Mahasiswa lain, juga dari Wamena, Priska Mulait memutuskan kuliah bisnis di Jakarta demi apa yang ia sebut membangun tanah Papua.
"Di Papua itu banyak emas, minyak, dan sebagainya. Itu bukan kami orang Papua yang olah.Sa(saya) ingin jikasasudah selesai dan saya jadi manusia,sainginsasendiri yang mengelolanya," ujar perempuan berusia 20 tahun itu yang menggunakan kata 'Sa' yang berarti 'Saya'.
Baca Juga: Papua Rusuh Kembali, Sejumlah Fasilitas Umum Dibakar. Apakah Referendum Papua Jadi Solusi Terbaik?

Juga dari Wamena, Priska Mulait, memutuskan kuliah bisnis di Jakarta demi membangun tanah Papua.
Namun, Tasya dan Priska mengatakan, apa yang mereka alami di Jakarta tidak diduga sebelumnya.
Tasya menceritakan pengalamannya kesulitan mencari kamar kos.

Mahasiswa Papua di Jakarta bercerita bahwa mereka bersekolah di Jakarta untuk membangun Papua di masa depan.
"Ada tulisan kos-kosan, tapi mereka tidak terima saya. Mereka bilang kos-kosannya sudah penuh dan tidak bisa mereka terima orang Papua," kata Tasya.
Ia akhirnya tinggal di sebuah kontrakan di kawasan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, bersama Priska dan sejumlah mahasiswa asal Papua lainnya.
Tak sampai di situ, Tasya mengatakan ada sebuah toko di sisi kontrakannya yang enggan melayani mereka dengan baik, meski ada pula toko yang melayani mereka.