Kejadian itu, menurutnya, terjadi beberapa kali di sekitar sekolahnya dulu. Ia, teman dan gurunya memadamkan api dengan menyiram serta memangkas tanaman kering di sekitar lokasi.
Yang membuatnya tidak habis pikir, kejadian itu terus berulang hingga sekarang dengan skala yang lebih besar.
Ia mengaku "tidak bisa terima, dalam hati" melihat bencana di hadapannya.
"Melihat orang-orang sudah tidak sanggup bernapas, di situ saya berpikir, apa yang terjadi sebenarnya?"

Andrean Perdana, mahasiswa tingkat akhir di Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Palangkaraya, memimpin para relawan muda Youth Act untuk membantu upaya pemadaman api di lapangan.
Untuk itulah sejak 2016, setahun setelah kabut asap terparah akibat kebakaran besar hutan dan lahan, Andre memutuskan bergabung dengan tim relawan.
"Ini adalah perbuatan orang-orang tidak bertanggung jawab," imbuhnya dengan nada geram.
Tujuannya hanya satu: menghentikan api yang menghancurkan 'rumahnya', Pulau Kalimantan.
"Ini bisa dicegah, ini bisa dihentikan. Karena ini bukan bencana alam seperti gempa atau tsunami yang datangnya tiba-tiba - hanya Tuhan yang tahu. Tidak," pungkas Andre.

Berbagai elemen masyarakat turun tangan memadamkan api di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.