Di luar Eropa, terdapat komunitas-komunitas yang sangat aktif, di antaranya Afrika Selatan, Nigeria, Meksiko, Amerika Serikat, Australia, Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Ian Dallas tumbuh dan dibesarkan di lingkungan keluarga Eropa pemeluk Kristen. Selepas menyelesaikan pendidikan di Royal Academy of Dramatic Arts, London University, Dallas memulai kariernya di bidang seni sebagai seorang penulis dan pemain drama, dan berkembang cukup sukses hingga pernah dikontrak oleh jaringan televisi BBC.
Pada tahun 1963, di Kota Fes, Maroko, Dallas memutuskan memeluk Islam di bawah bimbingan Imam Masjid al-Qarawiyyin, Syekh Abdul Karim Daudi.
Dia kemudian bergabung dengan Tarekat Darqawiyah, dalam tarekat ini, dia berguru kepada sang pemimpin tarekat, Syekh Muhammad bin al-Habib.
Dari sang guru inilah, Abdul Qadir memperoleh gelar As-Sufi. Bersama Syekh al-Habib, dia menjelajahi Maroko dan Aljazair untuk belajar sufisme dari Sidi Hamud bin al- Bashir (ulama Bilda) serta Sidi Fudul al-Huwari as-Sufi (ulama Fes).
Dia juga banyak menelaah gagasan-gagasan beberapa tokoh besar dari lingkungan peradaban Barat yang telah mengilhaminya semasa muda. Mulai dari pemikiran Baudelaire hingga Nietzsche, berlanjut pada Wagner, Jung, Goethe, dan Heidegger.
Setelah kembali ke Eropa dari perjalanan spiritualnya di Maroko, Abdul Qadir menuju ke Benghazi, Libya, bersama Syekh al-Fayturi. Di sini, ia menceburkan diri ke dalam khalwat, sebuah proses spiritual dengan cara menyepi dan mengasingkan diri. Tak lama setelah itu, dia mendeklarasikan kepemimpinannya atas Tarekat Darqawiyah.
Sejak saat itu, Syekh Abdul Qadir memprakarsai pengembangan komunitaskomunitas Muslim di jantung peradaban Barat di Eropa. Peningkatan jumlah kaum laki-laki ataupun perempuan di Spanyol, Inggris, Denmark, Italia, dan orang-orang Eropa lain dalam tempo tiga dasawarsa terakhir yang memilih Islam sebagai agama mereka pun terjadi.
Bagi Zaim Saidi, Syekh Umar Ibrahim Vadillo adalah guru kedua yang sangat dikagumi setelah Syekh Abdul Qadir as-Sufi, sebagaimana yang diuraikannya dalam sebuah artikel yang dimuat di situs wakalanusantara pada tanggal 25 Oktober 2011, yang berjudul “Kehadiran kembali seorang Mursyid di Nusantara, yang datang dari Andalusia, melalui Afrika Selatan, telah membawa cahaya kembali ke wilayah ini.”