Follow Us

Fakta Lengkap Penangkapan Mahasiswa Papua, Cekcok Soal Pasang Bendera, Tiang Bendera Jatuh ke Tanah Hingga Makian Rasisme dari Oknum Berseragam Tentara

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 24 Agustus 2019 | 08:45
Sejumlah orang keluar dan mengangkat tangannya di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Jumat (16/8/2019).
ANTARA FOTO

Sejumlah orang keluar dan mengangkat tangannya di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Jumat (16/8/2019).

Fotokita.net - Peristiwa penangkapan mahasiswa Papua di asrama milik Pemerintah Provinsi Papua diSurabaya, Jawa Timur, 17 Agustus lalu masih berbuntut panjang.

Emosi warga Papua dan Papua Barat masih menyala lantaran mereka menuntut pengadilan yang adil atas pelaku berseragam TNI yang diduga melontarkan kata-kata rasisme.

Video yang merekam oknum berseragam TNI dengan lontaran kata-kata rasisme itu begitu melukai perasaan warga Papua dan Papua Barat. Rekaman gambar yang tersebar lewat media sosial itu segera memicu rangkaian demonstrasi hingga pembakaran gedung terjadi di Manokwari, Sorong, dan Fakfak.

Baca Juga: Jokowi Beri Titah, Akankah TNI Hukum Serdadu yang Diduga Berbuat Rasis Pada Mahasiswa Papua?

Sejumlah anggota Detasemen Gegana Satbrimob Polda Jatim menyisir Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Juma
ANTARA FOTO

Sejumlah anggota Detasemen Gegana Satbrimob Polda Jatim menyisir Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Juma

Rentetan kejadian itu diibaratkan beberapa pihak sebagai api dan asap alias berhubungan sebab-akibat.

Peristiwa lanjutan hingga kini belum berhenti bergulir, termasuk pengiriman ratusan polisi tambahan ke Papua 'demi stabilisasi keamanan'.

Baca Juga: Aksi Mahasiswa Papua Jakarta, Teriakan Papua Merdeka Hingga Atribut Bintang Kejora Bermunculan. Ini Foto-Fotonya

BBC News Indonesia bertemu dan mewawancarai sejumlah pihak yang melihat dan terlibat insiden di Surabaya.

Kejadian di asrama milik Pemprov Papua itu berporos pada dua hal: dugaan perusakan bendera dan makian bernuansa rasialisme.

Sejumlah mahasiswa Papua di Jakarta yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme, menggelar aksi unjuk rasa di seberang Gedung Kementerian Dalam Negeri, Jalan Medan Merdeka Utara, Kamis (22/8/2019). Mahasiswa Papua meminta Presiden Joko Widodo memas
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejumlah mahasiswa Papua di Jakarta yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme, menggelar aksi unjuk rasa di seberang Gedung Kementerian Dalam Negeri, Jalan Medan Merdeka Utara, Kamis (22/8/2019). Mahasiswa Papua meminta Presiden Joko Widodo memas

Bagaimana awal mula kasus bendera dan diskriminasi ras?

15 Agustus

Sejumlah pejabat dan personel Satpol PP Kecamatan Tambaksari datang ke pondokan mahasiswa Papua yang kerap disebut Asrama Kamasan. Mereka datang bersama personel Koramil 02/0831 dan Polsekta Tambaksari.

Asrama dan kantor kecamatan berjarak sekitar 350 meter. Adapun Koramil 02/0831 dan Polsekta Tambaksari berkantor di alamat yang sama dengan kecamatan. Tiga institusi ini bernaung dalam konsep tiga pilar kecamatan.

Pejabat kecamatan Tambaksari, yang tak mau identitasnya disebut, menunjukkan kepada BBC tayangan video kedatangan rombongan mereka ke Asrama Kamasan.

Baca Juga: Akui Salah Tentang Hoaks Penculikan Mahasiswa Papua, Mengapa Kominfo Belum Rilis Ralat Secara Resmi?

Pengibaran bendera Bintang Kejora di Fakfak, Papua Barat.
Foto: Eko

Pengibaran bendera Bintang Kejora di Fakfak, Papua Barat.

Dalam video itu, Camat Tambaksari, Ridwan Mubarun, terlihat berdiri di depan pagar asrama dan bertukar kalimat dengan beberapa mahasiswa Papua.

Ridwan terdengar berkata, "Biar saya yang pasang bendera daripada ormas yang datang ke sini."

Camat Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur, Ridwan Mubarun.
BBC Indonesia

Camat Tambaksari, Surabaya, Jawa Timur, Ridwan Mubarun.

Anggota Satpol PP akhirnya menancapkan tiang berbendera Merah Putih di depan gerbang Asrama Kamasan.

Baca Juga: Kerusuhan di Papua Kian Meluas, Fotokita Merangkum Berbagai Foto Kericuhan yang Terus Memanas

Penuturan versi kecamatan ini sesuai dengan kronologi yang dipublikasikan penghuni asrama dan Sahura, pengacara publik LBH Surabaya yang mendampingi mereka.

"Kami didatangi camat, Satpol PP, dan TNI untuk memasang bendera di depan asrama," begitu kronologi tertulis versi penghuni Asrama Kamasan.

Warga melakukan aksi dengan pengawalan prajurut TNI di Bundaran Timika Indah, Mimika, Papua, Rabu (21/8/2019). Aksi tersebut untuk menyikapi peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.
ANTARA FOTO/JEREMIAS RAHADAT

Warga melakukan aksi dengan pengawalan prajurut TNI di Bundaran Timika Indah, Mimika, Papua, Rabu (21/8/2019). Aksi tersebut untuk menyikapi peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.

16 Agustus

Pejabat kecamatan yang meminta namanya tak disebut, mengklaim, tiang yang mereka tancapkan sehari sebelumnya telah berpindah tempat.

Menurutnya, tiang yang tadinya berdiri di depan pagar hari itu berada di antara batas asrama dan rumah sebelahnya.

Sekitar pukul 09.00 WIB, versi mahasiswa Papua, rombongan kecamatan, koramil, dan polsekta lalu mengecor tiang bendera bendera baru. Titiknya persis di lokasi sebelumnya.

Baca Juga: Dapat Izin dari Gus Dur, Bendera Bintang Kejora Boleh Berkibar di Tanah Papua, Tapi Ada Syaratnya...

Foto bendera dalam got yang diterima pimpinan RW kawasan asrama Kamasan.
Istimewa

Foto bendera dalam got yang diterima pimpinan RW kawasan asrama Kamasan.

Dalam kronologi tertulis mereka, penghuni asrama Kamasan berkata pengecoran tiang bendera itu dilakukan anggota Satpol PP serta polisi dan tentara tak berseragam.

Sebelum pukul 16.00 sore, rombongan pejabat kecamatan, koramil, dan polsekta Tambaksari kembali datang ke asrama. Pemicunya, tiang bendera yang mereka pasang bengkok ke arah tanah.

Bendera Merah Putih yang terpasang pada tiang itu menyentuh got di depan pagar asrama.

Pimpinan rukun warga menyebut foto kondisi tiang dan bendera itu menyebar di grup Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Pacar Keling, Tambaksari.

Baca Juga: Kerusuhan Juga Terjadi di Mimika, Apakah Perlu Status Darurat di Papua Barat?

Dorlince Iyowau, perwakilan mahasiswa Papua di Surabaya berkata kepada BBC, "Kami tidak tahu-menahu soal bendera yang jatuh di got itu."

"Kami tahu ketika TNI datang dobrak-dobrak tanpa pendekatan hukum, yang langsung main hakim sendiri dengan Satpol PP dan ormas reaksioner."

"Jadi sekali lagi kami tidak tahu soal kejadian bendera yang jatuh dan kami tidak pernah membuang bendera yang mereka maksud itu ke got," kata Dorlince.

Baca Juga: Tak Terima Disebut dengan Kata Rasis Ini, Mahasiswa Papua Ungkapkan Protes, Salah Satunya Soal Kemerdekaan

Pria berseragam terlihat melontarkan ancaman dan makian ke arah penghuni asrama Kamasan.
Aliansi Mahasiswa Papua via BBC Indonesia

Pria berseragam terlihat melontarkan ancaman dan makian ke arah penghuni asrama Kamasan.

Sementara itu, pimpinan RW di kawasan asrama Kamasan juga tak mengetahui pelakunya.

"Kondisi bendera itu kami tahu dari grup WhatsApp. Saya tidak melihat dengan mata sendiri. Tapi yang semua yang melihat pasti emosi," ujarnya.

Pimpinan RW ini enggan namanya disebut. Ia beralasan, proses hukum atas peristiwa itu tengah berlangsung di kepolisian.

Baca Juga: Kondisi Gedung Rakyat Papua Barat Tampak Mengenaskan Usai Kerusuhan Manokwari. Lihat Foto-fotonya yang Bikin Kita Pilu

Sejumlah tentara yang terlihat di depan asrama Kamasan, 16 Agustus lalu.
Aliansi Mahasiswa Papua via BBC Indonesia

Sejumlah tentara yang terlihat di depan asrama Kamasan, 16 Agustus lalu.

Yang kemudian terjadi, terekam pada sejumlah video yang beredar di media sosial.

Penghuni asrama Kamasan berhadapan dengan massa yang terdiri dari orang-orang berseragam tentara, satpol PP, polisi, dan mereka yang berbaju bebas.

Pria yang dilingkari dalam cuplikan video ini beberapa kali menudingkan tangannya ke penghuni yang berada di balik pagar.

"Jangan banyak omong kamu, keluar sini," begitu salah satu kalimat yang terdengar jelas keluar dari mulutnya.

Bersamaan dengan itu, sejumlah kata-kata rasial berupa nama-nama binatang terlontar ke arah mahasiswa Papua.

Baca Juga: Gerakan Papua Merdeka Kerap Disebut, Kata Riset Kelompok Ini Tak Solid. Ada yang Berperang di Hutan, Ada Pula yang Hidup Makmur di Eropa

Sejak penangkapan 17 Agustus lalu, penghuni asrama Kamasan menutup diri. LBH Surabaya menyebut para mahasiswa Papua menghindari ancaman keselamatan diri mereka.
Antara Foto/Didik Suhartono

Sejak penangkapan 17 Agustus lalu, penghuni asrama Kamasan menutup diri. LBH Surabaya menyebut para mahasiswa Papua menghindari ancaman keselamatan diri mereka.

Dalam video lain yang direkam penghuni asrama, seorang mahasiswa Papua berkata, "Apa? Mau tangkap saya? Ketok pintu, kita bicara baik-baik."

Seorang perempuan dari kelompok penghuni asrama juga terdengar mengatakan, "Ada proses hukumnya, Pak. Kenapa main hakim sendiri begitu?"

Dalam video itu, seseorang berseragam tentara dan berkacamata hitam juga menuding-nudingkan tangan ke arah penghuni asrama.

Sejumlah polisi menyisir Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Jumat (16/8/2019).
ANTARA FOTO

Sejumlah polisi menyisir Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Jumat (16/8/2019).

"Hei kau pulang sana...," begitu salah satu penggalan kalimat yang terdengar darinya.

Dalam video lain dari arah asrama, orang berseragam tentara lainnya berkata, "Kamu merusak bendera, tak sikat kamu." Ia terlihat menendang pagar dan menyebut nama binatang ke penghuni asrama.

Dalam berbagai video, tampak semakin banyak orang berkumpul di depan asrama Kamasan. Lontaran kata-kata rasial juga makin kerap terdengar.

Sejumlah anggota Detasemen Gegana Satbrimob Polda Jatim bersiap masuk ke dalam Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama
ANTARA FOTO

Sejumlah anggota Detasemen Gegana Satbrimob Polda Jatim bersiap masuk ke dalam Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama

Beberapa penghuni asrama terlihat kabur ke dalam hunian mereka untuk menghindari lemparan batu dari luar pagar.

Menurut versi mahasiswa Papua, salah satu pria berseragam tentara yang mengeluarkan kata-kata rasial adalah Komandan Koramil Tambaksari, Mayor NH Irianto.

Mereka menuding kalimat yang dilontarkan Irianto juga memprovokasi massa.

Sahura, pengacara LBH Surabaya, menyebut tentara kala itu adalah pihak yang pertama kali datang ke asrama, sebelum polisi, Satpol PP, dan anggota ormas.

Baca Juga: Kerusuhan Meluas di Papua Barat, Alasan Inilah yang Bikin Kita Rindu Pada Cara Gus Dur Tangani Akar Masalah Papua

Kondisi gedung DPRD Papua Barat yang terbakar pascakerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019). Suasana Manokwari mulai kondusif pascaaksi kerusuhan akibat kemarahan atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.
ANTARA FOTO

Kondisi gedung DPRD Papua Barat yang terbakar pascakerusuhan di Manokwari, Papua Barat, Senin (19/02/2019). Suasana Manokwari mulai kondusif pascaaksi kerusuhan akibat kemarahan atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya, Malang dan Semarang.

BBC datang ke markas Koramil Tambaksari, Kamis (22/08) untuk mengonfirmasi hal itu. Namun seorang anggota koramil bernama Rusdi menyebut Irianto tengah berkegiatan di markas Kodam Brawijaya.

Rusdi juga menolak memberikan kontak atasannya.

Pada hari yang sama, BBC bertemu Juru Bicara Kodam Brawijaya, Letkol Imam Haryadi. Secara komando, Koramil Tambaksari berada di bawah Kodam Brawijaya.

Baca Juga: Asrama Dilempari Warga Tak Dikenal, Gubernur Sulawesi Selatan dan Kepolisian Lindungi Mahasiswa Papua di Makassar

Kepada Imam, BBC menunjukkan dua video yang memperlihatkan beberapa orang berseragam tentara. Namun Imam tak dapat menjawab siapa di antara orang-orang itu yang merupakan Mayor Irianto.

"Posisinya mereka (dalam video itu) agak kabur," kata Imam.

Bagaimanapun, Kepala Penerangan Kodam Brawijaya itu membenarkan bahwa seluruh orang berseragam tentara di video-video itu merupakan anggota Koramil Tambaksari.

Juru Bicara Kodam Brawijaya, Letkol Imam Haryadi, menyebut personelnya tidak semestinya bertindak agresif dalam menyelesaikan persoalan sosial.
BBC News Indonesia

Juru Bicara Kodam Brawijaya, Letkol Imam Haryadi, menyebut personelnya tidak semestinya bertindak agresif dalam menyelesaikan persoalan sosial.

Meski menyebut tindakan para tentara itu keliru, Imam tidak dapat memastikan siapa di antara mereka yang mengeluarkan pernyataan rasial.

"Berteriak saja tidak bagus, tidak semestinya mereka berbuat demikian. Model seperti itu tidak dibenarkan. Pasti nanti ada sanksi setelah proses hukum," ujar Imam.

Saat ini, kata Imam, Kodam Brawijaya memberhentikan sementara Irianto dari jabatan Danramil Tambaksari. Keputusan itu disebutnya untuk memperlancar penyidikan yang berjalan di Dinas Intelijen dan Polisi Piliter.

"Merujuk pasal 103 KUHP Militer, dalam menyelesaikan masalah, anggota TNI harus mengedepankan komunikasi sosial," ucap Imam.

"Metode mereka sama sekali tidak menunjukkan pembinaan teritorial."

Baca Juga: Lihat Foto-foto Keindahan Papua, Bianglala Surgawi di Khatulistiwa

"Putusan pencopotan jabatan, teguran, atau kurungan, semua akan ditentukan dalam proses hukum di peradilan militer," kata Imam.

Merujuk beberapa video yang direkam kelompok mahasiswa Papua dan LBH Surabaya, massa terus berada di depan asrama Kamasan hingga Jumat (16/08) malam lalu.

Saat itu, tiang bendera yang bengkok telah ditegakkan. Ormas dan warga setempat juga memasang bendera Merah Putih di tiang listrik depan asrama.

Dalam satu video mereka terdengar menyanyikan Indonesia Raya. Sementara pada video lain, mereka melontarkan kata-kata rasial dan mengancam penghuni asrama untuk keluar Surabaya.

Malam itu, kepolisian terlihat mengerahkan kendaraan taktis. Sahura berkata, polisi juga membawa anjing pelacak.

17 Agustus

Menurut Sahura, pada pukul 02.00 WIB, mahasiswa asal Surabaya dan perwakilan KontraS datang ke asrama Kamasan sambil membawa makanan untuk para mahasiswa Papua.

"Setelah negosiasi dengan polisi, kawan itu malah ditangkap polisi. Tapi polisi menggunakan istilah 'mengamankan'," kata Sahura.

"Jam 2 siang mereka baru dilepas. Saya awalnya diminta mendampingi, tapi saya yakin pasti polisi melepaskan mereka."

Baca Juga: Dokter Muda Berkerudung nan Cantik Ini Suka Cita Bagikan Pengalaman Kerja di Pedalaman Papua. Lihat Foto-fotonya di Tempat Tugas

Polisi membawa sejumlah orang yang diamankan dari Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Jumat (16/8/2019).
ANTARA FOTO

Polisi membawa sejumlah orang yang diamankan dari Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan 10, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/8/2019). Sebanyak 43 orang dibawa oleh pihak kepolisian untuk diminta keterangannya tentang temuan pembuangan bendera Merah Putih di depan asrama itu pada Jumat (16/8/2019).

Sekitar pukul 13.00, puluhan orang berkumpul di depan asrama Kamasan. Selain aparat, warga sipil tampak mengenakan seragam ormas. Kata-kata rasial masih terdengar dalam momentum itu.

Jelang jam tiga siang, kepolisian mengeluarkan peringatan agar penghuni asrama keluar dan menyerahkan diri ke aparat.

Tak lama sesudahnya, mereka menembakkan gas air mata ke arah asrama. Setelah mendobrak gerbang, aparat Brimob bersenjata laras panjang masuk asrama.

Personel Brimob lalu menggiring 43 orang dari kelompok mahasiswa Papua ke truk polisi dan membawa mereka ke markas Polda Jawa Timur.

Baca Juga: Manokwari Mencekam, Warga Terpicu Isu Dugaan Rasisme Mahasiswa Papua di Jawa. Lihat Foto dan Videonya Terkini!

Mengapa aparat begitu berkeras tentang bendera?

Pimpinan RW di kawasan asrama Kamasan menyebut imbauan pengibaran bendera Merah Putih diberikan kepada masyarakat sebelum Agustus ini.

Pimpinan RW yang meminta namanya tak disebut itu berkata, "Tanggal 1 Agustus warga sudah harus mengibarkan bendera. Saya imbau, 'ayo pasang'. Tapi kalau tidak mau pasang ya tidak apa-apa," ujarnya.

Di sisi lain, Letkol Imam Haryadi menyebut anggota TNI turut berperan dalam momentum kemerdekaan karena wajib mendorong 'bela negara'.

Baca Juga: Mahasiswa Papua di Surabaya di Jemput Paksa Polisi. Apakah Masalahnya? Berikut Foto-Fotonya

Sejumlah mahasiswa Papua di Jakarta yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme, menggelar aksi unjuk rasa di seberang Gedung Kementerian Dalam Negeri, Jalan Medan Merdeka Utara, Kamis (22/8/2019). Mahasiswa Papua meminta Presiden Joko Widodo memas
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sejumlah mahasiswa Papua di Jakarta yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme, menggelar aksi unjuk rasa di seberang Gedung Kementerian Dalam Negeri, Jalan Medan Merdeka Utara, Kamis (22/8/2019). Mahasiswa Papua meminta Presiden Joko Widodo memas

"Pada 17-an kan momennya tepat sekali, bela negara cukup dengan mengibarkan bendera. Itu dasar sekali," ujar juru bicara Kodam Brawijaya tersebut.

Bagaimanapun, kata Sahura, kelompok mahasiswa Papua di asrama Kamasan tidak menolak atau menentang aturan itu. Menurutnya, mereka dalam posisi 'diam' terkait aturan pengibaran bendera.

"Mereka kan tidak menolak saat tiang bendera itu dipasang. Mereka juga bilang, 'Kami baru tahu ada aturan seperti itu'," tuturnya.

Peristiwa terkait bendera di asrama Kamasan juga terjadi 16 Agustus 2018. Kala itu, massa ormas masuk ke dalam asrama untuk mendirikan tiang bendera.

Baca Juga: Ular Mematikan asal Australia yang Ditemukan di Papua Ini Renggut Nyawa Anggota Brimob dengan Bisa yang Menyebar Lewat Kelenjar Getah Bening!

Seperti pekan lalu, ormas itu terdiri antara lain dari Pemuda Pancasila dan Benteng NKRI. Saat itu, usai cekcok, dua kelompok bentrok, baik dengan tangan terbuka maupun senjata tajam dan tumpul.

Kepada pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/08) kemarin, Presiden Joko Widodo meminta Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengusut kasus rasial di depan asrama Kamasan.

"Saya telah memerintahkan Kapolri menindak secara hukum tindakan diskriminasi ras dan etnis yang rasis secara tegas. Ini tolong digarisbawahi," kata Jokowi.

Pernyataan Jokowi itu keluar setelah Kapolda Polda Jawa Timur, Irjen Luki Hermawan, berjanji menyelidiki perkara itu bersama institusi terkait, salah satunya TNI.

Di sisi lain, Luki menyatakan pihaknya juga terus mengusut dugaan perusakan bendera. Hingga berita ini diturunkan, belum ada satu pun orang yang ditetapkan menjadi tersangka dalam dua perkara itu.

Source : BBC Indonesia

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest