Follow Us

Masuk Daftar 7 Keajaiban Dunia, Siapa Sangka Foto-foto Jadul Ini Buktikan Borobudur Ditemukan Kembali dalam Kondisi yang Mengenaskan

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 28 Agustus 2019 | 07:54
Borobudur

Borobudur

Fotokita.net - Dua abad pasca penemuan kembali Candi Borobudur, kebutuhan atas tenaga ahli konservasi candi semakin mendesak. Sebab, seiring berjalannya waktu, kondisi situs warisan dunia ini semakin rentan terhadap cuaca ataupun ulah manusia.

Kepala Balai Konservasi Borobudur Marsis Sutopo mengungkapkan, pihaknya kini sedang melakukan pengkajian tentang perlu tidaknya pemberian lapisan pelindung di bagian tangga Candi Borobudur. Masalahnya, setelah puluhan tahun dikunjungi jutaan wisatawan, bagian tangga Borobudur terus-menerus aus akibat tergerus kaki manusia. Selain mengakibatkan ausnya bebatuan, kehadiran pengunjung juga mendatangkan debu dan kotoran yang menempel di lantai, dinding, dan relief candi.

Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, Borobudur juga mengalami ancaman lain berupa guyuran hujan abu vulkanik dari Gunung Merapi dan Kelud.

”Kondisi Borobudur memang berada di tempat terbuka dan rawan bencana erupsi, khususnya hujan abu vulkanik. Untuk mengantisipasi masalah ini, kami harus dibantu tenaga ahli konservasi batuan dari UNESCO,” papar Marsis di Yogyakarta.

Baca Juga: Hukuman Kebiri Kimia Belum Bisa Dieksekusi. Apakah Penolakan Ikatan Dokter Jadi Ganjalan Utama?

Foto-foto lawas candi Borobudur

Foto-foto lawas candi Borobudur

Sejak tiga tahun lalu, tiga ahli konservasi batuan beserta dua asisten dari Jerman didatangkan ke Borobudur. Bersama dengan jajaran Balai Konservasi Borobudur, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta dan Jateng, mereka merawat candi Buddha terbesar di dunia tersebut.

Selain membersihkan abu vulkanik, para ahli juga bertugas mengatasi masalah lain seputar perawatan batu candi, mulai dari penggaraman, munculnya lubang pada bebatuan, pertumbuhan lumut, sampai keretakan bebatuan.

Masalah paling sulit dalam perawatan candi adalah penanganan penggaraman. Penggaraman adalah munculnya garam-garaman akibat proses penguapan setelah hujan. Begitu mengeras, zat garam-garaman ini menempel dan mengeras sehingga sulit dibersihkan.

Baca Juga: Aktivis Tuding Ada Kesepakatan Politik Terselubung Jokowi- Prabowo, Politikus Gerindra Bilang Prabowo Pegang Janji Saat Debat Capres 2019...

Persoalan pelik yang lain adalah terbentuknya lubang-lubang di permukaan batuan karena proses penguapan air yang begitu cepat. ”Pada saat hujan, batuan akan menyerap air, lalu terjadi penguapan. Karena proses penguapan yang cepat, terjadi semacam ledakan-ledakan kecil di permukaan batuan yang kemudian memunculkan lubang-lubang,” paparnya.

Beberapa waktu lalu, di media sosial, khususnya Facebook, pernah ramai beredar foto-foto hitam-putih dari Candi Borobudur.

Salah satu sumbernya adalah grup Indonesia Tempo Doeloe, di mana sebuah akun FB Agustian mengunggah beberapa foto lawas dari Borobudur dengan caption:

"Reruntuhan candi Borobudur ditemukan pertama kali pada tahun 1814, saat Inggris menguasai Jawa, di bawah pimpinan Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles.

Pemugaran pertama yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda oleh Theodore van Erp sekitar tahun 1907-1911. Dan berlanjut pemugarannya tahun 1973-1983.

Foto2 diambil sekitar tahun 1870-1900.(dari berbagai sumber)"

Ya, Candi Borobudur yang kita ketahui dan sering lihat, bahkan dikunjungi, saat ini adalah hasil beberapa kali pemugaran.

Dalam artikel berjudul di Kompas.com berjudul "Jejak Bencana di Borobudur" digambarkan bagaimana kisah penemuan Borobudur yang nyaris hilang ditelan Bumi.

Baca Juga: Cucu Presiden Jokowi Ini Selalu Curi Perhatian, Dari Bikin Gegeretan Annisa Pohan, Buat Penasaran Krisdayanti Hingga Rasa Penasaran Warganet. Lihat Foto-foto Polah Lucunya!

Borobudur

Borobudur

Keberadaan salah satu keajaiban dunia ini pertama kali terungkap saat Perwakilan Serikat Dagang Inggris di Hindia Timur, Letnan Gubernur-Jenderal Sir Stamford Raffles mendapat informasi tentang adanya monumen kuno raksasa di Desa Bumisegoro, dekat Magelang.

Namun, bukan Raffles sendiri yang pada akhirnya mengungkap keberadaan Candi Borobudur pada 1814, melainkan anak buah yang disuruhnya, seorang insinyur Belanda bernama Cornelius.

Cornelius ditugaskan untuk menggali informasi detail mengenai keberadaan 'monumen raksasa' tersebut.

Baca Juga: Cerita Gigih Kakek dari Suami Lulu Tobing yang Sukses Dirikan Usaha Pelayaran. Kini, Bisnisnya Makin Menggurita...

Maklum, Raffles memang terkenal sangat tertarik dengan kebudayaan dan sejarah

Cornelius yang memang sangat mengenal seluk-beluk barang-barang antik kemudian tiba di Desa Bumisegoro.

Kondisi Candi Borobudur saat pertama kali ditemukan Cornelius digambarkan sangat menyedihkan.

Kerusakan terjadi di hampir seluruh bagian candi, sebagian bangunan tertimbun, sebagian lagi sudah disesaki oleh semak belukar.

Upaya membersihkan Mahakarya Wangsa Sailendra tersebut berlangsung selama dua bulan dengan bantuan 200 warga desa.

Baca Juga: Kisah Pilu di Balik Sebuah Foto, Pasangan Kekasih Ini Dapatkan Simpati dari Warganet

Borobudur

Borobudur

Mereka menggali tanah yang mengubur candi, serta memotong dan membakar semak belukar yang menutupi candi.

Khusus untuk penggalian, Cornelius terpaksa membatasinya karena tidak ingin Borobudur roboh.

Namun, meski memerintahkan penggalian informasi tentang Borobudur dan rutin mendapat laporan dari Cornelius, Raffles sendiri tidak banyak membahas mengenai Borobudur dalam buku-bukunya.

Baca Juga: Mengapa Taman Kajoe Jadi Tempat Favorit Artis Gelar Pesta Pernikahan di Jakarta? Yuk, Lihat Foto-Fotonya!

Bahkan dalam karya besarnya, History of Java (1817), hanya ada beberapa kalimat yang menyinggung Borobudur.

Foto-foto lawas Borobudur sebenarnya dapat ditemukan di Studio Sejarah Restorasi Candi Borobudur di kompleks Taman Candi Borobudur, Magelang.

Kondisi candi yang terdiri dari enam tingkat berbentuk persegi dan tiga tingkat berbentuk lingkaran tersebut memang terlihat rusak parah.

Lantai teras melengkung bergelombang akibat gempa, batu-batu penyusun stupa berjatuhan dan berserakan di lantai teras.

Di lantai 8, 9, dan 10 atau dikenal dengan tingkat Arupadhatu, kerusakan benar-benar menyedihkan.

Baca Juga: Apakah Kalimantan Timur Bebas Bencana? Data Tunjukkan Bencana Paling Banyak Terjadi Tahun 2016

Borobudur

Borobudur

Stupa utama yang biasa kita bisa lihat dari kaki Borobudur hanya menyisakan rongga menganga yang diisi oleh batu-betu penyusunnya.

Stupa di sekeliling stupa utama juga runtuh sebagian.

Batu-batu 'pengunci' pun yang berbentuk ekor burung, takikan, tipe alur dan lidah, serta tipe purus dan lubang tak lagi melekat, sebagai mana fungsi seharusnya.

Baca Juga: Rakyat Menjerit, Pencemaran Sungai Ciujung yang Tak Berujung. Foto-Foto Ini Perlihatkan Kisahnya

Debu vulkanis dan material lahar 'berserakan' di sekitar candi. Hal ini pula yang memicu tumbuhnya semak belukar yang menutupi candi.

Diduga gempa yang sangat besarlah (juga gunung meletus) yang menjadi penyebab kondisi candi Borobudur begitu hancur saat pertama kali ditemukan oleh Cornelius.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest