
KRI Nanggala.
Titik dengan kemagnetan tinggi ditemukan di kedalaman 50-100 meter. Kamis sore, dengan menggunakan multibeam echosounder portable, kru pencari akan kembali ke lokasi untuk mencari tahu temuan tersebut.
"Harapannya KRI Nanggala," ujar Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono.
Yudo mengungkapkan soal dua kemungkinan temuan tumpahan minyak dalam pencarian KRI Nanggala-402.
Menurut Yudo, kemungkinan pertama adalah tangki kapal selam mengalami keretakan sehingga terjadi kebocoran apabila kapal terus menyelam ke kedalaman.
Kemungkinan kedua, jika KRI Nanggala-402 masih melayang di kedalaman 50 meter sampai 100 meter, ABK kapal selam itu membuang bahan cair yang ada di dalam kapal dengan harapan dapat meringankan beban kapal selam.
"Kemungkinan ABK-nya membuang bahan cair yang ada di situ. Di situ ada oli, ada minyak, diembuskan, dibuang, harapannya ini untuk mengapungkan. Jadi, untuk meringankan berat kapal selam itu sehingga bisa melayang," ujar dia.
Peristiwa hilang kontak KRI Nanggala-402 di perairan utara Bali memang baru pertama kali terjadi di Indonesia.
Apabila berkaca pada peristiwa yang sama di dunia, ada sejumlah kapal selam dari berbagai negara yang mengalami nahas.
Sebetulnya, kecelakaan yang menimpa kapal selam amat jarang terjadi. Namun, menurut catatan, ada sejumlah peristiwa fatal terhadap armada bawah laut ini hingga merenggut korban nyawa.