Fotokita.net - Harapan misi pencarian KRI Nanggala-402 muncul lewat tanda ini, AL Amerika ternyata selamatkan kapal selam Rusia saat sang lawan sudah putus asa mencari.
Meski dibuat tahun 1977 dan mengisi daftar alutsista TNI pada 1981, KRI Nanggala-402 dinilai masih layak beroperasi.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margonomengatakan, kelayakan kapal selam tersebut telah dikeluarkan Dislaikmatal TNI AL.
KRI Nanggala-402 juga memiliki riwayat operasi yang terbilang baik. Kapal ini telah menembak torpedo kepala latihan 15 kali, dan menembak torpedo kepala perang dua kali.
Sasarannya dua eks KRI dan semuanya ternggelam. Kapal juga telah melakukan docking atau pemeliharaan di PT PAL.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjelaskan, sertifikat kelayakan kapal berakhir pada 25 Maret 2022.
"Jadi masih layak untuk melaskanakan kegiatan operasi," ujar Hadi.
Keraguan atas kelayakan operasi KRI Nanggala-402 sempat muncul lantaran kapal selam ini diketahui sudah berusia tua.
Keraguan itu merebak saat informasi kapal selam KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan utara Bali beredar pada Rabu (21/4/2021).
Kapal yang dibuat di Jerman tahun 1977 itu membawa 53 prajurit TNI.
Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad menjelaskan, pada pukul 03.46 waktu setempat, KRI Nanggala melakukan penyelaman.
Kemudian pada pukul 04.00, kapal melaksanakan penggenangan peluncur torpedo yang merupakan kontak terakhir dengan kapal selam tersebut.
"Penenggelaman peluncur torpedo nomor 8 yang merupakan komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25," ujar Riad saat konferensi pers, Kamis (22/4/2021).
Sejak itu, misi pencarian segera dibentuk hingga meminta bantuan ke negara tetangga.
Menurut KSAL Laksamana Yudo Margono cadangan oksigen di KRI Nanggala-402 hanya bisa bertahan selama 72 jam dalam kondisi black out.
KRI Nanggala 402
Untuk itu, TNI serta sejumlah pihak yang turut membantu pencarian harus berpacu dengan waktu untuk menemukan dan menyelamatkan 53 awak kapal selam yang hilang di perairan utara Bali tersebut.
"Apabila kondisi black out mampu 72 jam, kurang lebih tiga hari. Jadi saat kemarin hilang kontak jam 3, bisa sampai hari Sabtu jam 3, sehingga 72 jam. Mudah-mudahan segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada," ujar Yudo.
Sejumlah negara telah menawarkan bantuan, di antaranya Singapura dan Malaysia.
Kapal milik dua negara ini segera sampai di lokasi di mana KRI Nanggala diperkirakan hilang kontak.
Selain dua negara ini, ada delapan negara lainnya yang siap membantu pencarian.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjamin, pencarian terus dilakukan hingga kapal dan seluruh awaknya ditemukan.
"TNI akan terus melakukan pencarian dan pertolongan untuk membawa pulang kembali, saudara-saudara kita, prajurit KRI Nanggala-402 kepada keluarga mereka," kata Hadi.
Panglima TNI Hadi Tjahjanto dan Menhan Prabowo Subianto dalam konferensi pers di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Bali
Hadi Tjahjanto juga menyampaikan harapannya terkait hilangnya KRI Nanggala 402.
Pria kelahiran 8 November 1963 berharap kapal selam berjuluk monster laut itu berhasil ditemukan.
Termasuk juga seluruh personel KRI Nanggala 402 berhasil diselamatkan.
Keyakinan ini ia sampaikan dalam press conference-nya di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai, Kamis (22/4/2021).
"Upaya pencarian terus dilakukan oleh TNI Angkatan Laut, seluruh prajurit di lapangan sedang melaksanakan pencarian dan pertolongan KRI Nanggala 402," ujarnya.
"Di lapangan rencana akan dibantu oleh instansi pemerintah lainnya yaitu Polri, KNKT, BPPT dan Basarnas, termasuk bantuan datang dari Singapura, Malaysia dan Australia."
“Kita semua berharap upaya pencarian akan membuahkan hasil dan menumbuhkan harapan untuk menyelamatkan seluruh personel KRI Nanggala 402,” sambung dia.
KSAL Laksamana Yudo Margono
Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia, Prabowo Subianto yang hadir dalam press conference menambahkan saat ini TNI sedang menghadapi suatu masalah yaitu masih belum berhasil kontak dengan kapal selam kita KRI Nanggala 402.
Dan usaha-usaha pencarian sudah kita lakukan secara intensif namun memang belum membuahkan hasil.
"Saya yakin seluruh bangsa semua, hati, pikirannya, fokusnya adalah agar anak-anak kita bisa kita selamatkan secepatnya," imbuh Menhan Prabowo Subianto.
Saat ini, ada lima KRI yang dikerahkan untuk mencari kapal selam tersebut. Salah satu kapal yaitu KRI RE Martadinata sempat mendeteksi pergerakan dengan kecepatan 2,5 knot.
Setelah ditelusuri, ternyata pergerakan tersebut berasal dari rumpon (alat bantu cari ikan).
Namun, Kamis, kru pencari mendeteksi kemagnetan yang tinggi di salah satu titik lokasi.
KRI Nanggala.
Titik dengan kemagnetan tinggi ditemukan di kedalaman 50-100 meter. Kamis sore, dengan menggunakan multibeam echosounder portable, kru pencari akan kembali ke lokasi untuk mencari tahu temuan tersebut.
"Harapannya KRI Nanggala," ujar Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono.
Yudo mengungkapkan soal dua kemungkinan temuan tumpahan minyak dalam pencarian KRI Nanggala-402.
Menurut Yudo, kemungkinan pertama adalah tangki kapal selam mengalami keretakan sehingga terjadi kebocoran apabila kapal terus menyelam ke kedalaman.
Kemungkinan kedua, jika KRI Nanggala-402 masih melayang di kedalaman 50 meter sampai 100 meter, ABK kapal selam itu membuang bahan cair yang ada di dalam kapal dengan harapan dapat meringankan beban kapal selam.
"Kemungkinan ABK-nya membuang bahan cair yang ada di situ. Di situ ada oli, ada minyak, diembuskan, dibuang, harapannya ini untuk mengapungkan. Jadi, untuk meringankan berat kapal selam itu sehingga bisa melayang," ujar dia.
Peristiwa hilang kontak KRI Nanggala-402 di perairan utara Bali memang baru pertama kali terjadi di Indonesia.
Apabila berkaca pada peristiwa yang sama di dunia, ada sejumlah kapal selam dari berbagai negara yang mengalami nahas.
Sebetulnya, kecelakaan yang menimpa kapal selam amat jarang terjadi. Namun, menurut catatan, ada sejumlah peristiwa fatal terhadap armada bawah laut ini hingga merenggut korban nyawa.
Meski potensi kecelakaan sangat jarang terjadi, kesalahan teknis saat mengoperasikan kapal selam bisa membawa bencana.
Pada 10 April 1963, kapal selam berteknologi nuklir milik AS, Thresher, yang mengangkut 129 kru hilang dari radar. Kapal tersebut dilaporkan karam di kedalaman laut 2.560 meter di bawah laut di tenggara Cape Cod, Massachusetts, saat melakukan uji coba menyelam.
Menurut militer AS, kecelakaan tersebut terjadi karena arus pendek yang memicu matinya reaktor listrik kapal yang menyebabkan mesin tidak bisa menyala dan kapal tenggelam.
K-19 merupakan salah satu dari dua kapal selam berteknologi rudal nuklir yang dimiliki Uni Soviet pada masanya. Namun, kapal tersebut mengalami sejumlah gangguan teknos bahkan saat pelayaran pertamanya pada 4 Juli 1961.
Saat itu, ketika K-19 tengah beroperasi di tenggara perairan Greenland, mesin pendingin reaktor pada kapal tidak berjalan sempurna. Sejumlah teknisi kapal pun mengorbankan nyawa mereka untuk mengaktifkan mesin dan mendinginkan reaktor. Sekitar 20 awak dari total 139 meninggal karena terpapar radiasi.
Sekitar 117 kru lainnya menderita penyakit akibat terpapar tingginya radiasi. Sebagaimana dilansir Reuters, tragedi itu pun diabadikan dalam sebuah film berjudul K-19: The Widowmaker pada 2002 lalu
Kebakaran sempat terjadi di dalam kapal selam K-8 bertenaga nuklir milik Uni Soviet pada 8 April 1970 dan memaksa puluhan kru membatalkan operasi mereka dan meninggalkan kapal tersebut.
Namun, awak kapal kembali mengoperasikan K-8 setelah operasi penyelamatan dilakukan. Namun, kapal tersebut tenggelam saat berada di tengah perjalanan di lepas perairan Teluk Biscay dan menewaskan 52 awak kapal.
Pada 12 Agustus 2000, kapal selam berteknologi rudal K-141 Kursk milik Rusia tenggelam setelah mengalami dua ledakan di haluannya saat beroperasi di Laut Barents. Seluruh 118 kru kapal bertenaga nuklir itu tewas dalam insiden tersebut.
Kapal selam K-129 milik Soviet atau Rusia yang mengalami kecelakaan pada tahun 1968.
Setelah proses evakuasi jenazah berlangsung, pejabat berwenang menetapkan bahwa 23 kru kapal, termasuk komandan Kursk sempat selamat dari ledakan tersebut meski akhirnya tewas karena terjebak di dalam kapal selam yang tenggelam.
K-129, kapal selam rudal balistik Soviet tenggelam pada 8 Maret 1968 saat beroperasi di Samudra Pasifik. Angkatan Laut Soviet gagal menemukan kapal bertenaga nuklir yang membawa 98 kru tersebut.
Namun, Angkatan Laut Amerika Serikat menemukan K-129 di barat laut Oauhu, Pulau Hawaii, pada kedalaman 4.900 meter di bawah laut.
Kapal patroli Hughes Glomar milik AS berhasil menyelamatkan K-129 dalam suatu operasi rahasia. Enam kru K-129 yang ditemukan tewas dimakamkan di laut.
Pada November 2017kapal selam Argentina, ARA San Juan, yang membawa 44 kru di perairan Atlantik Selatan dinyatakan hilang. Tentu saja peristiwa tersebutkembali mengejutkan dunia pertahanan dan militer dunia.
(*)