"Begitu saya keluar, korban, anak tersebut, berteriak kepada saya, 'Kau pinggirkan mobilmu'. Jadi pas saya turun dari mobil. Lalu saya mendekati beliau, 'Dek, yang sopan sikit (sedikit), saya ini orang tua, anak saya itu lebih dewasa, mobilmu geser'. Spontanitas saya emosional. Mohon maaf, (saya) khilaf," ujar Halpian.
Sementara itu, setelah menangkap Halpian, Polrestabes Medan langsung melakukan pemeriksaan. Kemudian, polisi menyebut motif Halpian menganiaya korban adalah diduga sakit hati.
"Keterangan awal Tersangka bahwa yang bersangkutan motifnya sakit hati karena merasa anak korban ini tidak sopan sama dia kata-katanya," kata Kapolrestabes Medan Kombes Riko Sunarko kepada wartawan.
Akibat perbuatannya, tersangka dijerat dengan Pasal 80 ayat 1 juncto 76 c UU RI No 35 Tahun 2014 dengan ancaman hukuman paling singkat 3 tahun 6 bulan dan denda paling banyak Rp 72 juta.
Ibu kandung F (17), Ina, yang menjadi korban pemukulan oleh kader Satgas PDIP, membantah soal pengakuan tersangka Halpian Sembiring Meliala (45) yang menyebut anaknya berkata kasar sebelum dipukul-ditendang. Ina menegaskan anaknya tidak ada mengeluarkan kata kasar.
"Begini, Pak, saya terus terang masalah anak saya katanya ada berkata-kata kasar, itu tidak ada sama sekali. Karena saya, alhamdulillah, saya didik anak saya dari kecil sekolah Al-Azhar, dan guru-gurunya tahu bagaimana pribadi anak saya sesungguhnya nggak pernah berkata dengan kasar," kata Ina di Mapolrestabes Medan, Sabtu (25/12/2021).
Ina menyebut anaknya telah menceritakan semua kejadian itu kepadanya. Anaknya, kata Ina, hanya meminta agar mobil yang ditumpangi tersangka agar digeser sedikit.
"Yang ada dia bilang sama saya dia bercerita, 'Pak, geser mobilnya dikit', turun bapak ini 'sopan kali kau', langsung nampar, langsung nendang, sampai mengeluarkan kata-kata kotor untuk anak saya," sebut Ina.
Ina mengatakan tidak akan berdamai dengan tersangka. Dia meminta agar tersangka dihukum sesuai dengan aturan yang berlaku."Saya ingin hukuman yang sesuai dengan aturan yang berlaku, penjarakan. Tidak ada damai," ujar Ina.
(*)