"Saya tanya kok kamu bisa begitu. Katanya dia beasiswa. Dia bilangnya itu kuliah di 3 fakultas sekaligus. Saya percaya-percaya saja, karena beberapa orang yang saya kenal pernah kayak gitu," kata Nur Aini.
Meski sudah berprofesi sebagai dokter, Nur Aini mengatakan kalau terdakwa tidak bekerja. Dia hanya mengaku menjadi bos di perusahaan batubara.
Setelah 4 bulan menikah, ibu Nur Aini mulai timbul kecurigaan terhadap terdakwa. Orangtua Nur Aini sempat membawa warga untuk meminta menggerebek terdakwa.
"Waktu itu saya sempat bela dia karena saya kira dia laki-laki, tetapi orangtua saya curiga dia itu perempuan," kata Nur Aini.
Lalu, Nur Aini mencoba mencari tahu kebenaran kelamin suaminya itu lantaran kecurigaan ibunya itu. Selama menikah bahkan Nur Aini belum sama sekali pernah melihat langsung alat kelamin terdakwa.
Di dalam rumah, kata Nur Aini, terdakwa selalu memakai pakaian. Upaya membuktikan kelamin pasangannya pun selalu gagal, dan mereka selalu ribut jika sudah membahas hal itu.
Terdakwa juga pernah mengaku kepada Nur Aini jika memiliki kelainan hormon sehingga terjadi benjolan di bagian dada yang sebenarnya adalah payudara.
Nur Aini baru mengetahui jika suaminya adalah seorang wanita ketika mereka kembali ke Jambi setelah kabur ke Kabupaten Lahat Sumsel.