Bendera itu berwarna putih dengan berlukiskan sauh-jangkar di tengah-tengahnya. Di kiri-kanan bendera itu dikibarkan kedua umbul-umbul merah.
Dalam peperangan Wajo di tahun 1667, bendera itu hilang. Sebagai gantinya maka dibuatnya bendera baru La Manggotong namanya.
Baca Juga: Ibu Kota Pindah, Benarkah Pusat Pemerintahan Pakai Konsep Kota demi Lestarikan Hutan Kalimantan?

Tim pengibar bendera Merah Putih di kemah induk Lembah Danau-danau, Pegunungan Sudirman, sebelum men
Bendera itu berwarna Merah. La Manggotong selalu didampingi oleh bendera Eja Eyang berwarna putih.
Konon kabarnya amatlah sakti bendera itu, sehingga pasukan Aru Palaka akhirnya menang perang dan merebut kembali bendera Samparaja E yang sudah hilang.
Ketika Pangeran Diponegoro meninggalkan tempat kediamannya di Tegalreja untuk memimpin peperangan melawan Belanda, maka di tengah jalan ia diberitahu oleh Mangkubumi.

Anggota tim ekspedisi Sumpah Pemuda mengibarkan Bendera Merah Putih di puncak Trikora (4750 mdpl).
“Paman, lihatlah rumah dan mesjid sedang dibakar, api merah menyala-nyala ke atas langkit. Kini kita tak berumah lagi di atas dunia.”
Hati Diponegoro pedih. Setelah melihat ke arah Tegalreja, pandangannya dialihkan ke arah Selarong.
Baca Juga: Jokowi Minta Izin Pindahkan Ibu Kota, Apakah Lokasi Ini yang Terpilih Jadi Pusat Pemerintahan?
Maka besarlah hatinya karena dari kejauhan tampak bendera Merah-Putih dikibarkan oleh rakyat.