Pada tahun 1979, Verawaty menjadi seorang mualaf. Ia menikah dengan Fadjriansyah Bidoen Aham. Kemudian ia dikenal dengan nama Verawaty Fajrin. Dia meninggalkan seorang anak dan dua cucu.
Pada masa jayanya, Verawaty Fajrin adalah salah satu pebulu tangkis terhebat yang dimiliki Indonesia. Postur tubuh tinggi (178 cm) dan tegap sangat mendukung kiprah Vera, sapaan akrabnya, di bulu tangkis.
Verawaty Fajrin yang lahir di Jakarta pada 1 Oktober 1957 memulai karier bulu tangkisnya pada 1977. Bersama Imelda Wigoena, Verawaty berhasil menjuarai turnamen Dutch Open pada 1977. Prestasi gemilang Vera berlanjut pada tahun berikutnya dengan memenangi Denmark Open dan meraih medali emas Asian Games.
Puncak prestasi Verawaty Fajrin di dunia bulu tangkis tercipta pada 1979 dan 1980. Pada 1979, masih bersama Imelda Wigoena, Vera berhasil menjadi juara salah satu turnamen bulu tangkis paling bergengsi, All England.
Kemudian pada 1980, Verawaty Fajrin sukses menjuarai nomor tunggal putri Kejuaraan Dunia IBF (sekarang BWF).
Tiga tahun setelah merebut gelar juara dunia, Verawaty sempat vakum dari bulu tangkis. Ia vakum sampai tahun 1985, lalu kembali bertanding pada 1986.
Setelah comeback, Vera turut membawa Indonesia meraih gelar Piala Sudirman 1989. Ini merupakan gelar Piala Sudirman pertama dan terakhir Indonesia hingga saat ini.
Tahun 1989 sekaligus menjadi kiprah terakhir Verawaty Fajrin di pentas bulu tangkis internasional.