Follow Us

Nasib Pilu Kerabat Dekat Manusia, Hidup Orangutan Ini Seperti Di Ujung Tanduk: 24 Peluru di Tubuh dan Mata Buta. Padahal Dia Punya Jasa yang Menakjubkan!

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 29 November 2019 | 10:21
Bayi-bayi orangutan.
Tim Laman/National Geographic Magazine

Bayi-bayi orangutan.

Fotokita.net - Para peneliti menyebut perilaku mengobati diri sendiri oleh individu orangutan menarik untuk diteliti lebih lanjut. Tanaman bajakah sendiri kemudian juga menarik perhatian tiga siswa asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah sejak 2018.

Saat itu, ketiga siswa asal Palangkaraya tersebut melakukan penelitian terhadap tumbuhan bajakah. Ditemukan bahwa tumbuhan bajakah mengandung banyak antioksidan yang bisa menyembuhkan kanker pada manusia.

Kondisi bayi orangutan (Pongo Pygmaeus) saat diselamatkan oleh petugas dari IAR dan BKSDA SKW I di D
Lutfi Fauziah

Kondisi bayi orangutan (Pongo Pygmaeus) saat diselamatkan oleh petugas dari IAR dan BKSDA SKW I di D

Semua itu bermula dari kabar penemuan tiga orang siswa SMA asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah yang berhasil menemukan manfaat tanaman bajakah. Ketiganya berhasil meraih medali emas di Korea Selatan terkait tumbuhan khas Kalimantan Tengah itu.

Belakangan ini tanaman khas Kalimantan Tengah bernama bajakah menjadi sorotan publik. Pasalnya, dalam tanaman Bajakah itu disebut-sebut mampu menyembuhkan kanker payudara.

Ternyata bukan manusia saja yang bisa merasakan manfaat tumbuhan tersebut. Sebuah penelitian tahun 2018 menunjukkan bahwa orangutan juga turut merasakan manfaat tumbuhan bajakah.

Baca Juga: Ssstt, Lomba Foto Satwa dengan Hadiah Ratusan Juta Sudah Dibuka! Begini Cara Gampang Motret Satwa Kata Pakar!

Orangutan kalimantan, populasinya terus terancam dan semakin berkurang.
Citra Anastasia

Orangutan kalimantan, populasinya terus terancam dan semakin berkurang.

Penelitian yang berjudul "Perilaku Zoofarmakognosis Orangutan (Pongo pygmaeus Wurmbii) Di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah, Indonesia" itu meneliti tentang kemampuan orangutan untuk melakukan pengobatan sendiri.

Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Tropical Life Science itu menunjukkan kemampuan orangutan memanfaatkan metabolit sekunder tanaman dan atau komponen non-nutrisi. Ada tiga orangutan yang diamati dalam penelitian ini, terdiri dari dua jantan yang dominan, yaitu Eboy dan Sander, serta seekor betina dan bayi orangutan.

Tercatat 23 jenis tumbuhan yang menjadi pakan alami atau non-alami dalam studi ini. Di antaranya adalah bajakah kalalawit (Uncaria gambir Roxb), dan kamasulan (Pternandra galeata Ridl.).

Baca Juga: Foto-foto Ini Buktikan Manusia Terus Bertindak Keji Pada Satwa Darat Paling Besar di Bumi. Apa Penyebabnya?

Orangutan mempelajari sebagian besar perilaku yang digambarkan di sini dari induknya, sebelum mencap
Mahandis Yoanata Thamrin

Orangutan mempelajari sebagian besar perilaku yang digambarkan di sini dari induknya, sebelum mencap

Kedua tanaman itu, menurut para peneliti, juga digunakan oleh tabib tradisional setempat sebagai ramuan obat. "Bajakah kalalawit sebagaimana dilaporkan oleh Pambayun et al., (2005) memiliki kandungan phenol dan antibacterial pada beberapa ekstrak yang dicobakan," tulis peneliti dalam makalah tersebut. "Lebih lanjut, Setyowati (2017) menyatakan bahwa spesies ini memiliki komponen aktif, 'catechin'," sambung mereka.

Untuk diketahui, kandungan phenol dan antibacterial itu mempunyai efek penyusutan jaringan ikat dan memperlambat waktu cerna makanan. Sedangkan komponen aktif "catechin" adalah grup senyawa yang menempati posisi tingkat menengah pada hierarki senyawa tanin, dikenal sebagai kelompok catechin-tannin. Meski begitu, manfaat pasti bajakah kalawit terhadap orangutan masih belum terlalu jelas.

Baca Juga: Foto-foto Bukti Gelombang Panas Makin Parah, Dari Satwa Mati Hingga Aspal Meleleh. Semua Itu Terjadi Karena Ulah Manusia Sendiri!

Orangutan yatim piatu yang di fasilitas Borneo Orangutan Survival Foundation. Foto: Mark Leong, Nati
Christantiowati

Orangutan yatim piatu yang di fasilitas Borneo Orangutan Survival Foundation. Foto: Mark Leong, Nati

"Namun, dalam kaitanya dengan perilaku mengobati diri sendiri, pemilihan selektif terhadap tumbuhan yang spesifik patut diduga memiliki faedah tidak hanya bagi orangutan, tetapi juga bagi manusia," tulis para peneliti. "Pencatatan terhadap bahan diet orangutan pada lokasi spesifik (site-specific) dan kompilasi daftar jenis seluruh bahan makan sangat berguna untuk melihat pola makan orangutan yang berhubungan dengan perilaku pengobatan.

Dua jenis tumbuhan yang digunakan oleh tabib di desa sekitar adalah bajakah kalalawit dan kamasulan," tegas mereka. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada beberapa kesamaan yang menonjol antara praktik pengobatan tradisional dengan tanaman bajakah dengan perilaku orangutan.

Baca Juga: Sempat Jadi Kepala Berita New York Times, Pelaku Penembakan Orangutan Ini Diganjar Hukuman Ringan. Begini Kondisi Terkini Si Korban Orangutan

Orangutan mati ini ditemukan mati mengambang tanpa kepala di sungai Desa Kalahien, Kecamatan Dusun S
Gita Laras Widyaningrum

Orangutan mati ini ditemukan mati mengambang tanpa kepala di sungai Desa Kalahien, Kecamatan Dusun S

"Kami sangat memperhatikan aspek etno-medikasi serta sifat jalur metabolit sekunder baik pada primata manusia maupun non-manusia," tulis para peneliti dalam kesimpulannya.

Satu individu orangutan sumatera (Pongo abelii) dewasa berjalan di tanah di sebuah perkebunan kelapa sawit. Tangannya menggapai-gapai ke atas seperti ingin memanjat. Badannya kemudian menabrak pelepah kelapa sawit.

Gambaran tersebut terlihat dari sebuah video pendek yang ditunjukkan Pendiri Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Panut Hadisiswoyo saat ditemui di kantornya, di Medan, Kamis siang tadi (28/11/2019).

Dikatakan Panut, orangutan tersebut bernama Paguh. Dia dievakuasi dari sebuah perkebunan kelapa sawit di Desa Gampong Teungoh, Kecamatan Trumon, Aceh Selatan, pada Rabu (20/11/2019) oleh tim The Human-Orangutan Conflict Response Unit (HOCRU) bersama tim dari BKSDA Aceh.

"Memang kondisinya sudah berada di tanah, kondisinya seperti tidak bisa melihat dan berada di dalam perkebunan kelapa sawit masyarakat," katanya.

Baca Juga: Karhutla Telah Reda, Kini yang Tersisa Cuma Foto-foto Pilu: Ular Mati Terpanggang di Antara Bara Hingga Orangutan yang Terkulai Lemas

Menurutnya, orangutan tersebut dalam kondisi terdesak dan tidak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup. Saat menemukannya, tim mencurigai orangutan tersebut tidak bisa melihat atau buta. Dari situ kemudian tim membiusnya.

"Tim mencurigai matanya mengalami kebutaan akibat kontraksi dengan benda tajam dan juga infeksi akibat benda tajam, atau peluru (senapan angin)," katanya.

Dugaan adanya peluru senapan angin, kata dia, sudah terkonfirmasi dari pihak Sumateran Orangutan Conservation Programme (SOCP). Diketahui, SOCP adalah pengelola Pusat Karantina Orangutan di Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang.

"Di dalam tubuh orangutan itu ada 24 peluru senapan angin di mana dari 24 peluru itu, 16 berada di kepala, termasuk di bagian wajah orangutan," katanya.

Panut menjelaskan, lokasi tersebut berdekatan dengan Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang mejadi habitat orangutan sumatera di wilayah Aceh Selatan. Kawasan tersebut, kata dia, menjadi habitat lebih dari 1.300 orangutan sumatera.

Baca Juga: Berhasil Diselamatkan dari Api Karhutla, Orangutan Ini Kedapatan Peluru Bersarang di Wajah. Siapa yang Tega Menembaknya?

"Ada beberapa tempat yang terjadi deforestasi, pembukaan lahan perkebunan sehingga beberapa orangutan terdesak harus keluar dari habitat alaminya, sehingga tersesat di dalam kebun," katanya.

Selanjutnya, terjadilah banyak interaksi dengan manusia. Menurutnya, istilah konflik sedikit radikal karena sebenarnya orangutan kehilangan habitatnya mendapatkan interaksi yang sangat frontal.

"Sehingga ada beberapa masyarakat yang melihatnya sebagai hama dan satwa menakutkan, tidak ada toleransi," katanya.

Dijelaskannya, setelah dievakuasi dan diperiksa, orangutan tersebut dibawa ke Pusat Karantina Orangutan Batu Mbelin untuk melakukan proses penyembuhan. Menurutnya, kondisi orangutan itu tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan atau dikembalikan ke habitat aslinya di SM Rawa Singkil.

"Tapi saya tidak yakin matanya sudah buta dan bisa pulih kembali," katanya.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest