Follow Us

Warga Indonesia Kembali Jadi Sandera Kelompok Teroris Filipina, Nama Jenderal yang Terbelit Kasus Makar Ini Tiba-tiba Jadi Sorotan. Akankah Namanya Harum Lagi?

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 11 Desember 2019 | 07:57
Warga Negara Indonesia yang sempat disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina tiba di Lanud Halim Per
Lutfi Fauziah

Warga Negara Indonesia yang sempat disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina tiba di Lanud Halim Per

Pada pertengahan tahun 2016, Kivlan Zen yang saat ini menghadapi kasus makar memang telah menuai prestasi terkait pembebasan sandera Abu Sayyaf asal Indonesia.

Sekitar sepuluh warga negara Indonesia dari 14 orang yang disandera oleh kelompok separatis Filipina atau yang dikenal dengan Abu Sayyaf akhirnya dibebaskan. Kesepuluh WNI itu adalah awak kapal tugboat Brahma 12 dan kapal tongkang Anand yang sebelumnya bermuatan batu bara.

Mayor Jenderal Purnawiraan Kivlan Zein, negosiator yang ikut dalam upaya pembebasan sandera, menuturkan, negosiasi pembebasan sandera menjadi mulus lantaran melibatkan Gubernur Zulu Abdsakur Toto Tan II. Toto ini keponakan pemimpin Moro National Liberation Front (MNLF), Nur Misuari.

Baca Juga: Baru Naik Pangkat Tapi Dipastikan Bakal Segera Diberhentikan, Jenderal Bintang 3 Ini Malah Tenang-tenang Saja. Begini Fakta Sebenarnya Tentang Sosok Polisi Kontroversial Itu

Mengapa menyeret nama Nur Misuari, karena sang penculik, Al Habsyi Misa, adalah mantan supir dan pengawal saat Nur Misuari menjadi Gubernur Otonomi Muslim di Mindanao atau ARMM pada 1996-2001. "Saya sebagai wakil perusahaan meminta bantuannya membujuk sang penculik, dan berhasil membujuknya," kata Kivlan yang saat dihubungi masih di Filipina, Minggu, 1 Mei 2016.

Menurut Kivlan, kelompok Abu Sayyaf merupakan sempalan dari kelompok MNLF yang memilih berdamai dengan pemerintah Filipina. "Jadi ini murni negosiasi yang melibatkan perwakilan dari kedua negara, dan satu tokoh yang cukup disegani oleh kelompok Abu Sayyaf," ucap Kivlan Zein.

Para sandera itu sudah diserahterimakan di sebuah pantai di selatan Mindanao. Serah terima dilakukan pada pukul 12.00 waktu setempat. Kivlan sendiri mengaku sebagai pihak yang mewakili perusahaan PT Patria Maritime Lines, dan turun untuk bernegosiasi sejak 27 Maret 2016.

Kivlan mengaku terlibat karena pernah bertugas sebagai pasukan perdamaian Filipina Selatan pada 1995-1996. Saat tugas itu Kivlan mengenal Nur Misuari dengan sangat baik. Keakraban itulah yang kemudian digunakan Kivlan melobi kelompok Abu Sayyaf agar membebaskan WNI yang disandera.

Baca Juga: Sempat Dikira Anak Jenderal Karena Tak Ditahan Polisi, Ternyata Pelaku Penabrak Skuter Listrik Itu Adalah Anggota Keluarga Terpandang di Daerah Ini. Ibunya Jadi Senator di Parlemen Lho!

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah Nur Misuari segera menghubungi Toto agar bernegosiasi dengan kelompok militan Abu Sayyaf. Negosiasi pertama dilakukan pada akhir Maret tak lama setelah sepuluh sandera itu disekap.

Negosiasi itu juga melibatkan petinggi Patria Maritime dan intelijen Filipina. "Kemudian direspons badan intelijen strategis TNI dan terjadi komunikasi," kata Kivlan.

Seringnya negosiasi yang dibantu pemerintah Filipina, bekas militan MNLF dan beberapa organisasi lainnya, akhirnya pada 1 Mei, 10 sandera itu dibebaskan. "Sekarang kami mencoba negosiasi membebaskan empat sandera yang masih ditahan," kata Kivlan. Empat sandera yang masih ditahan itu awak kapal lain. (Kompas.com/Tempo.co)

Editor : Fotokita

Baca Lainnya

Latest