Follow Us

Gontok-gontokan Soal Data Vaksin Corona, Rupanya Kapal Induk China Nyaris Beradu Senjata dengan Kapal Berpeluru Kendali Amerika di Perairan Ini: Aksi Provokatif di Tengah Pandemi

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 22 Mei 2020 | 19:39
Wuhan meluncurkan proyek pengujian virus corona massal
Daily Star

Wuhan meluncurkan proyek pengujian virus corona massal

Fotokita.net - Dalam waktu sekejap, virus corona menjadi wabah hingga kini sudah menyebar dengan menjangkiti lebih dari 4,4 juta orang di seluruh dunia.

Virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu juga membunuh hampir 300.000 orang, dan membuat ekonomi dunia berada dalam kelumpuhan.

Ketika pertama kali terdeteksi di Wuhan, China pada Desember 2019, dunia belum terlalu sadar akan bahaya virus corona bagi kehidupan umat manusia.

Baca Juga: Terlatih Lewat Gemblengan Keras, Israel Ternyata Punya Pasukan Khusus Perempuan yang Masih Mampu Angkat Senjata Meski dalam Kondisi Menyusui Bayinya

China langsung merespons dengan menyebut AS melakukan penodaan setelah dituding hendak mencuri data mengenai vaksin virus corona.

Tudingan itu menjadi babak baru dalam ketegangan dua negara adidaya, yang dalam sebulan terakhir perang komentar mengenai asal usul virus itu.

Pada Rabu (13/5/2020), otoritas AS menuduh ada hacker dari dari China yang hendak mencuri data pengembangan mengenai vaksin virus corona.

Otoritas Negeri Paman Sam kemudian melontarkan peringatan bahwa upaya itu dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi dengan Beijing.

Baca Juga: Sehabis Gontok-gontokan di Depan Jokowi, Anies Baswedan Tanpa Tedeng Aling-aling Bongkar Aib Menteri Kesehatan di Media Asing

Mengejutkan! Diduga Jadi Asal Menyebarnya Virus Corona, Ini Foto-foto Laboratorium Misterius di Wuhan yang Simpan 1.500 Virus, Ada Segel Rusaknya?
Tribunnews.com

Mengejutkan! Diduga Jadi Asal Menyebarnya Virus Corona, Ini Foto-foto Laboratorium Misterius di Wuhan yang Simpan 1.500 Virus, Ada Segel Rusaknya?

Badan Penyelidik Federal (FBI) dan Badan Keamanan Infrastruktur menyatakan, Beijing memperlihatkan "ancaman signifikan" dalam upaya mereka memerangi Covid-19.

Dalam konferesi pers seperti diwartakan AFP Kamis (14/5/2020), juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian langsung membantahnya.

"China menyuarakan ketidakpuasan yang amat sangat dalam dan menentang adanya penodaan ini," ujar Zhao kepada awak media di Beijing.

"Merujuk kepada masa lalu, justru AS-lah yang sudah menggelar operasi pencurian siber terbesar yang terjadi di seluruh dunia," lanjutnya.

Baca Juga: Wuhan Umumkan Kluster Covid-19 Baru, China Lockdown 4 Juta Warga Kota yang Dekat Korea Utara: Gelombang Kedua Infeksi Corona Telah Tiba?

Laboratorium Virologi Wuhan, China
AFP

Laboratorium Virologi Wuhan, China

Zhao menekankan, China sudah mendapatkan hasil yang begitu signifikan dalam upaya mereka mencegah wabah virus corona.

Dia mengklaim, justru Beijing yang terdepan dalam pengembangan vaksin Covid-19.

Karena itu, seharusnya mereka yang takut jadi target Washington.

Zhao menuturkan pemerintahannya sudah mencegah adanya peretasan siber, dan meminta agar negara lain mengutuk adanya upaya itu di tengah pandemi.

Sang juru bicara kemudian menanggapi kicauan Presiden AS Donald Trump di Twitter yang menyebut corona sebagai "Wabah dari China".

Menurut Zhao, seharusnya Trump berhenti terus mendiskreditkan negaranya, dan fokus saja terhadap penanganan virus di negara mereka.

Baca Juga: Kembali Bikin Onar di Laut China Selatan, Angkatan Laut Tiongkok Makin Pede dengan Senjata Rahasia yang Murah dan Hemat Biaya Ini: Amerika Pun Ketinggalan Dua Langkah!

Aktivitas di dalam Institue Virologi Wuhan.
Institute Virology Wuhan/Daily Mirror

Aktivitas di dalam Institue Virologi Wuhan.

Di tengah pandemi virus corona ini, lagi-lagi AS dan China bersitegang.

Militer China menuding kapal penghancur rudal yang dipandu Amerika di dekat Kepulauan Paracel yang dikuasai Beijing, mengganggu perairan Tiongkok.

Menurut militer China, tindakan itu sangat provokatif dan melanggar kedaulatan China.

Melansir South China Morning Post, Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat China, yang mengawasi Laut China Selatan, mengatakan kapal perusak USS Barry masuk ke perairan di sekitar Kepulauan Paracel tanpa izin pada hari Selasa.

Baca Juga: Rela Bongkar Tabungan Rp 2,55 Miliar, Rupanya Pemenang Lelang Skuter Listrik Tandatangan Jokowi Bukan Sosok Sembarangan: Umurnya Baru 19 Tahun!

Kondisi itu mendorong perintah kepada petugas patroli udara dan laut untuk melacak, memantau, memverifikasi, mengidentifikasi, dan mengusir kapal AS itu.

Peringatan itu dirilis ketika media Taiwan melaporkan bahwa kapal Amerika berlayar melalui Selat Taiwan dua kali dalam bulan ini, diikuti kedua kali oleh kapal perang PLA.

Kapal Induk pertama China, Liaoning
National Interest

Kapal Induk pertama China, Liaoning

"Tindakan-tindakan provokatif oleh pihak AS ini, telah secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China, sengaja meningkatkan risiko keamanan regional dan dapat dengan mudah memicu insiden yang tidak terduga," demikian sebuah pernyataan yang diposting di akun media sosial WeChat unit militer yang dikutip Li Huamin, seorang juru bicara komando.

Dia menambahkan, "(Aksi) provokatif itu tidak sesuai dengan suasana saat ini karena komunitas internasional tengah memerangi pandemi ... serta perdamaian dan stabilitas regional."

Baca Juga: Pura-pura Bertamu, Seorang Janda Cantik Ketahuan Lakukan Hal Ini oleh Anak Pemilik Rumah: Kita Buktikan Saja di Pengadilan

Kepulauan Paracel, yang dikenal sebagai Kepulauan Xisha di China dan Kepulauan Hoang Sa di Vietnam, adalah dua dari sekelompok lebih dari 30 pulau di Laut China Selatan yang terletak di antara garis pantai Vietnam dan China.

Mereka dikendalikan oleh Beijing tetapi juga diklaim oleh Taipei dan Hanoi.

Pada bulan Januari, Li juga mengecam AS yang melakukan aksi provokasi yang disengaja selama liburan Tahun Baru Imlek setelah kapal tempur litoral USS Montgomery melewati Kepulauan Spratly, yang juga terletak di Laut China Selatan.

Pangkalan militer Laut China Selatan
SCMP

Pangkalan militer Laut China Selatan

China mengklaim hampir semua wilayah Laut China Selatan, perairan di mana Vietnam, Brunei, Malaysia, Filipina, dan Indonesia juga memiliki klaim yang sama.

Ketegangan di wilayah itu memburuk pada bulan lalu akibat perang kata-kata antara Beijing dan Washington terkait pandemi virus corona.

Dalam perang kata-kata itu, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengkritik Beijing karena gagal berbagi informasi tentang pandemi.

Baca Juga: Padahal Punya Koleksi Barang Branded di Kamar Pribadinya, Rupanya Ayu Ting Ting Masih Iri Lihat Deretan Sepatu Mewah Selebriti Satu Ini: Dia Kayanya Diem-diem ya Bor

Sementara Beijing menuduh Washington menolak upaya China untuk membantu upaya mengendalikan penularan.

Alih-alih bergabung untuk mengatasi pandemi, kedua belah pihak telah meningkatkan kehadiran militer mereka di Selat Taiwan, serta laut China Selatan dan Timur.

Pada 22 April 2020, USS Barry yang bermarkas di Yokosuka melakukan transit di Selat Taiwan sebelum menuju ke Laut China Selatan.

Sehari kemudian, kapal induk PLA, Liaoning, memimpin pasukan penyerang melalui selat.

Kapal Induk Liaoning milik China
China Source

Kapal Induk Liaoning milik China

Militer China mengklaim kapal dan pesawatnya yang dikerahkan telah mengusir kapal perang Amerika Serikat dari kawasan rantai Pulau Paracel, Laut China Selatan, Selasa. Kapal perang Amerika yang dimaksud adalah kapal perusak berpeluru kendali USS Barry (DDG-52).

"Tindakan-tindakan provokatif oleh pihak AS ini ... telah secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan keamanan China, sengaja meningkatkan risiko keamanan regional dan dapat dengan mudah memicu insiden yang tidak terduga," bunyi pernyataan juru bicara Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China, Li Huamin, seperti dikutip South China Morning Post, Rabu (29/4/2020).

"FONOP (Operasi Kebebasan Bernavigasi) Barry tidak sesuai dengan suasana saat ini karena masyarakat internasional memerangi pandemi ... serta (menginginkan) perdamaian dan stabilitas regional," lanjut dia, merujuk pada pandemi virus corona baru, COVID-19.

Baca Juga: Terketuk Hatinya Usai Lihat Video Viral Perundungan Bocah Penjual Jalangkote, Orang Dekat Prabowo Subianto Langsung Singsingkan Lengan Kemeja: Kalau Posisi Kejadian Ini di Jakarta Sudah Saya Ratakan

Pernyataan Li itu mengklaim bahwa PLA memaksa USS Barry keluar dari rantai Pulau Paracell. PLA tidak merinci aset-aset tempur yang digunakan dalam apa yang mereka klaim sebagai pengusiran kapal perang Amerika. Namun, seorang pejabat Angkatan Laut AS mengatakan kepada USNI News bahwa operasi kebebasan bernavigasi USS Barry berjalan sesuai rencana tanpa menemui perilaku tidak aman atau tidak profesional dari pesawat militer atau kapal perang China.

Kapal perang Amerika di Laut China Selatan.
US Navy File

Kapal perang Amerika di Laut China Selatan.

Pejabat itu juga mengonfirmasi USS Barry memang melakukan operasi kebebasan bernavigasi di sekitar rantai pulau di Vietnam. Dia tidak memberikan rincian FONOP.

Namun, operasi-operasi sebelumnya di sekitar Pulau Paracel telah menentang klaim Beijing atas garis pangkal lurus teritorial di sekitar rantai pulau yang bertentangan dengan hukum laut internasional. China memandang perairan di antara pulau-pulau yang mereka klaim bukan sebagai laut internasional yang terbuka tetapi sebagai laut teritorial China, sebuah pandangan yang diperdebatkan AS. Rantai Pulau Paracel juga diklaim oleh Vietnam dan Taiwan.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Angka Kematian Akibat Corona di Indonesia 3 Kali Lipat dari Data Resmi, Pakar Malah Bilang Penyakit Ini Bukan Wewenang Jokowi: Siapa yang Mau Disalahin? Baik Washington dan Beijing saling tuduh memanfaatkan pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung sebagai gangguan untuk melakukan lebih banyak kontrol militer di Laut China Selatan. USS Barry yang berbasis di Jepang telah transit di Selat Taiwan dua kali sepanjang bulan ini dan mendapat reaksi kemarahan dari Beijing.

Baca Juga: Tak Lagi Syuting FTV, Ternyata Artis Cantik Ini Sudah Jadi Istri Anggota TNI. Foto-foto Kesibukannya Sebagai Ibu Persit Kartika Chandra Kirana Bikin Hati Meleleh Sehari setelah transit USS Barry pada 22 April, Kelompok Tempur Kapal Induk Liaoning China juga transit di Selat Taiwan. Selain operasi kehadiran, kapal perusak AS itu telah aktif di Laut China Selatan yang beroperasi dengan kapal penjelajah rudal USS Bunker Hill (CG-52) dan kapal serbu amfibi USS America (LHA-6) di lepas pantai Malaysia. Wilayah itu merupakan area eksplorasi mineral yang jadi sengketa antara Malaysia dan China.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest