Follow Us

Virus Corona Disebut Tak Bakal Lenyap dari Muka Bumi, Benarkah Kondisi Matahari Sekarang Ini Picu Bencana Susulan di Dunia? Ahli Menjelaskannya

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 23 Mei 2020 | 11:40
Aktivitas di dalam Institue Virologi Wuhan.
Institute Virology Wuhan/Daily Mirror

Aktivitas di dalam Institue Virologi Wuhan.

Fotokita.net - Diketahui virus corona telah menjangkiti 212 negara dan menginfeksi 4.429.884 penduduk dunia.

Wabah mematikan ini juga telah membunuh 298.174 orang di berbagai negara.

Pemerintah di seluruh dunia sedang berjuang dengan pertanyaan tentang bagaimana mengembalikan perekonomian sementara virus masih mengepung.

New normal life adalah bagian dari exit strategy setiap negara dalam menghadapai pandemi corona.

Baca Juga: Banyak Ulama Bahas Peristiwa Dukhan Malam 15 Ramadhan yang Tak Terbukti, MUI Akhirnya Angkat Bicara: Ambil Riwayat yang Sahih, Tak Perlu Menyerempet Dalil Palsu

Foto-foto Mengejutkan Laboratorium di Wuhan.
dailymail.co.uk

Foto-foto Mengejutkan Laboratorium di Wuhan.

Rabu (13/5/2020), WHO memperingatkan dunia harus belajar hidup berdampingan dengan virus corona.

Menurut pihaknya, virus corona berpotensi menjadi endemik yang sama seperti HIV.

Sehingga mungkin virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit pernapasan, Covid-19 tidak akan menghilang.

Pernyataan mengejutkan WHO ini datang ketika banyak negara mulai membuka lockdown.

Baca Juga: Shalat Idul Fitri Boleh di Rumah, Begini Tata Caranya Berdasarkan Fatwa MUI: Salah Satunya, Berjamaah dengan Minimal 4 Orang

"Penting menggarisbawahi ini, virus corona mungkin hanya menjadi virus endemik lain di dunia ini, dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang."

"HIV belum menghilang, tapi kami telah sepakat virus ini juga demikian," kata anggota WHO bagian tanggap darurat, Mike Ryan, dikutip dari Al Jazeera.

Ryan mengimbau agar publik tidak menyimpulkan kapan virus ini akan berakhir atau menghilang, sebab tidak ada bukti yang mendasari hal tersebut.

Baca Juga: Mendiang Didi Kempot Puji Setinggi Langit Hingga Hadiahkan Masjid Buat Istri Pertama, Yan Vellia Malah Ajukan Syarat Buat Foto Bareng Saputri yang Jadi Permintaan Sobat Ambyar

Mengejutkan! Diduga Jadi Asal Menyebarnya Virus Corona, Ini Foto-foto Laboratorium Misterius di Wuhan yang Simpan 1.500 Virus, Ada Segel Rusaknya?
Tribunnews.com

Mengejutkan! Diduga Jadi Asal Menyebarnya Virus Corona, Ini Foto-foto Laboratorium Misterius di Wuhan yang Simpan 1.500 Virus, Ada Segel Rusaknya?

"Saya pikir penting bagi kita untuk realistis dan saya tidak berpikir siapapun dapat memprediksi kapan penyakit ini akan hilang."

"Saya pikir tidak ada janji dalam hal ini dan tidak ada tanggal."

"Penyakit ini dapat menjadi masalah yang panjang, atau mungkin tidak," katanya.

Namun, Ryan mengatakan dunia memiliki beberapa kendali untuk mengatasi penyakit ini.

Baca Juga: Selagi Bikin Foto Bareng Sule untuk Mengenang Sang Ibunda, Rizky Febian Mendadak Usir Adik Bungsunya dari Depan Kamera. Ternyata Begini Alasannya

Ilustrasi vaksin.
Fresh Daily

Ilustrasi vaksin.

Kendati demikian upaya untuk mengendalikan pandemi membutuhkan upaya yang besar meskipun vaksin telah ditemukan.

Ryan menggambarkannya dengan 'pelayaran jauh besar'.

Lebih dari 100 vaksin potensial sedang dikembangkan, termasuk diantaranya sudah memasuki tahap uji klinis.

Tetapi para ahli menggarisbawahi, menemukan pengobatan efektif untuk Covid-19 sangatlah sulit.

Baca Juga: Sehabis Ikut Nimbrung Komentari Oplet Si Doel yang Mau Ditukar Rolls Royce Raffi Ahmad, Artis Senior yang Jarang Terekspos Ini Tiba-tiba Bikin Panik Maudy Koesnaedi: Alhamdulliah, Enggak Apa-apa...

Pilih menghilang saat dijemput petugas medis, seorang ibu positif corona di Jonggol ditemukan sedang berobat di dukun.
KOMPAS.COM

Pilih menghilang saat dijemput petugas medis, seorang ibu positif corona di Jonggol ditemukan sedang berobat di dukun.

Ryan mencontohkan vaksin campak yang sudah ada sejak lama, namun penyakit campak tetap ada hingga hari ini.

Oleh sebab itu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengimbau agar negara-negara di dunia bahu-membahu menangani wabah ini.

"Takdir ada di tangan kita, dan ini menyangkut persoalan semua orang, dan kita semua harus berkontribusi untuk menghentikan pandemi ini," ujar Tedros.

Dia juga menyoroti sejumlah negara yang melonggarkan lockdown atau bahkan sudah membuka negaranya.

Baca Juga: Cuma Beberapa Bulan Sebelum Lelaki Bule Bongkar Borok Masa Lalunya, Mbak You Sudah Singgung Soal Perubahan Drastis dalam Rumah Tangga Syahrini: Bakal Jadi Nyata?

Fabrice Coffrini

"Banyak negara ingin keluar dari langkah-langkah yang berbeda," kata Tedros.

"Tapi rekomendasi kami tetap waspada di negara manapun harus pada tingkat setinggi mungkin," tambahnya.

Ryan menyebut kontrol yang signifikan terhadap virus diperlukan untuk menurunkan risiko, sebab faktanya, risiko penularan Covid-19 masih tinggi baik di tingkat regional, nasional, maupun global.

Lebih dari setengah populasi umat manusia dibatasi pergerakannya sejak krisis corona dimulai pada Januari.

Baca Juga: Ayah Angkat Syahrini Terus Bongkar Borok Masa Lalu, Rupanya Mbak You Sudah Terawang Pernikahan Incess Akan Berubah Drastis Pada Tahun 2020: Semua Aib Bisa Dibuka

Apa yang Harus Dilakukan Bila Terlanjur Kontak dengan Pasien Positif Corona? Simak Penjelasan Pakar!
Ibtimes.sg

Apa yang Harus Dilakukan Bila Terlanjur Kontak dengan Pasien Positif Corona? Simak Penjelasan Pakar!

Tahun 2020 tampaknya menjadi masa yang begitu sulit bagi penduduk Bumi. Maklum, sejak awal tahun, warga dunia sudah mendapatkan kesulitan yang disebabkan oleh wabah virus corona.

Belum lagi wabah virus corona selesai lantaran vaksin penangkal zat tak kasat mata itu masih dalam penelitian, warga Bumi kini dihadapkan pada potensi bencana alam yang diakibatkan oleh Matahari.

Para ilmuwan mengatakan, Matahari saat ini tengah memasuki periode ‘lockdown’ yang berpotensi menimbulkan berbagai bencana seperti gempa bumi, cuaca beku dan kelaparan.

Menurut mereka saat ini aktivitas permukaan matahari sedang turun drastis karena berada dalam periode solar minimum (minimum matahari).

Baca Juga: Biarpun Indonesia Siap Jual Bebas Obat Corona Agustus Nanti, Tetap Saja Masyarakat Harus Mau Hidup Bersama Organisme Tak Kasat Mata Itu. Lantas, Apa Dampaknya?

Matahari
Geographical Magazine

Matahari

Akibatnya, sinar matahari mengalami penurunan drastis yang ditandai dengan bintik matahari yang menghilang.

“Solar minimum sedang berlangsung, dan ini parah,” ujar Astronom Dr Tony Phillips dikutip dari The Sun (17/5/2020).

Baca Juga: Viral Foto dengan Tagar #IndonesiaTerserah Gara-gara Remehkan Corona, Begini Penjelasan Ahli Soal Kondisi Psikologis Tenaga Medis: Garda Terdepan Sudah di Titik Nadir?

Matahari saat mengalami ekuinoks
creative commons/O'Dea

Matahari saat mengalami ekuinoks

Menurut Philips dari jumlah bintik matahari yang ada, kondisi saat ini termasuk yang terparah dalam satu abad terakhir.

Akibatnya menurut dia, medan magnet matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya.

"Kelebihan sinar kosmik menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan perubahan udara kutub, memengaruhi elektro-kimia atmosfer Bumi, dan dapat membantu memicu petir," ujarnya.

Ilustrasi planet di tata surya
pixabay/Valera268268

Ilustrasi planet di tata surya

Para ilmuwan NASA mengkhawatirkan ini bisa memicu kembali terjadinya Dalton Minimum yang pernah terjadi antara tahun 1790 dan 1830.

Pada saat Dalton Minimum terjadi, suhu menjadi sangat dingin, munculnya letusan besar gunung berapi, gagal panen dan timbulnya kelaparan.

Saat itu, suhu anjlok hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun dan produksi pangan dunia merosot.

Baca Juga: Tak Terima dengan Tudingan Amerika Soal Pencurian Data Vaksin Corona, China Langsung Gertak Paman Sam dengan Senjata Rahasia di Laut China Selatan: Bikin Rontok Lawan dalam Sekedipan Mata

Letusan Gunung Tambora di Indonesia pada 10 April 1815, yang menewaskan sedikitnya 71.000 orang juga dianggap sebagai bagian dari efek Dalton Minimum saat itu.

Dampak lainnya saat itu, juga menjadi tahun tanpa musim panas di tahun 1816.

Siluet pendaki di puncak Gunung Tambora berketinggian 2.850 meter. Gunung bertipe stratovolcano akti
Yunaidi Joepoet

Siluet pendaki di puncak Gunung Tambora berketinggian 2.850 meter. Gunung bertipe stratovolcano akti

Melansir dari Forbes yang menukil data dari Spaceweather.com, sudah ada 100 hari di tahun 2020 ini, di mana matahari menunjukkan nol bintik matahari.

Tahun ini, matahari telah mengalami kekosongan tanpa bintik sebesar 76 persen. Tahun 2019 matahari sempat mengalami kekosongan sebesar 77 persen.

Dua tahun berturut-turut sedikit bintik membuat minimum matahari semakin parah.

Apa itu bintik matahari?

Baca Juga: Ilmuwan China Temukan Jenis Virus Corona yang Paling Mematikan, Peneliti Syok Waktu Bedah Pasien Meninggal yang Terpapar Covid-19: Ternyata Kondisi Organ Dalamnya Bikin Merinding

Sunspot atau bintik matahari merupakan area aktivitas magnet di permukaan matahari.

Bintik Matahari dengan medan magnet ultra kuat yang dipotret HINODE.
Gita Laras Widyaningrum

Bintik Matahari dengan medan magnet ultra kuat yang dipotret HINODE.

Sunspot muncul sebagai area gelap yang menjadi indikasi aktifitas matahari, melahirkan semburan matahari dan coronal mass ejections atau lontaran massa korona matahari.

Walaupun bintik matahari tampak kecil, akan tetapi sebenarnya ia berukuran besar. Bintik matahari telah dihitung sejak tahun 1838 yang membuat ilmuwan dapat membaca siklus matahari dengan melihat aktifitas permukaannya. (Kompas.com/Nur Rohmi Aida)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest