Follow Us

Enggak Kapok Mata Kena Infeksi dan Lahap Daging Kelelawar, Bule Norwegia Ini Ketagihan Tinggal Bersama Suku Pedalaman di Pulau Terpencil Indonesia

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 21 April 2020 | 07:09
Suku asli Mentawai
Gregorius Bhisma Adinaya

Suku asli Mentawai

Di sana, Audun tinggal di rumah salah satu shaman suku, Aman Paksa.

"Karena dia menyukai saya, kami membuat kesepakatan untuk saya tinggal selama beberapa minggu," kata Audun.

Meskipun kembali ke Norwegia, Audun mendambakan untuk kembali ke hutan dan melatih dirinya sebagai pembuat film sehingga ia dapat mengunjungi kembali suku tersebut dan mencatat budaya mereka.

Baca Juga: Setia Dampingi Sang Suami Sejak Tinggal di Rumah Dinas yang Jadi Sarang Biawak, Tiba-tiba Menantu Presiden RI ke-6 Tuliskan Kalimat Tajam Ini di Instagramnya: Ada Apa?

Pengalaman ini didokumentasikan dalam film dokumenter baru berjudul Newtopia yang menunjukkan bagaimana Audun belajar hidup seperti yang dilakukan semua manusia selama ribuan tahun.

"Saya belajar bagaimana menjadi dan mengikuti ritme alam," katanya.

Audun Amundsen mengalami infeksi mata
Audun Amundsen

Audun Amundsen mengalami infeksi mata

Pada satu titik, ia mengalami infeksi mata yang buruk, tetapi terlepas dari itu, hidup sangat menyenangkan.

Baca Juga: Bahagia Nikahi Perempuan Indonesia, Bule Ini Langsung Lemas Ketika Identitas Asli Sang Istri Terbongkar: Saya Tertipu Selama 20 Tahun!

Audun menjelaskan rutinitasnya selama tinggal di hutan kepada Daily Mail, "Kami akan bangun sendiri sebelum matahari terbit ketika kabut masih mengelilingi pepohonan. Saat matahari menghangatkan hutan, kami duduk di teras, bersantai, mengobrol, dan minum minuman panas.

Audun Amundsen bersama orang-orang mentawai
Audun Amundsen

Audun Amundsen bersama orang-orang mentawai

“Lalu kami akan memberi makan babi semi-liar dengan sagu. Setelah itu, kami bebas merencanakan pekerjaan apa pun yang kami inginkan. Pekerjaan bisa untuk berburu monyet, kelelawar, atau udang sungai. Membuat peralatan, kano, panah, keranjang dan sebagainya.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest