Fotokita.net - Seminggu terakhir, sesar tersebut memicu tiga gempa di Morowali yang dicatat oleh BMKG Stasiun Geofisika Balaroa.
Gempa pertama terjadi pada Sabtu (23/11) dengan kekuatan M 4,9 berlokasi di darat 11 kilometer arah barat daya Bungku, ibu kota Morowali, di kedalaman 10 kilometer.
Gempa kedua berkekuatan M 3,8 terjadi pada Minggu (24/11), 14 kilometer arah barat Bungku dengan kedalaman 11 kilometer.
Terakhir, gempa M 3,9 melanda Kecamatan Bahodopi, Morowali, dengan kedalaman 10 kilometer. Ketiga gempa tersebut dipicu aktivitas Sesar Matano.
Semua pihak diminta waspada dengan memperkuat mitigasi bencana terkait kemungkinan gempa besar yang bisa dibangkitkan sesar aktif Matano di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Sesar itu sudah lama tak memicu gempa besar. Sesar tersebut tercatat pernah memicu gempa bermagnitudo 7.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Mateorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Balaroa, Palu, Sulteng, Henrik Leopaty mengatakan, semua pihak perlu waspada dengan aktivitas Sesar Matano.
”Gempa terakhir yang besar berdasarkan informasi yang kami peroleh dengan kekuatan sekitar M 7 terjadi pada 1900-an. Artinya, lama sekali sesar ini ’tidur’. Ini yang harus diwaspadai,” katanya, di Palu, Kamis (28/11/2019).
Henrik menyebutkan, riwayat gempa besar itu tak tercatat dengan baik mungkin karena saat itu wilayah tersebut belum dihuni atau belum padat permukiman. Korban meninggal pun tak terdata.
Situasinya saat ini berbeda karena wilayah-wilayah sekitar sesar itu sudah dihuni, seperti di Kecamatan Bahodopi, Morowali, dan sekitar Danau Matano di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Bahkan, ada pusat industri pengolahan tambang di sana.