Fotokita.net - Dulu kedatangannya ditolak mentah-mentah Jokowi, pesawat mata-mata Amerika P-8 Poseidon kini turun tangan cari KRI Nanggala-402, kehebatannya bikin takut China.
Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo pernah menolak permintaan Amerika Serikat, agar mengizinkan pesawat militer pengawas maritim P-8 Poseidonmendarat dan mengisi bahan bakar di wilayah Republik Indonesia.
Kantor berita Reuters melaporkan, hal itu diungkapkan oleh empat pejabat senior Indonesia yang mengetahui permintaan tersebut kepada Reuters.
Amerika Serikat, pada Juli dan Agustus 2020 mengirimkan pejabat tingginya untuk melakukan pendekatan tingkat tinggi kepada Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri dan Presiden Indonesia. Dan semuanya dengan tegas menolak (rebuff) permintaan tersebut.
Menurut Reuters, para pejabat senior Indonesia menganggap, permintaan Amerika tersebut mengejutkan, karena Indonesia memiliki kebijakan luar negeri yang bebas aktif Indonesia, juga tidak pernah mengizinkan militer asing beroperasi secara resmi di wilayah kedaulatannya.
Pesawat Pengintai MaritimP-8 Poseidonberperan sangat penting mengawasi kegiatan militer Cina di Laut China Selatan, yang sebagian besar diklaim oleh Beijing sebagai wilayah kedaulatan.
Indonesia dan Cina memiliki hubungan ekonomi dan investasi yang sangat berkembang, dan sejalan dengan politik bebas-aktif, Indonesia tidak akan memihak siapapun dalam konflik yang terjadi di Laut Cina Selatan.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi lebih jauh kepada Reuters mengatakan, Indonesia mulai waspada dengan meningkatnya ketegangan antara dua negara adidaya tersebut, serta dengan militerisasi Laut Cina Selatan.
Dalam wawancara September lalu, seperti diberitakan Reuters, “Kami (Indonesia) tidak ingin terjebak dalam persaingan ini, dan Indonesia ingin menunjukkan kepada semua pihak bahwa Indonesia siap menjadi mitra,”
Terlepas dari kedekatan strategis antara AS dan negara-negara Asia Tenggara dalam mengekang ambisi teritorial Cina, mantan wakil menteri luar negeri Indonesia, Dino Patti Djalal kepada Reuters mengatakan, "Kebijakan Anti-Cina yang sangat agresif" dari Amerika Serikat telah membuat Indonesia dan kawasan menjadi terheran-heran.
Dino mengatakan, "Kebijakan AS tersebut dipandang tidak pada tempatnya," selain itu, "Kami tidak mau terjerumus ke dalam kampanye anti-Cina di wilayah.
Tentu kami menjaga kedaulatan kami, namun ada keterlibatan ekonomi yang lebih dalam dan Cina saat ini menjadi negara yang paling memberi pengaruh di dunia bagi Indonesia," tutur Dino.

Boeing P-8 Poseidon
Kini, Indonesia akhirnya mengizinkan kedatangan pesawat mata-mata Amerika P-8 Poseidon yang begitu ditakuti China di kawasan Laut China Selatan.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen TNI Achmad Riad menuturkan pesawat Amerika Serikat (AS) P-8 Poseidon dijadwalkan tiba pada Jumat malam (23/4/2021) guna membantu pencarian kapal selam KRI Nanggala-402.
"Tim dari Poseidon yang nanti akan sebagai operator atau pun membantu P-8 Poseidon Amerika dari US Airforce yang mudah-mudahan bisa datang malam atau dini hari nanti," ujar Riad dalam konferensi pers di Bali, dikutip dari kanal Youtube Puspen TNI, Jumat (23/4/2021).
Adapun tim atau pun operator pesawat P-8 Poseidon sudah merapat malam ini.
Selain AS, militer luar negeri yang sudah merapat adalah personel Angkatan Bersenjata Singapura.
Sebanyak lima personel militer Singapura sejauh ini sudah merapat ke KRI dr Soeharso-990.
"Tim Angkatan Bersenjata Singapura berupa lima personel sudah on board di KRI Soeharso," kata Riad.

Kapal selam KRI Nanggala-402 buatan tahun 1977 saat latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa, Jumat (20/1/2017).
Tak hanya dari dua negara tersebut, bantuan dari Malaysia dan Australia juga segera merapat.
Adapun Malaysia mengirimkan MV Mega Bakti, sedangkan Australia mengerahkan HMAS Ballarat (FFH 155) dan HMAS Sirius (O 266).
Diketahui, KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu (21/4/2021), sekitar pukul 03.46 WIB.
Kapal selam produksi Jerman tahun 1977 itu ditengarai mengalami black out atau mati listrik total saat penyelaman sehingga kapal tersebut diperkirakan jatuh di kedalaman sekitar 600-700 meter dari permukaan laut.
Di dalam kapal tersebut, terdapat 53 awak kapal yang terdiri dari 49 anak buah kapal, 1 komandan satuan, dan 3 personel arsenal.
P-8 Poseidondiketahui memainkan peran sentral dalam mengawasi aktivitas militer China di Laut China Selatan, yang sebagian besar diklaim oleh Beijing sebagai wilayah kedaulatan.
Seperti apa kehebatan pesawat P-8 Poseidon ini?

Ilustrasi US Navy's Boeing P-8A Poseidon
Keunggulan pesawat P-8 Posiedon
Marinir AS memang sering menggunakan pesawat P-8 Poseidonuntuk melakukan patroli di sekitar Laut Filipina maupun perairan Laut China Selatan.
Kantor Urusan Publik Angkatan Laut AS mengklaim pesawat P-8 Poseidon secara rutin di Laut Filipina dan telah melakukannya selama bertahun-tahun.
Pesawat P-8 Poseidonmerupakan pesawat patroli buatan Boeing.
Melansir situs resmi Boeing, disebutkan Boeing P-8 merupakan pesawat patroli maritim multi-misi, unggul dalam perang anti-kapal selam, perang anti-permukaan, intelijen, pengintaian dan pengintaian dan pencarian serta penyelamatan.
P-8 Poseidondapat terbang lebih tinggi hingga 41.000 kaki dan mencapai kecepatan 490 knot.
Baca Juga: Hore, Pemerintah Hapus Denda Pajak Kendaraan di 7 Provinsi Ini, Catat Jadwalnya

P-8A Poseidon pertama Angkatan Udara Australia terbang menyusuri garis pantai Teluk St Vincent dekat Adelaide di Australia Selatan.
Pesawat ini dibekali dengan dua mesin CFM56-7 yang masing-masing menghasilkan daya dorong 27.000 lbf.
Panjang dari pesawat P-8 Poseidonini yakni 129,5 kaki atau sekitar 39,47 meter.
Dengan rentang sayap yang memiliki panjang 123,6 kaki atau sekitar 37,64 meter.
Kemudian, tinggi dari pesawat ini tercatat 42,1 kaki atau sama dengan 12,83 meter.
Pesawat P-8 Poseidonjuga dirancang untuk misi ketinggian rendah dan telah membuktikan kemampuannya mendukung misi kemanusiaan dan pencarian serta penyelamatan.
Merupakan turunan dari Boeing Next-Generation 737-800, pesawat P-8 Poseidondirekayasa untuk beroperasi selama 25 tahun atau 25.000 jam di penerbangan maritim paling keras, termasuk operasi di lingkungan lapisan es.
Memiliki dua varian
Secara global, P-8 Poseidonmemiliki dua varian, P-8I, diterbangkan oleh Angkatan Laut India, dan P-8A Poseidon, diterbangkan oleh Angkatan Laut AS dan Angkatan Udara Australia.
Pesawat patroli ini telah terjual ke setidaknya tujuh negara. Selain AS, India dan Australia, negara lain yang telah membeli pesawat P-8 ini adalah Korea Selatan, Selandia Baru, Norwegia dan Inggris.
Baca Juga: Kapal Maling Ikan Vietnam Dijual Oknum Jaksa, Komentar Susi Pudjiastuti Jadi Sorotan
Selandia Baru menandatangani kontrak pembelian empat unit P-8A pada Juli tahun lalu, dan Korea Selatan memesan enam unit P-8A pada November 2019.
Kedua negara itu akan mulai menerima pengiriman P-8A pada 2022. Sementara Norwegia memesan lima unit P-8 dan pengiriman awal pada 2021.
Sedangkan Australia telah mengoperasikan P-8A selama dua tahun, setelah menerima pengiriman pesawat pertama mereka pada 2016.

File foto Angkatan Laut AS Boeing P-8A Poseidon.
Kemudian, P-8 Poseidon adalah pesawat yang awalnya diproduksi khusus untuk US Navy oleh Boeing Defense, Space, and Security.
P-8 Poseidon dikatakan mampu membawa muatan lebih banyak, terbang di ketinggian lebih tinggi, serta menjangkau area lebih luas.
Beberapa perangkat canggih yang dimiliki pesawat sepanjang 39,47 meter ini adalah High Altitude Anti-Submarine Warfare Weapon Capability (HAAWC) serta AGM-88 Harpoon Anti-Ship Missile.
P-8 Poseidon juga memiliki sensor hidrokarbon yang digunakan untuk mendeteksi uap bahan bakar kapal selam.
Selain itu, bisa membawa 9 awak di kabinnya, P-8 Poseidon mampu menjalankan misi selama 6 jam untuk rentang wilayah 1.100 kilometer dan 4 jam untuk rentang wilayah 2.000 kilometer.
(*)