Follow Us

Foto Ribuan Burung Pipit Berjatuhan di Kuburan Bali Tuai Sorotan, Ahli Ungkap Fakta Sebenarnya, Netizen Cemas

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 11 September 2021 | 11:20
Foto ribuan burung pipit berjatuhan di sebuah kuburan di Bali menuai sorotan. Terkait hal ini, ahli mengungkap fakta sebenarnya.
Instagram

Foto ribuan burung pipit berjatuhan di sebuah kuburan di Bali menuai sorotan. Terkait hal ini, ahli mengungkap fakta sebenarnya.

Fotokita.net - Foto ribuan burung pipit berjatuhan di sebuah kuburan di Bali menuai sorotan. Terkait hal ini, ahli mengungkap fakta sebenarnya. Netizen dibikin cemas.

Foto yang berasal dari tangkapan layar video yang menunjukkan ribuan burung pipit berjatuhan ke tanah viral di media sosial, Kamis (9/9/2021). Dalam unggahan itu, narasi yang beredar menyebutkan fenomena ganjil tersebut terjadi di sebuah kuburan atau setra di Banjar Sema Pring, Kabupaten Gianyar, Bali.

Netizen ramai-ramai berkomentar saat melihat foto yang menggambarkan fenomena yang membuat bulu kuduk merinding itu. Banyak yang di antara mereka yang cemas mendapatkan dugaan penyebab fenomena aneh itu.

Foto ribuan burung pipit berjatuhan di kuburan itu bermula dari rekaman video yang diunggah Kadek Sutika. Saat dihubungi sejumlah media, Kadek Sutika menceritakan, peristiwa itu terjadi pada Kamis, sekitar pukul 08.00 Wita. Usai merekam video tersebut, dia langsung mengunggahnya ke Facebook. Seketika viral beberapa menit kemudian.

Kadek Sutika sedang berkendara menuju rumah temannya, Kamis (9/9/2021) pukul 08.00 Wita. Dalam perjalanan tiba-tiba turun hujan lebat sehingga dirinya langsung putar balik kembali ke rumahnya.

Namun, saat itu ia melihat gerombolan warga baik dewasa dan anak-anak telah ramai di sebuah kuburan atau setra di Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Di pekuburan itu, ribuan burung pipit berjatuhan. Ada yang kondisinya sudah mati.

Baca Juga: Tangis Gisel Pecah Dengar Ucapan Gempi, Gading Marten Turuti Permintaan Putri Semata Wayangnya: Pah, Aku Mau Tinggal Di Sini Deh

"Awalnya pagi itu saya mau baru berangkat kerja dan sedang hujan. (Karena hujan) saya cari dulu teman saya yang tak ajak kerja. Tapi teman saya mengatakan, nggak jadi kerja karena hujan," jelas Sutika.

"Saya lihat ke kuburan, anak-anak sudah banyak yang mengambil-ambil burung itu. Saya lihat ada banyak burung di bawah pohon, ada yang mati, ada yang masih hidup," kata Sutika, saat dihubungi, Jumat (10/9/2021). Sutika kemudian merekam momen kejadian aneh tersebut. Dia memperkirakan burung yang berjatuhan jumlahnya mencapai ribuan.

Menurut Sutika, burung-burung yang berjatuhan ke tanah itu berada di bawah pohon asem di kuburan Banjar Sema. Awalnya burung-burung tersebut tidur di atas pohon.

"Awalnya sering tidur burung di pohon asem itu. Banyak ada burung di sana, tapi baru lima hari burung di sana, dulu tidak ada. Dua ada pohon asem di sana. Asem kembar rasanya itu," tuturnya.

"Banyak sekali (yang jatuh dan mati), jumlahnya ribuan lebih," kata Sutika. Dari pengamatannya, kata Sutika, kawanan burung pipit tersebut telah bertengger di dua batang pohon asam di kuburan selama lima hari belakangan. Ia tidak tahu dari mana asal burung tersebut.

Sore harinya, burung-burung yang mati berjatuhan di tanah itu sudah dikubur. Sutika menyebut jumlah burung yang berjatuhan itu sekitar seribu ekor.

Baca Juga: Foto Holywings Langgar PPKM Sampai ke Tangan Luhut, Anak Buah Anies Baswedan Ambil Tindakan Tegas: Sudah 3 Kali

Foto ribuan burung pipit berjatuhan di sebuah kuburan di Bali menuai sorotan. Terkait hal ini, ahli mengungkap fakta sebenarnya.
Instagram

Foto ribuan burung pipit berjatuhan di sebuah kuburan di Bali menuai sorotan. Terkait hal ini, ahli mengungkap fakta sebenarnya.

"Banyak sekali burung di sana, ribuan. Iya ribuan lebih. Saya pertama kali menjumpai hal seperti ini," terangnya. Video Sutika kemudian viral.

Usai foto dan video ribuan burung pipit berjatuhan di kuburan itu viral, ahli mengungkapkan fakta sebenarnya.

Awalnya, muncul sejumlah dugaan penyebab fenomena burung pipit berjatuhan ini.

Dugaan pertama disampaikan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali.

Saat itu BKSDA Bali menduga fenomena itu terjadi karena saat itu cuaca dipengaruhi hujan asam. Namun dia mengaku belum mengetahui pasti penyebab peristiwa itu.

Namun pada Jumat (10/9/2021), BKSDA Bali menyampaikan dugaan baru kematian burung pipit yang viral di Bali. Burung-burung tersebut diduga mati karena keracunan pestisida.

"Dugaan kami adalah perilaku masyarakat yang menggunakan pestisida non-alami di sekitar Desa Pering tersebut. Jadi dugaan saya adalah burung-burung tersebut keracunan dari pestisida tersebut," kata Kepala Subbagian Tata Usaha BKSDA Bali Prawona Meruanto, Jumat (10/9/2021).

Baca Juga: Foto Anggota TNI Hajar Warga di Bali Jadi Sorotan, Korban Beri Pengakuan Begini

Foto ribuan burung pipit berjatuhan di sebuah kuburan di Bali menuai sorotan. Terkait hal ini, ahli mengungkap fakta sebenarnya.
Instagram

Foto ribuan burung pipit berjatuhan di sebuah kuburan di Bali menuai sorotan. Terkait hal ini, ahli mengungkap fakta sebenarnya.

Antok menuturkan burung pipit saat mencari makan pasti bergerombol dari ratusan sampai ribuan. Mereka kemudian mencari makan di tanaman padi yang baru tumbuh, yang mungkin saja baru selesai dilakukan penyemprotan pestisida sehingga mengakibatkan keracunan.

"Jadi dugaan sementara seperti itu dan kemudian teman-teman di lapangan melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk tetap hati-hati melakukan pestisida dan tetap menjaga habitat satwa liar yang ada di sekitar mereka. Tidak hanya burung yang lain juga menjadi perhatian masyarakat sekitarnya," jelasnya

Antok menegaskan tim dari BKSDA Bali sudah melakukan peninjauan ke lapangan. Dari hasil kunjungan ke lapangan itulah ditemukan adanya dugaan burung-burung pipit tersebut keracunan pestisida.

Selain karena keracunan, dugaan lain burung-burung tersebut mati karena curah hujan yang tinggi dan mengandung asam. Kondisi itu disinyalir menyebabkan burung tersebut jatuh dan mati.

"Burung-burung tersebut karena curah hujan yang cukup tinggi dan mungkin sedikit mengandung asam air hujan tersebut sehingga mengakibatkan burung-burung itu terjatuh," jelas Antok.

Baca Juga: Foto Detik-detik Prajurit TNI Hajar Warga di Bali Viral, Ternyata Bermula dari Aksi Pemuda Ini

Foto ribuan burung pipit berjatuhan di sebuah kuburan di Bali menuai sorotan. Terkait hal ini, ahli mengungkap fakta sebenarnya.
Instagram

Foto ribuan burung pipit berjatuhan di sebuah kuburan di Bali menuai sorotan. Terkait hal ini, ahli mengungkap fakta sebenarnya.

Dugaan kedua, peristiwa itu disebut karena perubahan cuaca.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka menyebut burung-burung pipit yang sudah berjatuhan dari pohon itu bangkainya sudah dikubur warga. Santiarka menyebut bahwa diagnosis sementara burung-burung tersebut mati karena ada perubahan cuaca. Namun pihaknya akan melakukan pengecekan ke laboratorium.

"Kejadian ini mungkin (karena) ada perubahan cuaca, itu diagnosis sementara. Untuk diagnosis selanjutnya kita ambil sampel dan kita cek ke lab," kata Santiarka, Kamis (9/9/2021).

Santiarka menjelaskan burung-burung tersebut merupakan jenis burung pipit yang memang hidup bergerombol. Populasi burung tersebut ternyata cukup banyak sehingga saat kena cuaca buruk berupa hujan deras akhirnya banyak yang mati.

"Karena ada pohon asem satu saja di kuburan, jadi angin numplek ke pohon ini. Karena terlalu lebat hujannya jadi kan jelas ada tekanan udara rendah. Dengan rendahnya tekanan udara, burungnya enggan lari. Dia bertahan saja diam dan basah kuyup dan itu menyebabkan dia sakit dan mati," kata dia.

Baca Juga: Bilang Hidup di Bali Enak Buat LGBT Hingga Trending, Wanita Amerika Ini Diusir dari Indonesia, Begini Penjelasan Sandiaga Uno

Namun, berdasarkan informasi yang dia terima, ada juga burung-burung yang masih hidup. Begitu bulunya kering, burung yang sehat sudah bisa terbang kembali.

Sebenarnya, kata Santiarka, bulu burung memiliki zat karoten sehingga air sulit menembus ke badan. Di samping itu di bulu burung juga terdapat kelenjar minyak di belakangnya.

"Tapi saking lebatnya hujan karena banyak airnya basah (dan tidak bisa terbang)," kata Santiarka.

Untuk mencari tahu penyebab dari fenomena ini, Pemkab Gianyar melaksanakan uji laboratorium terkait burung-burung pipit mati massal. Uji sampel burung pipit tersebut dilakukan di laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar dan hasilnya baru keluar sekitar satu minggu.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka mengatakan pihaknya mengambil sampel bangkai burung tersebut pada Kamis (9/9) sebelum dikuburkan oleh warga setempat. Setelah diambil, sampel tersebut ditaruh di dalam freezer dan dibawa ke BBVet Denpasar pada Jumat (10/9) pagi.

"Kita kan ambil sampelnya di lokasi kemarin jam 5-an, karena petugas lab juga menyuruh taruh saja dulu, besok bawa pagi-pagi, taruh dulu di freezer. Kalau di freezer kan aman, sampelnya ndak akan bau dan sebagainya. Saya taruh (di freezer), tadi pagi saya bawa ke sana," kata dia.

Baca Juga: Enak-enak Tinggal Di Bali Hingga Habiskan Rp 1 Miliar, Ashanty Buka Suara Usai Dituding Tendang Bocah Penjual Cilok

Menurutnya, jika ingin mendapatkan hasil diagnosis yang tepat, seharusnya sampel yang diambil tidak lebih dari enam jam setelah mati. Jika melebihi enam jam, kemungkinan bangkai burung sudah terkontaminasi bakteri lain.

Karena itu, dalam uji laboratorium, kontaminasi bakteri lain bukan penyebab kematian bisa saja ditemukan jika pengambilan sampel melewati enam jam setelah kematian. Meski diduga lewat dari enam jam, pihak BBVet Denpasar meminta agar sampel burung tersebut tetap diambil.

"Menurut BBVet, diambil saja (sampelnya) kita periksa fitopatologinya. Kalau sudah ranah lab, saya tidak mengerti bagaimana dia caranya bekerja, metode yang dipakai," tuturnya.

"Artinya, di Gianyar kita sudah mengambil tindakan, sudah mengambil sampel, karena kita ndak bisa nebak-nebak penyakitnya begini-begitu. Jadi diagnosis secara tepat, harus bawa ke lab. Nanti lab yang menyimpulkan," jelasnya.

Peneliti dari Pusat Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Mohammad Irham mengungkapkan cara mengetahui penyebab fenomena ini dengan cara pemeriksaan nekropsi.

"Saya sudah baca berita ini, tapi saya tidak bisa menjelaskan fenomena ini. Saya tidak tahu apakah ada pemeriksaan nekropsi (bedah bangkai untuk menyelidiki penyakit) atas burung tersebut oleh pihak yang kompeten di Bali," kata Irham.

Baca Juga: Blak-blakan Bilang Kepergok Bercinta di Kolam Renang Publik, Siti Badriah Selalu Tolak Ajakan 'Main' Sang Suami Karena Alasan Sepele Ini: Kan Gue Kesel!

Irham menjelaskan nekropsi ini penting dilakukan untuk mengetahui sebab kematian burung ini.

"Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui penyebab kematian," lanjutnya.

BKSDA Bali mengatakan peristiwa burung-burung pipit berjatuhan di Kabupaten Gianyar, Bali, bukan kejadian pertama kali di Bali maupun Indonesia. Hal serupa pernah terjadi di Denpasar, Tabanan, dan Sukabumi.

"Kejadian ini bukan yang pertama di Bali ataupun bukan pertama di Indonesia. Di Bali dalam lima tahun terakhir juga pernah ada kejadian di area Sanglah, Kota Denpasar, juga di Selemadeg, Kabupaten Tabanan. Juga di Sukabumi, Jawa Barat, bulan Juli tahun 2021," kata Kepala Seksi Wilayah 2 BKSDA Bali Sulistyo Widodo dalam keterangan tertulis, Jumat (10/9/2021).

Sulistyo mengungkapkan burung pipit dapat mati bergerombol karena hewan ini jenis satwa koloni yang hidup berkelompok dalam jumlah besar. Ukuran burung yang kecil menyebabkan kecenderungan berkoloni dalam jumlah besar untuk mengurangi risiko terhadap predator.

"Termasuk saat beristirahat pun bergerombol. Biasanya di satu pohon yang besar bisa sampai ribuan burung," terangnya.

Baca Juga: Akui Pernikahannya Cuma Settingan Hingga Keluarga Mantan Istri Tak Hadir, Sule Girang Dapat Tambahan Kado Mewah dari Sultan Andara: Kirain Berdua

Guna mengetahui penyebab kematian burung tersebut secara mendadak, Sulistyo menegaskan harus dibuktikan secara saintifik melalui proses autopsi dari bangkai dan kotoran burungnya.

Sama dengan pernyataan Sulistyo, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Gianyar Made Santiarka juga mengatakan fenomena ini pernah terjadi sekitar 3 tahun lalu.

"Waktu tiga tahun yang lalu, ada juga katanya di tempat yang sama menurut Pak Kelian (kepala dusun). Persis kayak gini juga, banyak sekali yang mati saat hujan lebat tiga tahun yang lalu," kata Made Santiarka

Kasubag Tata Usaha Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali Prawono Meruanto mengatakan, fenomena ratusan burung berjatuhan seperti dalam video yang viral tersebut, merupakan peristiwa pertama yang terjadi di wilayahnya. Fenomena itu pun dianggap sebagai hal yang aneh karena belum pernah terjadi sebelumnya.

"Jadi, sebuah hal yang aneh juga kalau melihat kondisi burung-burung seperti itu (berjatuhan). Artinya, kita tidak tahu, (apa) jatuh langsung, kita juga tidak tahu. Ini baru pertama yang saya ketahui," kata Meruanto, Kamis (9/9/2021).

Baca Juga: Unggah Foto Botak Karena Derita Penyakit Berbahaya, Feby Febiola Malah Dituduh Kena Karma Masa Lalu, Respons Sang Suami Bikin Netizen Terdiam

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kabupaten Gianyar Made Santiarka mengatakan, fenomena ini merupakan fenomena alam. Ia menduga, burung tersebut berjatuhan karena tak kuat melawan cuaca ekstrem saat bertengger di pohon asem. Cuaca yang ekstrem berupa hujan dan angin kencang ini terjadi karena masa peralihan musim kemarau menuju musim hujan.

"Karena hujannya terlalu lebat, kan jelas ada tekanan udara rendah, dengan rendahnya tekanan udara ini burungnya enggan lari. Dia bertahan saja diam dan basah kuyup, itu menyebabkan dia sakit dan mati dan memang kekuatan burung berbeda dengan kekuatan lainnya," kata dia.

Meski ditemukan banyak yang mati, beberapa dari burung pipit itu masih bisa bertahan hidup setelah terkena sinar matahari. "Di bulu burung itu, ada satkarotinya jadi sulit air itu menembus bulunya. Di samping itu juga ada kelenjar minyak di belakangnya ini," ujar Santiarka.

Senada dengan Santiarka, Prawono Meruanto mengatakan, dugaan sementara, salah satu penyebab ribuan burung pipit berjatuhan itu adalah karena curah hujan yang tinggi. "Burung-burung tersebut (berjatuhan) karena curah hujan yang cukup tinggi dan mungkin sedikit mengandung asam air hujan tersebut sehingga mengakibatkan burung-burung itu terjatuh," kata Meruanto, saat dihubungi, Jumat (10/9/2021).

Selain faktor curah hujan yang tinggi, dugaan lainnya adalah burung-burung tersebut mati karena keracunan pestisida. Hal itu diketahui setelah tim dari BKSDA melakukan penyelidikan dan mengetahui perilaku masyarakat di sekitar Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Warga disebut menggunakan pestisida nonalami.

Baca Juga: Merengek Minta Bantuan Tapi Ditolak Mentah-mentah Indonesia, Permintaan Mantan Pejuang Kemerdekaan Timor Leste Akhirnya Dikabulkan Negara Ini, Benar Karena Cuma Kasihan?

"Jadi dugaan saya adalah burung-burung tersebut keracunan dari pestisida tersebut," tutur dia. Saat mencari makan, kata dia, burung pipit pasti bergerombol dari ratusan sampai ribuan ekor.

Kemudian, burung pipit itu mencari makan di tanaman padi yang baru tumbuh, yang mungkin saja baru selesai dilakukan penyemprotan pestisida. Sehingga mengakibatkan keracunan pada kawanan burung tersebut. BKSDA berencana akan melakukan penyuluhan kepada warga setempat untuk selalu berhati-hati saat melakukan penyemprotan pestisida. Tujuannya, untuk tetap menjaga habitat satwa liar yang ada di sekitar warga. "Tidak hanya burung, yang lain juga menjadi perhatian masyarakat sekitarnya," pungkas dia.

Fenomena ini pun mengundang beragam respon dari netizen. Banyak di antara yang cemas usai mendapatkan fakta sebenarnya.

“Yaa ampunn,” tulis pemilik akun @gitapt27_ di kolom komentar.

“Pantesan tadi ada anak kecil banyak banget bawa burung dia bilang nemu di jalan," tulis @_dayulistyadw.

"Apakah ada kaitan dngn bnyaknya pesawat jet yg disebut chamtrails melintas di bali akhir” ini,? sebut @suparta_ikomang97.

"Waspada kode alam," tulis @bashprabu_.

Baca Juga: Jadi Saksi Tabiat Buruk Aurel Hemansyah, Kru Youtube Atta Halilintar Mendadak Minta Ganti Pasangan, Respons Sang Bos Malah Tak Disangka

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest