Follow Us

Usia Boeing 737-500 SJ 182 Disorot, Media Asing Sebut 2 Faktor Ini Jadi Penyebab Pesawat Sering Jatuh di Indonesia

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 12 Januari 2021 | 08:01
Tim penyelam gabungan dari Ditpolairud, Polda Metro Jaya, Polda Banten dan Pas Pelopor Korps Brimob Polri membantu proses pencarian korban dan tubuh pesawat Sriwijaya Air SJ182 di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Minggu (10/1/2021).
Istimewa via Tribunnews.com

Tim penyelam gabungan dari Ditpolairud, Polda Metro Jaya, Polda Banten dan Pas Pelopor Korps Brimob Polri membantu proses pencarian korban dan tubuh pesawat Sriwijaya Air SJ182 di sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Minggu (10/1/2021).

Fotokita.net - Usia Boeing 737-500 SJ 182 disorot, media asing sebut 2 faktor ini jadi penyebab pesawat sering jatuh di Indonesia.

Sejumlah pihak menyoroti usia pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh pada Sabtu (9/1/2021) lalu.

Salah satunya Wakil Ketua Komisi V DPR RI Fraksi Parta Golkar Ridwan Bae yang mempertanyakan kelaikan terbang pesawat yang sudah memasuki usia 26 tahun itu.

“Kita mesti bicara persoalan, yang pertama usia pesawat itu sendiri. Apa layak usia sudah di atas 20 tahun masih dipakai penerbangan domestik kita?,” ujarnya di di Posko SAR, Dermaga JICT, Pelabuhan Tanjung Priok, Senin (11/1/2021).

Baca Juga: Suara Ledakan Bikin Syok Warga Pulau, KNKT Duga Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Hancur Berkeping-keping Karena Kejadian Ini

Namun, berbagai pakar dan juga profesional menilai, usia tidak berhubungan langsung dengan kelaikan terbang sebuah pesawat.

“Pesawat usia 26 tahun itu bukan masalah. Usia pesawat itu tidak ada kaitannya dengan kelaik udaraan atau safety,” ujar Pengamat Penerbangan, Alvin Lie.

Lantas sebenarnya apakah ada batasan usia sebuah pesawat untuk beroperasi?

Baca Juga: Transkrip Rekaman Pembicaraan Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Didapat, Mantan KSAU Ungkap Akar Penyebab Kecelakaan Pesawat di Tanah Air

Aturan mengenai batasan usia pesawat diatur dalam Keputusan Menteri (Kepmen) Perhubungan Nomor 115 Tahun 2020 Tentang Batas Usia Pesawat Udara yang Digunakan Untuk Kegiatan Angkutan Niaga.

Kepmen tersebut menggantikan Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Tahun 155 Tahun 2016.

Dalam Kepmenhub Nomor 115 Tahun 2020, batas usia pesawat yang didaftarkan dan dioperasikan pertama kali di wilayah Indonesia dengan ketentuan pesawat terbang kategori transportasi untuk angkutan penumpang paling tinggi berusia 20 tahun, dilonggarkan dari aturan sebelum sudah dicabut yang batasan maksimalnya berusia 15 tahun.

Baca Juga: Kerap Ingatkan Shalat 5 Waktu Lewat Status WA, Captain Afwan Tunjukkan Perilaku Ganjil Sebelum Lepas Landas: Kok Tumben Abi Beda...

Jika mengacu pada aturan tersebut, maka Sriwijaya Air tidak melanggar ketentuan yang berlaku.

Pasalnya, Sriwijaya Air pertama kali mengoperasikan SJ 182 pada Mei 2012. Sementara pada saat itu, usia pesawat mencapai 18 tahun.

Lebih lanjut, Kepmenhub 115 Tahun 2020 juga menyebutkan batasan maksimal usia pesawat di Indonesia diatur sesuai ketentuan pabrikan.

Baca Juga: SJ 182 Disebut Sehat Sebelum Terbang, Sosok Ini Sudah Ingatkan Soal Potensi Bahaya Pesawat Sriwijaya Air Hingga Mundur dari Jabatannya

Tim Kopaska TNI AL menemukan bagian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 setelah melakukan penyelaman di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta pada Minggu (10/1/2021) pagi.
KOMPAS.com/WAHYU ADITYO PRODJO

Tim Kopaska TNI AL menemukan bagian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 setelah melakukan penyelaman di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta pada Minggu (10/1/2021) pagi.

Kecelakaan pesawat yang menimpa Sriwijaya Air SJ 182 kembali membuka memori kelam tentang insiden penerbangan di Indonesia.

Burung besi yang jatuh di Kepulauan Seribu, tepatnya di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki pada Sabtu (9/1/2021) itu membawa 43 penumpang dewasa, 7 penumpang anak, 3 penumpang bayi, dan 12 kru.

Pesawat yang jatuh ini berjenis Boeing 737-500 dengan kode registrasi PK-CLC, dan sempat hilang kontak beberapa menit usai lepas landas.

Baca Juga: Media Asing Ramai-ramai Soroti Jatuhnya SJ 182, Basarnas Mendadak Bagikan Kabar Duka dari Daerah Ini: Danramil Ikut Jadi Korban Meninggal

Sebelumnya, kecelakaan besar juga terjadi saat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh pada 29 Oktober 2018.

Menurut data dari Aviation Safety Network, sebelum jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 ada 697 korban kecelakaan pesawat di Indonesia dalam 10 tahun terakhir, termasuk pesawat militer dan pribadi.

Lalu kenapa pesawat Indonesia sering jatuh?

Baca Juga: Bak Jadi Firasat, Titipkan Surat Penting Milik Sang Suami, Istri PNS KLHK Ini Mohon Doa Usai Kirim Foto Sayap Pesawat Sriwijaya Air yang Jatuh

B737-500 Sriwijaya AIr PK-CLC yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.
Jetphotos.com/Abdiel Irvan

B737-500 Sriwijaya AIr PK-CLC yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.

Menurut media Amerika Serikat (AS) Bloomberg dalam artikel berjudul "Jet Crash Adds to Long List of Aviation Disasters in Indonesia", ada dua faktor utama yang menyebabkan insiden itu.

Pertama, faktor cuaca buruk bisa menjadi penyebabnya. "Indonesia, salah satu negara kepulauan terluas di Bumi, dengan pulau-pulau yang berjajar sepanjang London hingga New York, memiliki salah satu insiden badai petir dan sambaran petir terbanyak," tulis Bloomberg.

Media yang didirikan pada 1 Oktober 1981 itu juga menyebutkan, kota Bogor pernah mengalami badai petir selama 322 hari dalam satu tahun pada 1988.

Baca Juga: Lokasi Kotak Hitam Sriwijaya Air SJ 182 Diketahui, Ternyata Luhut Binsar Beri Hadiah Ini Buat Penemu Black Box JT 610 yang Jatuh di Oktober 2018

"Ada juga letusan gunung berapi, yang memuntahkan gumpalan abu ke udara yang bisa tersedot mesin jet, menyebabkan kerusakan," lanjut Bloomberg dalam artikelnya pada Minggu (10/1/2021).

Media yang berbasis di New York itu mencontohkan letusan Gunung Agung di Bali pada 2019, yang membuat sejumlah penerbangan dialihkan dan dibatalkan.

Faktor cuaca sendiri juga berdampak pada tertundanya penerbangan Sriwijaya Air SJ 182 selama 1 jam.

Baca Juga: Serpihan dan Pecahan Pesawat Ditemukan, Ternyata Sriwijaya Air Pernah Berhenti Terbang Karena Masalah Besar Ini, Bangkrut?

Kedua, Bloomberg mengungkap faktor komunkasi sebagai penyebab kenapa pesawat Indonesia sering jatuh.

Contohnya insiden AirAsia pada Desember 2014 yang berangkat dari Surabaya. Pilot Indonesia dan kopilot dari Perancis gagal menangani kendala di auto-pilot, sehingga pesawat terjun ke laut.

Bloomberg menutup pemberitaannya dengan data pesawat Boeing 737-500 yang mengalami 8 kecelakaan dengan total 220 korban tewas, menurut Aviation Safety Network.

Baca Juga: Sama-sama Keluar dari TNI AU, Pilot Sriwijaya Air SJ 182 Ternyata Adik Angkatan Kapten Pesawat Air Asia QZ 8501 yang Jatuh Tahun 2014

Kombinasi faktor ekonomi, sosial, dan geografi

Media AS lainnya, Associated Press atau yang biasa disingkat AP, menyebut ada tiga alasan di balik pesawat Indonesia sering jatuh.

"Ini karena kombinasi dari faktor ekonomi, sosial, dan geografi," tulis AP di artikel berjudul "EXPLAINER: Why Indonesia’s plane safety record is a concern", Senin (11/1/2021).

AP juga menyoroti maraknya Low Cost Carrier (LCC) di Indonesia yang menjadi opsi murah untuk terbang, meski masih banyak wilayah kurang memiliki infrastruktur yang aman.

"Industri ini memiliki sedikit regulasi atau pengawasan pada tahun-tahun awal booming penerbangan Indonesia," tulis AP.

Baca Juga: Diterjunkan Cari Korban Sriwijaya Air SJ 182, Kemampuan Pasukan Elit TNI AL Ini Sukses Temukan Kotak Hitam Lion Air JT 610

Mengutip data dari Aviation Safety Network, sejak 1945 ada 104 kecelakaan penerbangan sipil di Indonesia dan korban tewasnya sebanyak 2.301, terbanyak di Asia dan di urutan 8 dunia.

Salah satu dampaknya, maskapai Indonesia sempat dilarang masuk AS pada 2007-2016 karena satu atau lebih faktor, seperti keahlian teknis, personel terlatih, prosedur pencatatan dan pemeriksaan.

"Uni Eropa juga menerapkan larangan serupa dari 2007 hingga 2018," lanjut AP.

Meski begitu, media yang berdiri sejak 1846 tersebut juga menerangkan bahwa belakangan ini kondisi mulai membaik di dunia aviasi Indonesia.

Baca Juga: Kirim Foto dari Dalam Kabin Pesawat, Satu Keluarga PNS KLHK Ini Jadi Korban Sriwijaya Air SJ-182 yang Jatuh di Kepulauan Seribu

"Kemajuan industri ini meningkat signifikan dan pengawasan menjadi lebih ketat," kata pakar penerbangan dan pemimpin redaksi AirlineRatings.com, Geoffrey Thomas, kepada AP.

Kemajuan itu antara lain inspeksi yang semakin intens, regulasi yang lebih kuat, fasilitas dan perawatan yang lebih baik, dan pilot yang semakin terlatih.

"Badan Penerbangan Federal AS memberi Indonesia peringkat Kategori 1 pada 2016, yang berarti menetapkan negara tersebut mematuhi standar keselamatan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional," imbuh AP menguraikan.

AS sebelumnya pernah menurunkan peringkat keamanan penerbangan Indonesia ke Kategori 2 pada 2007-2016.

Baca Juga: Mendadak Anjlok 3.000 Meter Kurang dari 1 Menit, Ternyata Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Sudah Berusia 26 Tahun, Ini Spesifikasinya

Efek pandemi?

Jika Bloomberg dan AP menyoroti penyebab kecelakaan pesawat di Indonesia secara keseluruhan, Channel News Asia (CNA) dan New York Times mempertanyakan kondisi pesawat dan kru yang baru kembali setelah "libur panjang" selama pandemi virus corona.

"Maskapai ini (Sriwijaya Air) pada akhir 2019 mengakhiri kemitraan selama setahun dengan maskapai nasional Garuda Indonesia, dan beroperasi secara independen," tulis CNA pada Minggu (10/1/2021).

Dalam artikel berjudul "Sriwijaya Air crash places Indonesia's aviation safety under fresh spotlight", CNA juga menyebutkan separuh lebih armada Sriwijaya Air sempat dikandangkan Kementerian Perhubungan karena faktor kelaikan terbang.

Namun pimpinan maskapai Sriwijaya Air pada Sabtu (9/1/2021) menyebut pesawat SJ 182 beroperasi dalam kondisi baik.

Baca Juga: Selain Sriwijaya Air SJ 182, 3 Pesawat Nahas Ini Juga Tak Pancarkan Sinyal ELT, Apa Penyebabnya?

Dikandangkannya pesawat-pesawat selama awal pandemi virus corona lalu disorot New York Times.

Dikatakan bahwa para pilot merasa mulai dari awal lagi setelah jeda sebulan, ujar Captain Rama Noya, Ketua Asosiasi Pilot Indonesia yang juga penerbang Sriwijaya Air.

Baca Juga: Kaget Dengar Suara Ledakan Hingga Dikira Geledek, Warga Pulau Lancang Langsung Gotong Royong Lakukan Ini

Kesulitan untuk mendapatkan sentuhan terbaik masih dialami, meski Sriwijaya Air memiliki dua simulator penerbangan untuk model 737 yang lebih tua, tulis NYT.

"Mental kru terpukul karena pemotongan gaji akibat pandemi, dan dengan jam terbang bulanan rendah, kinerja kru harus diperhatikan," ucap pakar aviasi independen Indonesia, Gerry Soejatman, yang dikutip New York Times.

"Sebelum pandemi, para pilot Indonesia, terutama di maskapai LCC seperti Lion Air, mengatakan mereka dipaksa menerbangkan pesawat yang mereka rasa tidak aman," ungkap media pemenang 130 Pulitzer Prize itu dalam artikel berjudul "Indonesia Crash Thwarts Push to Rehabilitate Country’s Airlines".

Baca Juga: Beredar Foto-foto Puing Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, Warga Pulau Seribu Sempat Rasakan Ini, Ramalan Mbak You Seolah Jadi Nyata

Pengalaman terbang jurnalis CNN

CNN dalam artikel "Flying in Indonesia is a necessity to travel ... but it can also be a terrifying experience", menuliskan pengalaman jurnalisnya, Ivan Watson, saat terbang dengan maskapai Indonesia.

"Meski terlalu dini untuk berspekulasi tentang apa yang menyebabkan bencana Sriwijaya Air, dan perlu dicatat bahwa maskapai ini memiliki catatan keamanan yang baik dengan tidak ada korban di dalam pesawat dalam 4 insiden yang tercatat di database Aviation Safety Network, bagiku ini membawa kembali kenangan yang tidak nyaman, yang membicarakan masalah keselamatan penerbangan secara luas di Indonesia," tulisnya.

Baca Juga: Terawangan Mbak You Terbukti? Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Hilang Kontak Hingga Kapal Jelajah SAR Gelar Pencarian di Laut Jawa

Watson menceritakan pengalamannya menaiki Sriwijaya Air pada Oktober 2019, yang mengalami guncangan beberapa saat setelah lepas landas dari Bandara Kalimarau, Berau, Kalimantan Timur.

"Pesawat tampak tua, dengan kain pelapis tipis dan meja baki plastik retak yang mengingatkanku pada pesawat tua di Rusia pada 1990-an setelah pecahnya Uni Soviet."

Baca Juga: Hore! Cukup Siapkan SK PNS dan KTP, Bonus Pensiunan PNS Cair Mulai 11 Januari, Ini Syaratnya

Tak lama kemudian pesawat berhasil mendarat dengan aman di Balikpapan, tetapi Watson bersama koleganya dari CNN masih syok. Kemudian untuk insiden Sriwijaya Air SJ 182, Watson masih menanti hasil penyelidikan jatuhnya pesawat.

Petugas DVI Polri membawa kantong jenazah yang diduga berisi potongan tubuh korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang hilang kontak di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Minggu (10/1/2021).
ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY

Petugas DVI Polri membawa kantong jenazah yang diduga berisi potongan tubuh korban pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta - Pontianak yang hilang kontak di perairan Pulau Seribu, di Dermaga JICT, Jakarta, Minggu (10/1/2021).

Ia juga mengaku tidak kapok mengunjungi Indonesia, dan berharap setelah pandemi virus corona usai bisa kembali melawat ke Tanah Air.

Baca Juga: Hilang Kontak di Laut Jawa, Ternyata Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 Pernah Alami Insiden Ini Hingga Tuai Protes Penumpang

(Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest