Saat awak media mengunjungi Madani Boarding School, terdapat papan nama sekolah. Di situ, sekolah ini sudah mengantongi izin dari Kemenkumham RI. 'Akta Notaris: Kusnadi MH, SK Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia RI Nomor: AHU-0001410.AH.01.04 Tahun 2016'
Namun, Kemenag Kota Bandung menyatakan tidak pernah memberikan bantuan untuk pesantren ini. "Menurut informasi di lapangan memang gratis, (dananya) mungkin dari bantuan. Kalau dari Kemenag, nggak ada," ujarnya.

Foto ustaz pesantren di Bandung yang memperkosa 12 santriwati disebarkan. Netizen semakin geram saat mendapatkan fakta ini.
Lebih lanjut Tedi mengaku prihatin atas kejadian ini. "Saya merasa prihatin, ini oknum dari seluruh guru pesantren, ini oknum di luar sepengetahuan kita, karena untuk guru pesantren ada tingkatan ya untuk mengajar di sana. Mungkin secara normatif pengajaran bisa, secara lokal orang tidak ada yang tahu," jelasnya.
Pihaknya mengimbau kepada pesantren di Kota Bandung agar selektif dalam mencari guru. "Saya mengimbau kepada para pesantren, terutama yang tergabung dalam Forum Pondok Pesantren, untuk selektif memilih guru, bukan persoalan akademik saja, tapi attitude juga," ujarnya. "Jadi jangan sampai ada kejadian ini lagi ya," harapnya.
Tedi juga menambahkan Herry bukan Ketua Forum Pesantren Kota Bandung seperti yang tersebar di aplikasi pesan. "Bukan, ini harus diklarifikasi, bukan. Ketua itu KH Aceng," pungkasnya.
Menurut Mary Silvita, anggota Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang membongkar kasus Herry Wirawan, korbannya banyak dari keluarga yang tidak mampu. Itu sebabnya, pelaku memanfaatkan kelemahan ini untuk memperdaya korban. Dari situ, pelaku mengeksploitasi dan memanfaatkan statusnya.
Mary Silvita adalah santriwati alumni UIN Medan. Dia juga mengambil S2 di UIN Syarif Hidayatullah Ciputat.
Menurut tetangga Herry, di rumah tempat dia tinggal terdapat 40 orang termasuk keluarga dan korban ygangmerupakan santrinya.Beberapa warga yang tinggal persis di depan rumah atau pondok penampungan santriwati itu mengaku sering melihat santriwati terlihat ketakutan dan langsung masuk ke dalam rumah setiap kali Herry pulang.
Tampak spt ada pembatasan utk berbicara dan berkomunikasi bagi santriwati dgn para tetangga. Namun warga mengatakan, seorang anak berusia 9 th, berkulit hitam manis, asal Papua sering terlihat menangis dan mengadu kepadanya bahwa dia sering didorong dan dimarahi.