Fotokita.net - Peristiwa penangkapan mahasiswa Papua di asrama milik Pemerintah Provinsi Papua diSurabaya, Jawa Timur, 17 Agustus lalu masih berbuntut panjang.
Emosi warga Papua dan Papua Barat masih menyala lantaran mereka menuntut pengadilan yang adil atas pelaku berseragam TNI yang diduga melontarkan kata-kata rasisme.
Video yang merekam oknum berseragam TNI dengan lontaran kata-kata rasisme itu begitu melukai perasaan warga Papua dan Papua Barat. Rekaman gambar yang tersebar lewat media sosial itu segera memicu rangkaiandemonstrasi hingga pembakaran gedung terjadi di Manokwari, Sorong, dan Fakfak.
Baca Juga: Jokowi Beri Titah, Akankah TNI Hukum Serdadu yang Diduga Berbuat Rasis Pada Mahasiswa Papua?

Sejumlah anggota Detasemen Gegana Satbrimob Polda Jatim menyisir Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Juma
Rentetan kejadian itu diibaratkan beberapa pihak sebagai api dan asap alias berhubungan sebab-akibat.
Peristiwa lanjutan hingga kini belum berhenti bergulir, termasuk pengiriman ratusan polisi tambahan ke Papua 'demi stabilisasi keamanan'.
BBC News Indonesia bertemu dan mewawancarai sejumlah pihak yang melihat dan terlibat insiden di Surabaya.
Kejadian di asrama milik Pemprov Papua itu berporos pada dua hal: dugaan perusakan bendera dan makian bernuansa rasialisme.

Sejumlah mahasiswa Papua di Jakarta yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme, menggelar aksi unjuk rasa di seberang Gedung Kementerian Dalam Negeri, Jalan Medan Merdeka Utara, Kamis (22/8/2019). Mahasiswa Papua meminta Presiden Joko Widodo memas