Aksi kekerasan tersebut membuat korban kolaps. Pada hari yang sama, korban dilarikan ke RS untuk mendapatkan perawatan.
"Insiden itu (pengeroyokan) terjadi usai korban melakukan pengajian di lantai bawah, lalu bersama teman lainnya naik lantai 4 untuk mandi, namun tiba-tiba korban ditarik ke kamar dan langsung dikeroyok, dipukul, ditendang, dan diinjak-injak oleh para pelaku sehingga mengakibatkan korban jatuh pingsan di lokasi," papar Zain panjang lebar.

Ada 12 santri jadi terangka usai keroyok juniornya sampai tewas gegara masalah sepele sebelum salat Subuh. Foto korban ditangisi.
Korban mengalami sejumlah luka luar akibat dikeroyok. Jenazah korban juga diautopsi untuk dipastikan penyebab kematiannya.
"Korban pada saat di Rumah Sakit Sari Asih Cipondoh terlihat tanda lebam di muka, kepala dan dada serta keluar darah di hidung dan buih di mulut korban, untuk memastikan penyebab kematian, saat ini sedang dilakukan autopsi terhadap korban," ucap Zain.
Polisi telah mengantongi hasil autopsi jenazah RAP (13). Korban mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuhnya akibat pengeroyokan tersebut.
Kombes Zain Dwi Nugroho menuturkan, dari hasil autopsi, korban mengalami kekerasan bekas benda tumpul. Berdasarkan keterangan para santri, korban dianiaya para pelaku hingga kepalanya dibenturkan ke tembok dan lantai.
"Kekerasan benda tumpul, baik itu di bagian kepala, wajah, dada, dan beberapa bahu. Kemudian keterangan anak-anak itu mereka melakukan pemukulan dengan tangan dan kaki, termasuk membenturkan kepala ke dinding tembok dan lantai," terang Zain.

Ada 12 santri jadi terangka usai keroyok juniornya sampai tewas gegara masalah sepele sebelum salat Subuh. Foto korban ditangisi.
(*)