.

“Jika mengacu hasil rekonstruksi yang diumumkan Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono terhadap kematian enam anggota FPI itu, setidaknya IPW melihat ada tiga pelanggaran SOP yang dilakukan anggota Polri. Utamanya dalam kasus kematian empat anggota FPI di dalam mobil petugas kepolisian,” ujar Neta seperti yang dikutip melalui siaran pers tertulisnya.

Baca Juga: Viral Munarman Lumpuh Karena Dianiaya Polisi, Pengacara Ungkap Kondisi Sebenarnya

Pane merinci pertama, keempat anggota FPI yang masih hidup, setelah dua temannya tewas (versi polisi tewas dalam baku tembak) dimasukkan ke dalam mobil polisi tanpa diborgol.

"Ini sangat aneh, Rizieq sendiri saat dibawa ke sel tahanan di Polda Metro Jaya tangannya diborgol."

“Kenapa keempat anggota FPI yang baru selesai baku tembak dengan polisi itu tangannya tidak diborgol saat dimasukkan ke mobil polisi?” tanyannya.

Baca Juga: Sudah Lama Pensiun, Mantan Gubernur DKI Jakarta Ini Dikabarkan Meninggal Dunia, Begini Faktanya

Kedua, papar Pane, memasukkan keempat anggota FPI yang baru selesai baku tembak dengan polisi ke dalam mobil polisi yang berkapasitas delapan orang yang juga diisi anggota polisi. Ditegaskannya, hal itu adalah tindakan yang tidak masuk akal, irasional, dan sangat aneh.

Ketiga, tambah Pane, anggota Polri yang seharusnya terlatih terbukti tidak promoter dan tidak mampu melumpuhkan anggota FPI yang tidak bersenjata. Sehingga para polisi itu main hajar menembak dengan jarak dekat hingga keempat anggota FPI tewas.

Dari ketiga kecerobohan ini terlihat nyata bahwa aparatur kepolisian sudah melanggar SOP yang menyebabkan keempat anggota FPI itu tewas di satu mobil. Dari penjelasan Kadiv Humas Polri itu terlihat betapa cerobohnya anggota polisi tersebut.

Baca Juga: Foto Tampang Pemasok Senjata KKB Papua, Kantongi Rp 1,3 Miliar untuk Lekagak Telenggen

Dari penjelasan Argo ini, IPW pun mempertanyakan, di mana promoternya Polri. Sebab itulah, Komnas HAM dan Komisi III perlu mendesak dibentuknya Tim Independen Pencari Fakta agar kasus ini terang benderang.

Selamat jalan tukang kritik polisi yang berani. Prestasi mu akan selalu terkenang bersama asap cerutu yang selalu engkau embuskan saat melepas penat.

Baca Juga: Jadi Pahlawan Indonesia di Olimpiade, Ini Alasan Markis Kido Tak Dapat Dimakamkan di TMP Kalibata

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest