Fotokita.net - Pewaris Ponpes Shiddiqiyyah Ploso Jombang, Moch Subchi Azal Tsani (MSAT) alias Bechi mengaku punya ilmu kanuragan alias metafakta yang sakti. Pria 42 tahun ini memperdaya korban pencabulan dengan ilmu tersebut. Dia bikin jiwa korban melayang pakai cara begini. Foto ayahnya bertemu Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan disorot.
Drama penangkapan anak KH Muhammad Mukhtar Mukthi yang berlangsung selama 16 jam pada Kamis (7/7/2022) sudah menyedot perhatian publik. Drama itu berakhir ketika DPO pencabulan santriwati Bechi menyerahkan diri pada Kamis malam. Pada Jumat (8/7/2022) Polda Jatim sudah menyerahkan Bechi ke Kejati Jatim.
Aksi bejat Bechi terhadap santriwati Ponpes Shiddiqiyyah sudah berlangsung lama. Bechi mengaku punya ilmu kanuragan. Pewaris Ponpes Shiddiqiyyah itu bikin jiwa korban melayang pakai cara begini. Foto ayahnya bertemu Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan disorot netizen di media sosial.
Santriwati yang menjadi korban aksi bejat Bechi rupanya pernah buka suara. Dia berbicara kepada jurnalis dari CNN Indonesia TV pada tahun 2020. Ketika itu, ada dua korban yang membongkar cerita mengenai pencabulan yang dilakukan pewaris Ponpes Shiddiqiyyah Ploso, Jombang.
Bechi memgaku memiliki ilmu kanuragan alias metafakta. Ilmu inilah yang dijadikan modus dalam melakukan pencabulan hingga persetubuhan pada santriwatinya.
Sebelum mencabuli korban, Bechi melakukan modus merekrut korban menjadi salah satu tim relawan kesehatan. Relawan ini akan diajari ilmu metafakta. Ilmu ini disebut bisa digunakan untuk proses penyembuhan. Korban pun dijanjikan akan ditransfer ilmu metafakta tersebut.
"Modusnya korban dimasukkan oleh seseorang, anak buahnya tersangka untuk menjadi salah satu tim kesehatan, metafakta," kata pendamping korban, Nun Sayuti.
Saat seleksi tim, korban dijanjikan ditransfer ilmu. Namun, korban diminta untuk melepas semua pakaiannya agar ilmu tersebut bisa masuk. Korban sempat menolak karena hal ini tidak masuk akal.
Tetapi, MSAT menegaskan jika ilmu tersebut tidak akan sampai jika korban masih mengandalkan akal atau logika. "Nah salah satu prosedurnya melalui internal interview, saat itulah terjadi pemerkosaan," imbuh Nun.
Korban Bechi mengakudipaksa Bechi untuk membuka seluruh pakaiannya dengan dalih praktik ilmu metafakta. Dalam pengakuannya di depan kamera jurnalis, korbanmengaku bahwa impiannya menuntut ilmu di pesantren yang dia idam-idamkan gugur karena perbuatan Bechi.
Saat menceritakan kronologi tersebut, dia justru disalahkan oleh pihak pesantren. Dia dipaksa menulis surat pengakuan bersalah.
Dalam wawancara panjang, korban Bechi bercerita atas peristiwa pencabulan yang dialaminya. Pewaris Ponpes Shiddiqiyyah Jombang bikin jiwa korban melayang. "Karena sudah sekian lama ternyata masih berkepanjangan masalah ini. Kejadian terus terulang. Saya merasa miris sekolah yang selama ini diidam-idamkan, niat mencari ilmu dari jauh datang. Ternyata sana diperlakukan seperti itu. Dan kejadian ini terus berulang."
Dia lalu melanjutkan cerita, "Saya ada rasa tidak terima ya Allah beri jalan ya Allah. Terus tahun 2018 ada yang melapor, saya juga sudah diperiksa. Saya bersedia menjadi saksi. Sudah diperiksa, sudah berjalan. Ternyata gagal. Tidak berhasil.
Saya tidak putus doa. Kemudian ada yang menguatkan saya. Kalau ini harus ditindaklanjuti, tidak ada yang berani melangkah. Tidak akan berhenti masalah ini. Akhirnya saya menguatkan, ya Allah tolong hamba. Saya memutuskan untuk mengambil jalur hukum ini, kalau tidak seperti ini tidak akan selesai. Saya beranikan diri. Saya yakin Allah pasti menolong.

Bechi pewaris Ponpes Shiddiqiyyah Jombang bikin jiwa korban pencabulan melayang. Foto ayahnya bertemu Luhut Binsar disorot.
Di kegiatan itu memakai ilmu metafakta, mereka mengistilahkannya. Metafakta itu katanya tidak bisa dijelaskan menggunakan akal. Jadi saya harus melepas pakaian. Dan melepas pakaian itu kan tidak bisa di logika, di luar nalar. Saya tidak mau, saya tetap jawab saya tidak mau.
Tapi dia memaksa. Masih menggunakan alasan yang sama, 'kalau kamu tidak mau, berarti kamu masih menggunakan akal. Kamu belum menjiwai itu metafakta'. Dia mengatakan mau menetralkan saya, caranya dengan melepas seluruh pakaian saya. Saya tetap jawab, saya tidak mau.
Saya tidak paham apa yang dimaksud. Saya tidak paham juga maksudnya metafakta itu bagaimana. Intinya saya tidak bisa dengan akal, saya harus menjiwai itu. Sampai dia menunggu lama sekali, lama dia menunggu saya tetap tidak berkenan.
Dia menyuruh saya lagi, dengan alasan yang sama. Di situ saya merasa tertekan, saya merasa ngawang. Saya merasa ngawang. Hidup nggak hidup, mati nggak mati.
Saya benar-benar ngawang. Ibaratnya itu itik kehilangan induk. Saya nggak tahu harus bagaimana saya nggak bisa ngapa-ngapain di situ nggak ada orang sama sekali. Ngawang rasanya. Yang saya rasakan ngawang, benar-benar melayang.
Saya berdoa sama Allah, ya Allah saya minta balasan di dalam hati saya bilang alam semesta menyaksikan. Dalam hati saya bilang bahwa alam semesta menyaksikan. Meskipun tidak ada orang di situ, alam semesta menyaksikan.
Saya yakin alam akan membalas. Seperti itu doa saya. Terus mereka bilang kalau saya itu penyebar fitnah. Mengatakan bahwa apa yang saya tulis itu fitnah. Saya sampaikan, saya tidak menulis fitnah. Itu asli nyata terjadi kepada saya.
Mereka tetap memaksa, tetap mengatakan, menyatakan bahwa saya penyebar fitnah. Saya sampaikan, fitnah dari mana? Kalau memang itu fitnah, fitnah dari mana? Itu real kejadian yang saya alami. Di situ saya juga nangis.

Bechi pewaris Ponpes Shiddiqiyyah Jombang bikin jiwa korban pencabulan melayang. Foto ayahnya bertemu Luhut Binsar disorot.
Saya juga bilang ke mereka, ke bapak-bapak itu, saya sampaikan ke mereka. Bagaimana kalau kamu mempunyai anak perempuan, kamu mempunyai anak dan kamu mengalami hal yang sama seperti orang tua saya. Anak kamu diperlakukan seperti itu, bagaimana perasaan kamu sebagai orang tua.
Apa yang kamu lakukan, apa kamu menyuruh anakmu menulis surat pernyataan bahwa dia itu salah. Kenyataannya dia yang teraniaya.
Bagaimana perasaanmu, saya sampaikan ke mereka. Mereka tidak bisa menjawab. Tetap memaksa saya, tetap menyuruh saya menuli surat bahwa saya bersalah. Saya tidak bersalah. Saya tidak mau menulis. Saya jawab seperti itu.
Saya yakin, saya yakin, saya yakin saya masih percaya ada hati yang masih murni. Saya masih percaya di negara ini masih ada jiwa-jiwa yang suci yang melihat dengan kebenaran. Saya yakin masih ada.
Demi kebenaran, demi keadilan, demi kemanusiaan. Saya tidak takut. Saya tidak akan takut, saya tidak gentar, saya akan terus maju. Saya yakin Allah menolong saya.
Sementara itu, sudah membantah semua tuduhan. Dia menilai tak layak menerima tuduhan sebagai pelaku pencabulan.
"Apalagi saya dituduh nggak-nggak, sampai nggak pantas itu, kemudian dari surat panggilan itu mereka sebar ke media-media. Padahal mereka nggak pernah ketemu saya kok, kok lucu," tambahnya.
Bechi juga sempat menyinggung dirinya bukanlah buron polisi. Bechi mengaku masih beraktivitas seperti biasa di kediamannya dan tidak merasa takut karena tak bersalah. Dia juga menyebut tak melakukan tindakan kriminal. Bechi mengaku kaget tiba-tiba diperkarakan.

Bechi pewaris Ponpes Shiddiqiyyah Jombang bikin jiwa korban pencabulan melayang. Foto ayahnya bertemu Luhut Binsar disorot.
"Orangnya (saya) itu lo nggak buron, orangnya itu masih ada di rumah, di rumahnya itu ada. Ndak masuk akal. Saya ingatkan kepada kepolisian, dari pusat ke daerah, terutama khususnya itu Polres Jombang, saya tidak akan pernah mundur, tidak akan pernah mundur sejengkal pun karena saya bukan teroris.
Saya bukan pengacau keamanan, saya bukan kriminal. La wong aku gak tau lapo-lapo kok diperkarano (Lah saya tidak pernah ngapa-ngapain kok diperkarakan)," kata Bechi dalam video yang disebarkan pada Rabu (29/1/2020).
Pewaris Ponpes Shiddiqiyyah mengaku punya ilmu kanuragan bikin jiwa korban melayang. Foto ayahnya bertemuMenteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan disorot netizen di media sosial.
Menko Luhut Binsar Panjaitan mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Majma'al Bahrain Shiddiqiyyah,Selasa (21/3/2017).Kedatangan Luhut beserta rombongan disambut hangat tuan rumah, KH Muhammad Mukhtar Mukhti yang juga mursyid tarikat Shiddiqiyyah dan keluarga. Bahkan ratusan santri berebut jabat tangan dengan Luhut dan rombongan.
Selanjutnya Luhut diterima di ruang dalam ponpes setempat. Luhut terlihat berbincang akrab dengan Kiai Mukhtar Mu'thi dan keluarga, saling bertukar cerita, diakhiri pemberian suvenir oleh tuan rumah.
Usai pamit, Luhut kepada pers mengaku kunjungannya hanya silaturahmi biasa. Dia mengaku, sebenarnya satu tahun lalu sudah ada janji kepada Kiai Muhtar untuk mengunjungi sang kiai. "Namun baru pada hari ini bisa diagendakan. Kami juga meminta doa kepada beliau agar negeri kita aman dan damai,” ujar Luhut Binsar Panjaitan.
Luhut mengungkapkan, dia juga membahas mengenai petisi yang digalang Kiai Mukhtar, yang ditujukan kepada Presiden Joko Widodo sekitar Agustus 2016. Petisi tersebut berisi permohonan perubahan istilah atau frasa 'Kemerdekaan Republik Indonesia' menjadi 'Kemerdekaan Bangsa Indonesia'.
"Usulan itu sangat masuk akal, dan menarik untuk dikaji dan dicermati lebih dalam lagi mengenai perubahan istilah tersebut,” bebernya. Namun Luhut tidak merinci lebih jauh, kapan pengkajian untuk perubahan istilah itu dilakukan. Luhut hanya menyatakan, peran Kiai Muchtar patut dikagumi. Sebab, meski usia sudah sepuh, masih konsisten memberikan nilai-nilai yang mendalam mengenai istilah 'Kemerdekaan Republik Indonesia' atau 'Kemerdekaan Bangsa Indonesia'.
(*)