Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Jubir Menhan Prabowo Subianto Mendadak Kehilangan Sosok Tercinta: Insya Allah Beliau Husnul Khotimah

Jumat, 23 April 2021 | 07:19
Kompas.com

Dahnil Anzar Simanjuntak.

Fotokita.net - Innalillahi wa innailahi rojiun, jubir Menhan Prabowo Subianto mendadak kehilangan sosok tercinta: Insya Allah beliau husnul khotimah.

Juru bicara atau jubir Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak mendadak turut menyampaikan rasa bela sungkawa atas kepergian sosok tercinta.

Melalui akun Twitter pribadinya,@Dahnilanzar, pada Kamis (23/4/2021), Dahnil Anzar menuliskan ungkapan duka cita,"Saya senang tulisan2 Mas Radhar. InsyaaAllah beliau Husnul Khotimah. turut berduka."

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Puluhan Tahun Lawan Penyakitnya, Sahabat Deddy Mizwar Ini Meninggal Dunia di Rumah Sakit

Dahnil Anzar turut berduka cita atas kepergian budayawan sekaligus sastrawan, Radhar Panca Dahana.

Seperti diketahui, sastrawan Radhar Panca Dahana begitu produktif menelurkan sejumlah karya semasa hidupnya.

Dengan demikian, tak heran, apabila Dahnil Anzar merasa begitu kehilangan. Lantaran jubir Prabowo Subianto ini mengaku ikut menikmati karya-karya tulis Radhar Panca Dahana.

Baca Juga: Cek Data Penerima BPUM 2021 di eform.bri.co.id/bpum, Ini Cara Cairkan Dana BLT UMKM Rp 1,2 Juta

Seperti diketahui, kabar wafatnya sang sastrawan disampaikan oleh kakaknya Radhar Panca yakni Radhar Tribaskoro.

“Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun. Telah berpulang malam ini pk. 20.00 adik saya tercinta Radhar Panca Dahana di UGD RS Cipto Mangunkusumo,” katanya.

Dia meminta maaf jika adiknya melakukan kesalahan dan minta didoakan agar diberikan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Jarang Tersorot Kamera, Dian Sastro Mendadak Kehilangan Sosok Tercinta: Aku Sangat Sedih

“Mohon maaf atas semua kesalahan dan dosanya. Mohon doa agar ia mendapat tempat yang terbaik di sisi-Nya. Amin YRA,” lanjutnya.

Anggota Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM) Noorca Massardi telah memberikan konfirmasi atas kabar duka tersebut.

Seperti kita ketahui, sastrawan Radhar Panca Dahana adalah pimpinan Forum Seniman Peduli TIM.

Baca Juga: Jadi Satu-satunya Negara ASEAN yang Bisa Bangun Kapal Selam Sendiri, Indonesia Nyatanya Masih Kalah Jumlah Armada Bawah Laut dari Negara Tetangga Ini

"Innalillahi wainaillaihi roji’un,semoga amal ibadah almarhum Radhar Panca Dahana diterima Allah SWT amin," ujar Noorca saat dikonfirmasiKompas.com, Kamis malam.

Dalam kesempatan yang sama, Noorca juga meneruskan pesan yang dikirimkan oleh kakakRadhar Panca Dahana, yakniRadhar Tribaskoro.

Dalam pesan tersebut, Radhar Panca disebutkan meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.

Baca Juga: Terkuak, Sosok Gangsar Sambodo Kakak Pertama Ashanty yang Sengaja Minta Jokowi Jadi Saksi Nikah Atta-Aurel, Ternyata Punya Jabatan Mentereng

"Telah berpulang malam ini pk. 20.00 adik saya tercinta Radhar Panca Dahana di UGD RS Cipto Mangunkusumo. Mohon maaf atas semua kesalahan dan dosanya. Mohon doa agar ia mendapat tempat yang terbaik di sisiNya. Aaminn YRA," demikian bunyi pesanRadhar Tribaskoro yang diteruskan oleh Noorca.

Belum diketahui pasti penyebab Radhar Panca Dahana meninggal dunia.

Namun, menurut Noorca, almarhum Radhar Panca Dahana sudah lama memiliki penyakit ginjal dan harus berulang kali cuci darah di RSCM.

"Sudah berpuluh tahun gagal ginjal dan seminggu tiga kali cuci darah di RSCM," terang Noorca Massardi.

Baca Juga: Pantas Oma Nathalie Holscher Geram Cucunya Dianggap Sampah, Hati Istri Sule Teriris Usai Baca DM Sang Suami Pada Sosok Ini: Hargai Aku Ada di Sini Sedikit Aja

Pada tahun 2020pertunjukan teater-sastra "LaluKau" memanggungkan puisi-puisi Radhar Panca Dahana.

Radhar Panca Dahana membacakan puisinya sendiri, "Kau yang Kosong 2" pada pementasan teatrikal puisi "LaluKau" pada 18 Februari 2020 di Gedung Kesenian Jakarta itu.

Kompas edisi 21 Februari 2020 memberitakan, budayawan itu mengenakan baju koko, selendang, celana, dan peci putih.

Baca Juga: Banjir Hujatan Seantero Negeri Usai Foto Bareng Selebgram yang Pamer Aurat, Ustaz Amin Akhirnya Malah Banjir Pujian: Saya Ajak Mereka Masuk Surga

Layar di panggung diisi rangkaian foto lalu lalang manusia di jalan raya kota malam hari, lengkap dengan gedung-gedung tinggi.

Lampu deretan kursi penonton sengaja dipadamkan. Sumber cahaya hanya di panggung. Sorot lampu selalu terarah pada sosok yang membacakan puisi.

Baca Juga: Dulu Lapor Polisi Karena Perselingkuhan, Istri Kedua Adiguna Sutowo Lakukan Ini Saat Hadiri Pemakaman Sang Suami: Semoga Arwahnya Diterima di Sisi Allah

Ist.

Hatta Rajasa saat menjenguk sastrawan dan budayawan Radhar Panca Dahana, yang meninggal dunia pada Kamis (22/4/2021).

Di belakang panggung terpasang layar menayangkan video dan gambar. Puisi, gambar di layar, dan tampilan Radhar yang serba putih seolah meneguhkan suasana kota yang riuh, tetapi kosong.

Orang-orang berjibaku mondar-mandir, berkejaran atau mengejar impian, tetapi sejatinya hampa. Manusia masih terus bertemu satu sama lain, tetapi kehilangan makna.

Baca Juga: Cara Mudah Cari HP Baru Lebaran 2021, Adu Keren Kamera Realme 8 dengan Samsung Galaxy A32, Lihat Hasil Foto-fotonya

Pertunjukan yang dihelat dua hari ini cukup banyak membicarakan kekosongan. Dikemas dalam bentuk teater-sastra, pentas menampilkan pembacaan 20 puisi karya Radhar.

Dari semua itu, ada sejumlah puisi mengulik soal kosong. Sejumlah seniman tampil membacakan puisi.

Sebut saja aktor senior Deddy Mizwar, aktris senior Niniek L Karim, soprano Aning Katamsi, dan penyanyi Iwan Fals.

Beberapa puisi yang mereka baca juga bercerita soal kekosongan.

Baca Juga: Fix Settingan? Begini Beda Reaksi Sule Saat Disentil Kiky Saputri Lewat Konten Curhat dengan Sikap Nathalie Holscher yang Disebut Angkat Kaki dari Istana Tambun

Fajar/Trenz Indonesia

Deddy Mizwar, Iwan Fals dan Radhar Panca Dahana dalam satu panggung event budaya yang digelar pada Rabu (19/02/2020) malam di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Lahir di Jakarta, 26 Maret 1965, Radhar Panca merupakan anak kelima dari tujuh bersaudara di mana semuanya mempunyai nama depan yang sama.

Radhar sendiri adalah akronim dari nama kedua orang tuanya: Radsomo dan Suharti.

Menurut situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Radhar Panca memiliki masa kecil yang keras hasil didikan sang ayah yang pernah difitnah sebagai penyokong komunis.

Baca Juga: Sosok Komandan KRI Nanggala-402 Letkol Laut (P) Heri Oktavian, Perwira TNI AL yang Punya Karir Mentereng, Ini Foto-fotonya

Didikan otoriter sang ayah kepada Radhar Panca dan saudara-saudaranya membuat mereka sangat disiplin, terutama dalam belajar.

Sejak kecil, mereka telah diajari berhitung angka hingga jutaan.

Apabila melanggar aturan, mereka menerima hukuman berupa sabetan rotan dari Radsomo.

Radhar Panca ternyata tumbuh sebagai anak yang kerap membangkang sehingga paling sering dihukum ayahnya.

Baca Juga: Angkut 52 Anggota TNI AL, Ini Foto Profil Komandan KRI Nanggala-402 yang Hilang Kontak, Ternyata Bukan Sosok Sembarangan

Salah satu yang menjadi perselisihan cukup panjang adalah ketika orangtuanya mengharapkan Radhar Panca menjadi pelukis.

Padahal, Radhar Panca sangat menyukai teater dan karya tulisan. Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Radhar Panca rutin mengirimkan tulisan ke berbagai media.

Dia pernah mengirim cerita pendek (cerpen) berjudul "Tamu Tak Diundang" ke Kompas ketika masih kelas 5 SD. Cerpen itu dimuat.

Bakat menulisnya membawa Radhar Panca menjadi redaktur tamu di majalah Kawanku saat duduk di bangku kelas 2 SMP.

Baca Juga: Pantas Rela Jadi Relawan Vaksin Nusantara, Anang dan Ashanty Ternyata Sudah Langganan Berobat ke Dokter Terawan, Foto-foto Ini Buktinya

Pada akhir 1970-an hingga 1980-an, Reza pun menjadi reporter di sejumlah media massa.

Namun, pekerjaannya sebagai jurnalis sempat harus berhenti karena orangtuanya melarangnya bekerja dan memintanya kembali ke bangku sekolah.

Setelah butuh enam tahun dan tiga sekolah untuk menamatkan pendidikannya di SMA, Radhar Panca menyelesaikan studi di jurusan sosiologi Universitas Indonesia.

Baca Juga: Cucunya Pamit dari Istana Tambun Cuma Lewat WA, Oma Nathalie Holscher Murka Saat Tahu Perlakuan Fatal Sule yang Menusuk Hati Sang Istri: Emang Cucu Saya Sampah?

Lalu, pada 1997, Radhar Panca melanjutkan studi di Ecole des Hautes Etudes en Science Sociales, Prancis.

Baru setahun, Radhar Panca memutuskan pulang ke Indonesia dan tidak menuntaskan studinya yang seharusnya mencapai tingkat doktoral.

Alasannya, ia terlalu sedih melihat kondisi Indonesia yang sedang dalam kekacauan politik dan ketidakstabilan keamanan tahun 1998.

Sepulangnya dari Prancis, Radhar Panca justru divonis mengalami gagal ginjal kronis dan pembunuhan sel ginjal secara perlahan.

Baca Juga: YouTuber Penista Agama Jozeph Paul Zhang Cuma Tertawa Jadi Buronan Interpol, Tangan Kanan Habib Rizieq Buka Suara: Tak Ada Dalam Ajaran Kristiani yang Sesungguhnya

Dokter menyatakan dua buah ginjalnya sudah mati.

"Sepertinya ada ketidakpedulian, bisa jadi kebebalan. Puluhan tahun memperjuangkan kebudayaan menjadi fondasi cara kita membangun negara, manusia dan bangsa di dalamnya, hasilnya hampir nihil bahkan negatif."

Begitu isi paragraf pembuka tulisan Radhar Panca berjudul "Sakratul Maut Seni-Budaya" yang dimuat di Harian Kompas edisi Selasa (21/1/2020).

Baca Juga: Foto Sule Disebut Cuma Disembunyikan Nathalie Holscher, Roy Kiyoshi Singgung Artis yang Rela Bikin Sensasi Demi Konten: Semuanya Settingan

Radhar Panca memang salah satu budayawan yang tak kenal lelah berjuang menjaga kelestarian budaya Indonesai.

Keprihatinan Radhar Panca terhadap budaya yang telah tergerus sudah ia cetuskan sejak awal 1990-an.

Dia menuliskan keluh kesahnya soal teater modern yang mengalami kemunduran dalam tulisan berjudul "Mencari Teater Modern Indonesia".

Baca Juga: Krisdayanti Cuma Ongkang-ongkang Kaki? Ashanty Sebut Hanya Anang yang Keluarkan Uang Buat Biayai Pernikahan Putri Sulungnya, Thariq Halilintar: Bukan Untuk Cari Untung

Tulisan itu dimuat di Kompas edisi 27 Februari 1994. Dalam tulisannya kala itu, Radhar Panca berpendapat bahwa sudah 2 dekade teater modern tidak punya penerus.

"Sebuah kenyataan, bahwa mereka yang dianggap wakil paling kuat dari kesenian ini adalah nama-nama yang sudah bertengger sejak 1970, bahkan sebelumnya.

Artinya, lebih dari dua dekade teater modern Indonesia tak melahirkan nama baru, kecuali kasus seperti Boedi S. Otong dan Dindon."

Baca Juga: Tertangkap Kamera Sahur Tanpa Nathalie Holscher, Sule Mendadak Lontarkan Ancaman Hingga Langsung Buat Perhitungan: Awas, Nanti Kamu Malu

"Semua seolah memperlihatkan kegagalan para pionir teater modern di negeri ini, menyampaikan tongkat estafetnya pada mereka yang berlari di lintasan berikut.

Tongkat yang menyimpan sejarah, konsep, keyakinan estetik, kemampuan artistik dan sebagainya itu tersimpan baik di balik bantal, dan mungkin kini lapuk," tulisnya.

Sembari menyerukan keluh kesah terhadap mundurnya kebudayaan, Radhar Panca giat memperlihatkan kebudayaan terutama karyanya sendiri.

Cerpen, puisi, hingga panggung teater. Radhar Panca mengabdikan dirinya untuk seni dan budaya Indonesia.

Baca Juga: Orangtua Atta Halilintar Disebut Contoh Pasangan Sempurna, Sosok Ini Akhirnya Buka Suara Bahwa Aurel Hermansyah Bukan Menantu Idaman Keluarga Gen Halilintar, Betulkah?

Seperti pertunjukan teater-sastra "LaluKau" di mana Radhar Panca memanggungkan puisi-puisi karyanya pada 19 Februari 2020, aksi terakhirnya di pentas.

Perjuangan Radhar Panca tak hanya soal mempertahankan seni dan budaya itu sendiri.

Pada November 2019, ia dan rekan-rekannya sesama seniman di TIM menyatakan penolakan keterlibatan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk mengelola kawasan dan fasilitas di sana, termasuk wacana pembangunan hotel bintang lima.

Baca Juga: Bak Masuk Kuping Kiri Keluar Kuping Kanan, Atta Halilintar Lupakan Nasihat Nikah Gus Miftah, Terus Minta Aurel Seperti Leggogeni Faruk: Jangan Cari Pasangan Sempurna

Kawasan di TIM, oleh Jakpro, akan dikomersialkan. Hal ini yang menyulut kecaman para seniman termasuk Radhar Panca.

”Jangan sampai pemerintah memaksakan kehendak dan kepentingannya atas kerja kesenian dan kebudayaan semata-mata untuk keuntungan politik atau keuntungan finansial,” kata Radhar Panca, Minggu (24/11/19).

Baca Juga: Terlanjur Nekat Promosikan Ayu Ting Ting Hingga Bikin Nagita Slavina Tersenyum Kecut, Ternyata Bisnis Raffi Ahmad yang Satu Ini Bangkrut: Kita Kan Masih Belajar Bro

Radhar Panca Dahana kini telah tiada. Pejuang kelestarian seni dan budaya Indonesia itu meninggalkan pertanyaan dalam tulisan "Sakratul Maut Seni-Budaya" yang entah kapan dapat menemukan jawaban.

"Saya tidak tahu sampai kapan kedegilan pemerintah ini terjadi? Apakah hingga kebudayaan dimakamkan, dan bangsa menjadi mayat, atau zombi yang hidup hanya untuk menciptakan keburukan dan kebobrokan? Sesuatu yang indikasinya terlihat saat ini, di sekitar, mungkin dalam diri kita?" ungkap Radhar Panca.

Baca Juga: Kritis Dikeroyok 7 Orang di Depan Kafe, Ini Foto Serda Donatus Boyau Anggota Pasukan Rahasia Kopassus, Ternyata Bukan Sosok Sembarangan

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya