Follow Us

Pantas Pemimpin Khilafatul Muslimin Ngotot Bikin Negara Sendiri, Ternyata Punya Dendam Gegara Anaknya Jadi Korban Pembantaian TNI, Foto Sosoknya Dielu-elukan

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 17 Juni 2022 | 08:24
Pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin punya dendam gegara anaknya jadi korban pembantaian TNI di Lampung. Pantas ngotot bikin negara sendiri.
Antara via Facebook

Pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin punya dendam gegara anaknya jadi korban pembantaian TNI di Lampung. Pantas ngotot bikin negara sendiri.

Baca Juga: Keliling Indonesia, Menteri Pendidikan Khilafatul Muslimin Sisipkan Ajaran Menyimpang dalam Tausiah, Foto Sosoknya Terekspos

Pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin punya dendam gegara anaknya jadi korban pembantaian TNI di Lampung. Pantas ngotot bikin negara sendiri.
Facebook

Pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin punya dendam gegara anaknya jadi korban pembantaian TNI di Lampung. Pantas ngotot bikin negara sendiri.

Warsidi dan teman-temannya oleh pihak militer dituduh melakukan kegiatan subversif yang hendak menggulingkan pemerintah Soeharto agar bisa mendirikan negara Islam. Tuduhan ini sangat berlebihan. Warsidi dan teman-temannya hanyalah kelompok kecil. Sumber daya manusianya sedikit dan rendah. Sebagian besar bahkan hanyalah tamatan Sekolah Dasar.

Selain tidak punya kemampuan untuk memberontak, mereka juga tidak punya niatan untuk mendirikan negara Islam. Kegiatan mereka di Cihideung adalah untuk membangun sebuah perkampungan yang menjamin para warganya menerapkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Peristiwa Talangsari, sebagaimana peristiwa Tanjung Priok (1984) dan Haur Koneng (1993), tak terlepas dari usaha Soeharto secara umum untuk memastikan tidak ada satu pun kelompok berbahaya yang bisa mengganggu pemerintahannya. Dengan dalih menyelamatkan Pancasila, setiap kelompok ekstrem, baik kanan maupun kiri, dicurigai.

Jenderal Soemitro, salah satu orang yang pernah menjadi kepercayaan Soeharto, menuliskan dengan jelas kecurigaan Orde Baru kepada kelompok Islam.

Terhadap Islam, pemerintah Orde Baru dan Angkatan Darat khususnya, sejak awal menyadari tentang kemungkinan naiknya pamor politik kekuatan Islam. Jatuhnya kekuatan ekstrem kiri PKI—yang kemudian secara formal diperkuat dengan keputusan pembubaran PKI—secara politis menaikkan pamor politik Islam sehingga terjadilah ketidakseimbangan (imbalance).

Sayap Islam yang sedang mendapat angin kemudian cenderung hendak memperkuat posisinya. Padahal, Angkatan Darat menyadari ketika itu bahwa di dalam sayap Islam masih terdapat bibit ekstremisme yang amat potensial. Sehingga, kebijakan umum militer ketika itu sebenarnya adalah menghancurkan kekuatan ekstrem kiri PKI dan menekan (bukan menghancurkan) sayap Sukarno pada umumnya, “sambil amat berhati-hati untuk mencegah naiknya Islam" (Heru Cahyono, Pangkopkamtib Soemitro dan Peristiwa 15 Januari 1974, 1998, hlm. 46).

Pantas pemimpin Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Hasan Baraja ngotot bikin negeri sendiri, ternyata dia punya dendam gegara anaknya jadi korban pembantaian TNI. Foto sosoknya begitu dielu-elukan para anggota organisasi dengan ideologi khilafah itu.

Baca Juga: Ini Foto Tampang Menteri Pendidikan Khilafatul Muslimin yang Dicokok Polisi? Begini Caranya Dapat Dana Operasional

Pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin punya dendam gegara anaknya jadi korban pembantaian TNI di Lampung. Pantas ngotot bikin negara sendiri.
Facebook

Pemimpin tertinggi Khilafatul Muslimin punya dendam gegara anaknya jadi korban pembantaian TNI di Lampung. Pantas ngotot bikin negara sendiri.

(*)

Editor : Fotokita

Baca Lainnya

Latest