Follow Us

Bikin Kagum Karena Terbebas Covid-19, Ini Fakta Menarik Suku Baduy yang Jarang Diketahui

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 23 Januari 2021 | 16:54
Suku Baduy
Doc IST

Suku Baduy

Fotokita.net - Bikin kagum karena terbebas Covid-19, ini fakta menarik Suku Baduy yang jarang diketahui orang.

Sejak beberapa hari yang lalu ramai pemberitaan kalau belum ditemukan kasus virus Corona di pemukiman Suku Baduy.

Tenaga kesehatan Pemerintah Kabupaten Lebak, menyatakan bahwa masyarakat Baduy di pedalaman Lebak, Banten, terbebas dari Covid-19 karena disiplin tidak ke luar daerah.

"Kami mengapresiasi warga Baduy dapat mengendalikan Covid-19 itu," kata Petugas Medis Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cisimeut Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Iton Rustandi di Lebak, Rabu (20/1).

Baca Juga: Belum Divaksin, Ketua Satgas Doni Monardo Tertular Virus Covid-19 Karena Lakukan Hal Sepele Ini

Masyarakat Baduy lebih mematuhi protokol kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan guna mencegah penularan virus corona.

Bahkan, tetua adat setempat mengimbau masyarakat Baduy tidak boleh ke luar daerah seperti Jakarta, Tangerang dan Bogor yang menjadi daerah penyebaran Covid-19.

Sebelum pandemi virus Corona Suku Baduy memang punya prinsip menutup diri dari dunia luar.

Baca Juga: Dulu Dipromosikan Hillary Clinton, Kini Saung Angklung Udjo Gigit Jari Gegara Pandemi, Ini Kronologinya

Bukan tanpa alasan, prinsip tersebut merupakan pesan leluhur mereka sejak zaman dahulu kala.

Nyatanya, menutup diri di masa pandemi virus Corona bisa menyelamatkan jiwa warganya.

Berikut fakta menarik mengenai Suku Baduy:

Baca Juga: Mampu Temukan Black Box Sriwijaya Air, Kecerdasan Pasukan Elit TNI AL Ini Bikin Pembajak Minta Ampun Hingga Tuai Pujian Dunia

1. Lokasi pemukiman Suku Baduy

Suku Baduy bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak.

Pemukiman mereka berjarak sekitar 40 km dari Rangkasbitung, pusat kota di Lebak, Banten.

Orang Baduy menyebut diri mereka Urang Kanekes atau Orang Kanekes. Kata 'baduy' merupakan sebutan dari peneliti Belanda, mengacu pada kesamaan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang gemar berpindah-pindah.

Baca Juga: Minggu Lalu Disuntik Vaksin Sinovac, Ini Penyebab Bupati Sleman Positif Covid-19

Warga baduy saat beraktivitas di Desa Kanekes, Kecamatan Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (28/4/2020).
(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Warga baduy saat beraktivitas di Desa Kanekes, Kecamatan Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, Selasa (28/4/2020).

Mereka berbicara menggunakan bahasa Sunda dan bahasa Indonesia. Mereka memang punya hubungan dengan orang Sunda, meski berbeda kepercayaan.

2. Tiga Lapisan Suku Baduy

Ada tiga lapisan di Suku Baduy, yakni Baduy Dangka, Baduy Luar, dan Baduy Dalam.

Baca Juga: Dibantah Punya 3 Istri, Ternyata Syekh Ali Jaber Lebih Suka Naik Ojol Hingga Isi Rekening ATM Sang Ulama Bikin Syok

Warga Baduy Dangka sudah tinggal di luar tanah adat. Mereka tak lagi terikat oleh aturan atau kepercayaan animisme Sunda Wiwitan yang dijunjung Suku Baduy. Mereka juga sudah mengenyam pendidikan dan paham teknologi.

Lalu warga Baduy Luar merupakan yang tinggal di dalam tanah adat. Mereka masih menjunjung kepercayaan Sunda Wiwitan.

Baca Juga: Baru Sebulan Menjabat, Menkes Budi Gunadi Blak-blakan Sebut Cara Testing Covid-19 di Indonesia Salah, Ini Penjelasannya

Di tengah kehidupan yang masih tradisional, mereka sudah melek pendidikan dan teknologi. Ciri khas mereka terlihat dari pakaian serba hitam dan ikat kepala biru.

Yang terakhir merupakan warga Baduy Dalam atau Baduy Jero. Mereka bermukim di pelosok tanah adat. Pakaian mereka serba putih.

Kepercayaan Sunda Wiwitan masih kental di Baduy Dalam. Warga di sini juga dianggap memiliki kedekatan dengan leluhur.

Mereka tak mengenyam pendidikan, melek teknologi, bahkan tak beralas kaki, karena hidup apa adanya dirasa sebagai cara untuk tetap dekat dengan Yang Maha Esa.

Eksistensi Baduy Dalam dilindungi oleh Baduy Dangka dan Baduy Luar. Kedua lapisan ini bertugas menyaring "hempasan informasi dari dunia luar" sehingga adat istiadat Suku Baduy tetap terjaga.

Baca Juga: Beredar Tanda SOS Dekat Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air, Roy Suryo Ungkap Fakta Mengejutkan: 6 Hari Lalu Ditulis Ini

Jika warga Baduy Dangka banyak yang membuka usaha jasa pemandu wisata, tempat makan, dan penjual oleh-oleh, maka warga Baduy Luar dan Baduy Dalam masih banyak yang berternak dan bertani.

Persawahan di Desa Kanekes masih terjaga keasriannya, meski sudah semakin banyak pabrik yang dibangun di Rangkasbitung.

Hasil pertanian mereka biasanya dijual di Pasar Kroya, Pasar Cibengkung, dan Ciboleger.

Baca Juga: Disebut Vaksinasi Jokowi Gagal, Ini Penjelasan Ahli Kenapa Lengan Presiden Tidak Disuntik 90 Derajat

Kawasan Suku Adat Baduy
(Kemenparekraf RI)

Kawasan Suku Adat Baduy

3. Pemerintahan Suku Baduy

Mengutip tulisan di situs resmi Pemprov Banten, Suku Baduy mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional, yang mengikuti aturan negara Indonesia, dan sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat.

Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan.

Secara nasional, warga dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat tertinggi, yaitu pu'un.

Baca Juga: Disebut Ada Anggota Pengawal Habib Rizieq yang Tertawa-tawa Saat Bentrok dengan Polisi, Respon FPI Langsung Disorot

Jabatan pu'un berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya.

Jangka waktu jabatan pu'un tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.

Sebagai tanda kepatuhan kepada penguasa, Suku Baduy secara rutin melaksanakan tradisi Seba ke Kesultanan Banten.

Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat), melalui Bupati Kabupaten Lebak.

Baca Juga: Bak Punya Firasat Tak Bisa Saksikan Kelahiran Sang Anak, Terungkap Potret Cantik Istri Kedua Syekh Ali Jaber, Ternyata Punya Keahlian Khusus Ini

Kepercayaan Suku Baduy

Menurut kepercayaan yang mereka anut, Suku Baduy mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa yang diutus ke bumi.

Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama.

Adam dan keturunannya, termasuk Suku Baduy, mempunyai tugas bertapa demi menjaga harmoni dunia.

Oleh sebab itu Suku Baduy sangat menjaga kelestarian lingkungannya dalam upaya menjaga keseimbangan alam semesta. Tak ada eksploitasi air dan tanah yang berlebihan bagi mereka. Cukup adalah batasannya.

Baca Juga: Dihujat Karena Cuma Main-main Terima Lamaran Fiki Naki, Ini Penyebab Cewek Kazakhstan Jatuh Hati Pada Sang Youtuber Viral

Objek kepercayaan terpenting bagi Suku Baduy adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral.

Suku Baduy mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli.

Hanya pu'un (ketua adat tertinggi) dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut.

Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan.

Baca Juga: Nasi Sudah Jadi Bubur, Warga Mamuju Ungkap Alasan Ini Usai Foto Jenazah Korban Gempa Majene Disalatkan Hanya Pakai Daun Pisang Jadi Viral

Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik.

Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen.

Warga Suku Baduy di pedalaman Provinsi Banten, punya cara untuk mencegah masuknya virus corona ke dalam wilayahnya.

Menurut Tetua Adat Masyarakat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes Jaro Saija, hampir setahun pandemi berlangsung, tidak ada satu pun warganya yang terkonfirmasi mengidap Covid-19.

"Tidak ada, tidak ada sama sekali, masih nihil," jelasnya kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (22/1/2021).

Padahal per Kamis (21/1/2021), jumlah kasus Covid-19 di Kabupaten Lebak sudah mencapai 1.179 yang tersebar di 28 kecamatan.

Baca Juga: Sukses Bikin Anya Geraldine Salah Tingkah, Ariel NOAH Malah Akui Kalah dari Efek Vaksin Covid-19 Ini Hingga Tak Sempat Update Status

Saija menerangkan tak adanya kasus di Baduy merupakan hasil dari segala upaya yang sudah dilakukan oleh pihaknya untuk mencegah Covid-19 masuk ke dalam wilayahnya.

Pertama, mengantisipasi dengan cepat. Sejak pemerintah mengumumkan bahwa virus corona ada di Indonesia pada Maret tahun lalu, pihaknya langsung mengambil langkah cepat.

“Warga Baduy yang ada di perantauan diperintahkan untuk langsung pulang, semua pulang dari Jakarta, Tangerang, Bandung," kata Saija.

Baca Juga: Bagi-bagi 4.500 Botol Susu Kurma, Ini Pesan Syekh Ali Jaber Soal Amalan di Hari Jumat, Dari Sedekah Hingga Doa yang Diijabah

Sedangkan warga Baduy yang sudah ada di wilayah Desa Kanekes, tidak diperbolehkan bepergian.

Kedua, setiap orang yang berada di lingkungan Baduy wajib mengenakan masker.

Sebagai Kawasan Adat yang sering dikunjungi wisatawan, selama masa pandemi ini Baduy melakukan pembatasan kunjungan.

Baca Juga: Ikuti Jejak Jokowi, Ini Alasan Presiden Turki Mau Disuntik Vaksin Sinovac Hingga Borong Jutaan Dosis Buat Rakyatnya

Setiap yang masuk ke wilayah Baduy, wajib mematuhi protokol kesehatan. Kata Saija, warga Baduy juga diharuskan selalu memakai masker.

Ketiga, pihak Suku Baduy menggelar doa bersama. Saija menuturkan di setiap saat warga Baduy kerap melangsungkan doa bersama untuk keselamatan para warga.

“Beberapa waktu lalu bersama Jaro Tangtu kita kumpul, berdoa, nyareat, lah, istilahnya untuk keselamatan warga Baduy, kita pagari juga batas-batas wilayah dengan doa, ada mantra-mantranya," ujar dia.

Baca Juga: Ramalan Insiden Pesawat Disebut Terbukti, Mbak You Tiba-tiba Klarifikasi Hasil Terawangan di Tahun Ini, Tak Siap Dipolisikan?

(Kompas.com/CNN Indonesia)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest