Follow Us

Dulu Saat Tumpas OPM Papua Diduga Punya Agenda Terselubung, Akankah Prabowo Simpan Misi Lain dalam Kabinet Indonesia Maju?

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 26 Oktober 2019 | 19:48
Prabowo Subianto saat Menjabat Sebagai Danjen Kopassus
Tribunnews

Prabowo Subianto saat Menjabat Sebagai Danjen Kopassus

Entah kenapa, Idris menjawab bahwa ia tidak diperkenankan oleh komandannya (Prabowo) untuk memaparkan garis besar rencana operasi pembebasan sandera. Barangkali karena rencana operasi tergolong rahasia.

Prabowo Subianto dan prajurit Kopassus
IST via Tribunnews

Prabowo Subianto dan prajurit Kopassus

“Aneh, padahal saya yang mempunyai kewenangan memberikan warning order,” kata Soeyono sebagaimana terkisah dalam biografinya Soeyono: Bukan Puntung Rokok yang disusun Benny Butar-butar.

Soeyono merasakan keanehan. Menurutnya, penolakan Prabowo yang secara hirarki masih bawahannya adalah bentuk pembangkangan. Soeyono menduga Prabowo punya agenda tersendiri. Operasi pembebasan sandera semacam ini tentu dapat menjadi ajang pembuktian diri bagi Prabowo sebagai komandan pasukan elite Indonesia.

Kecurigaan Soeyono bisa ditelusuri bila menelaah intruksi Panglima ABRI, Jenderal Feisal Tanjung. Sebelumnya, Feisal Tanjung sudah memerintahkan agar penanganan operasi pembebasan sandera diserahkan kepada perwira menengah berpangkat kolonel. Tidak perlu perwira tinggi selevel Danjen.

Baca Juga: Hadiri Rapat Kabinet Perdana dengan Kendaraan Pribadi, Rupanya Plat Nomor Mobil Menhan Prabowo Mengandung Sandi Rahasia Ini

Keputusan Feisal Tanjung membuat Prabowo jengkel karena terancam gagal memimpin operasi yang bergengsi ini. Namun dalam amatan Soeyono, Prabowo tak semestinya memerintahkan bawahannya menolak membeberkan konsep operasi kepada Mabes ABRI. Soeyono sendiri langsung melaporkan penyimpangan prosedur yang terjadi kepada Jenderal Feisal Tanjung.

Prabowo Subianto dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus)
via TribunJambi

Prabowo Subianto dan Komando Pasukan Khusus (Kopassus)

Misi terselubung di balik Operasi Mapenduma juga ditengarai aktivis HAM Papua, Decky Natalis Pigay. Dalam Evolusi Nasionalisme dan Sejarah Konflik di Papua, Decki menyebutkan bahwa saat itu, citra ABRI khususnya Kopassus tercoreng di mata internasional. Setahun sebelum Operasi Mapenduma, Kopassus terlibat dalam aksi kekerasan di Timika.

“Upaya pembebasan ini menjadi misteri,” tulis Natalis Pigay. “Di mata luar negeri nama besar Kopassus kian surut, keinginan Prabowo (dalam Operasi Mapenduma -red) untuk mengembalikan derajat ABRI sesudah namanya terpuruk saat tahun sebelumnya diduga terlibat penculikan dan pembunuhan di Timika yang terkenal dengan ‘Peristiwa Timika’ (pelanggaran HAM oleh ABRI).” (Kompas.com/Historia.id)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest