Mereka sering bercerita marabahaya yang kerap dihadapi pasukan kapal selam.
"Ternyata bahayanya selain dari alat yang sudah berumur, juga alam di dalam laut," katanya.
Atas kondisi adiknya, Anton juga mengaku ada rasa kecewa. Sebab dia melihat prajurit lain di luar kapal selam tidak mengalami risiko besar namun memiliki karier yang lebih baik.

Mantan Komandan Satuan Kapal Selam TNI AL Kolonel Laut (P) Iwa Kartiwa semasa masih sehat dan bertugas yang kini terbaring sakit di kediamannya Tasikmalaya.
"Sedangkan mereka yang bertugas di luar kapal selam meraih sukses karirnya. Bukan apa-apa, ini saya sakit hati sebagai kakak kandung dan merasakan," kata Anton.
Meski demikian, Anton mengetahui bahwa para prajurit memang sudah siap untuk menghadapi segala risiko dari tugas negara tersebut.
"Mereka tahu risikonya begitu, karena sudah mengemban tugas negara. Betul-betul jiwa dan raganya diberikan, menjaga kedaulatan negara," kata dia.
Momoh Fatimah (83), ibu kandung Kolonel Laut (P) Iwa Kartiwa, mantan Komandan Satuan Kapal Selam (Satsel) dan KRI Nanggala-402 serta kapal selam milik Indonesia lainnya, merasakan kesedihan mendalam.
Momoh bercerita, anaknya Kolonel Iwa mengalami sakit setelah 26 tahun bertugas di kapal selam.
"Iwa sakit karena terlalu lama bertugas berlayar di kapal selam, sudah 26 tahun. Dia begitu mencintai pekerjaannya.