Demikian meluasnya kesadaran akan lambang kebangsaan dan kedaulatan Merah-Putih itu, sehingga para pemuka bangsa yang menyiapkan Proklamasi dan Konstitusi RI serentak seia-sekata untuk menetapkan “Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah-Putih” (UUD ps 35).
Pada akhir tahun 1944 dibentuk sebuah Panitia diketuai oleh almarhum Ki Hajar Dewantara. Tugasnya menentukan ukuran bendera serta menjelaskan arti warna Merah-Putih.
Untuk keperluan itu Panitia menyelidiki Prasasti gunung Butak di atas. Akhirnya diputuskan bendera berukuran lebar 3, panjang 2.
Merah-Putih diartikan, “Keberanian atas Kesucian.”
Kata ‘bendera’ berasal dari bahasa Portugis, bendeira. Kata Indonesia lain yang dikenal ialah: tunggul, panji, ubur-ubur.
Lazimnya bendera berupa secarik kain tipis terbagi atas dua atau tiga baris dengan aneka macam warna yang berkibaran jika ditiup angin.
Arti bendera diberikan oleh lambang yang terkandung. Lambang kebangsaan dan kedaulatan negara.
Negara Merdeka yang terus berjuang untuk kesejahteraan yang merata atas dasar keberanian dan kebenaran. (Dari 600 Tahun Sang Merah Putih, karangan Prof. Mr. Muhammad Yamin – seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1963)