Follow Us

Kisah Pemuda Dayak yang Berjuang Matian-matian Padamkan Api Karhutla: Ini Bukan Tsunami yang Cuma Tuhan Tahu Kapan Datangnya!

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 20 September 2019 | 11:40
Para pemadam api mengandalkan 500 liter air di belakang mobil pikap, yang kemudian habis hanya dalam waktu 10 menit.
BBC News Indonesia

Para pemadam api mengandalkan 500 liter air di belakang mobil pikap, yang kemudian habis hanya dalam waktu 10 menit.

"Kalau mobil-mobil pemadam itu mungkin di daerah-daerah jalan besar aja. Waterbombing-nya lewat aja, tapi tidak dibom di sini," katanya.

Kepulan asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan membumbung di kawasan Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Jumat (13/09).
GETTY IMAGES

Kepulan asap yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan membumbung di kawasan Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Jumat (13/09).

Gusti lantas menggali sendiri sumur di lahan miliknya untuk bisa mendapatkan air, demi bisa terus menjaga lahannya dari kerusakan yang lebih parah akibat api.

Soal kerugian, ia tidak bisa menghitungnya. Kebun itu ia rawat agar sewaktu-waktu bisa mengajak anak-cucunya berkunjung dan menikmati hasil panen buah-buahan yang ditanamnya.

Baca Juga: Gara-gara Kabut Asap, Kualitas Udara Palangkaraya Dinyatakan Tak Lagi Layak Buat Manusia. Lantas, Bagaimana Nasib Warganya?

Seorang pengendara motor melintasi lahan yang dilanda kebakaran di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Jumat (13/09)
GETTY IMAGES

Seorang pengendara motor melintasi lahan yang dilanda kebakaran di Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Jumat (13/09)

"Kalau harga satu pohon rambutan sih berapa saja, 20 ribu? Tapi merawatnya itu empat tahunan loh, Mas," ungkap Gusti getir.

"Tanah sudah begini keadaannya, merawatnya sulit. Perlu tenaga, biaya, mencangkuli lagi karena berlubang-lubang. Kerugiannya bisa dilihat sendiri," tutupnya. (

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest