Tanpa berhenti sampai di situ, Panda juga mencari informasi dari purnawirawan TNI yang pernah menjadi perwira intelijen. Politikus PDIP itu mengaku ingin menelisik lebih jauh alasan Jokowi.
Dari sang purnawirawan, Panda mendapatkan informasi bahwa memang ada alat semacam proyektil yang bisa ditembakkan ke dinding suatu ruangan dan kemudian dinding itu merekam pembicaraan orang tersebut. Alat itu disebut bisa saja ditembakkan dari kawasan Istana, seperti Jalan Merdeka Barat, Jalan Merdeka Utara, hingga Jalan Veteran.
"Beda halnya dengan Abdurrahman Wahid. Dia justru memilih tinggal di Istana Merdeka selama menjadi presiden. Gus Dur tidak takut pembicaraan di Istana disadap. Bahkan, di masa itu, Gus Dur mengubah suasana Istana menjadi lebih 'kerakyatan'. Artinya, orang bisa masuk Istana dengan memakai sandal dan mengenakan kain sarung. Juga bebas merokok, sehingga gordin-gordin dan karpet pun bau asap rokok semuanya," cerita Panda.
Panda selanjutnya menduga, Jokowi saat itu juga belum terlalu yakin dengan lingkungan sekitar Istana Merdeka. Selain itu, menurutnya, hawa yang sejuk dan lingkungan yang asri mungkin menjadi pertimbangan Jokowi mengapa memilih tinggal di Istana Bogor.
"Berdasarkan pengalaman saya, berkunjung ke Istana Merdeka dengan berkunjung ke Istana Bogor memang ada perbedaan dari sisi pengamanan. Kalau datang ke Istana Bogor, pengamanannya lebih ketat: sebelum datang sudah ditanya jenis mobil dan nomor polisinya.
Pintu masuk tamu pun tidak dari gerbang utama, ada pintu khusus. Pemeriksaan fisik kepada tamu juga sangat cermat. Tapi, kalau ke Istana Merdeka atau Istana Negara, kadang handphone bisa masuk. Jadi tidak ada standar baku yang jelas," papar dia.
(*)