Follow Us

Foto Oknum Banpol Polsek Jalancagak Dibongkar, Ahli Forensik Polri Ungkap Kelemahan Penyidik

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 09 November 2021 | 09:54
Ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang saat menangani kasus pembunuhan Tuti dan Amalia.
Instagram

Ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang saat menangani kasus pembunuhan Tuti dan Amalia.

Dokter Hastry juga menjelaskan pengungkapan kasus pembunuhan di Subang berjalan lambat. Hal ini sekaligus menunjukkan kelemahan penyidik saat mendapatkan kasus ini pertama kali. Kata dokter Hastry yang membuat lambat pengungkapan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang (meski penyidikan sudah dilakukan berulang bahkan autopsi harus dilakukan dua kali) karena olah TKP tidak sinergi, tidak konferehensif holistik, tidak bersama-sama.

“Jadi setelah digelar masing-masing berbicara tidak konek. Artinya kita ulang lagi dari inafisnya dari labfornya, dari penyidikannya dari IT-nya bahkan dari kedokteran kepolisian seperti saya dokter forensik. Kuncinya memang kita harus selalu bersama-sama”, ungkap dr. Hastry pada acara yang dipandu Prof. Adrianus Meliala pakar kriminologi dan kepolisian itu.

Namun begitu, Hastry mengatakan dalam kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang tidak perlu menyalahkan pihak lain, misalnya penyidik Polres Subang. Tapi semua pihak harus sama-sama bisa mengambil pelajaran dari kasus ini agar ke depan lebih baik lagi.

Untuk menuju ke arah perbaikan itu, Hastry berharap satu saat nanti jika ada kasus lain seperti pembunuhan ibu dan anak di Subang bisa menyertakan ahli kriminologi dan ahli forensik lainnya.

Baca Juga: Foto Ahli Forensik Polri Autopsi Jenazah Banjir Pertanyaan, Dokter Hastry Beri Petunjuk Pelaku Pembunuhan di Subang

Ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang saat menangani kasus pembunuhan Tuti dan Amalia.
Instagram

Ahli forensik Polri dokter Sumy Hastry Purwanti mengungkapkan kelemahan penyidik Polres Subang saat menangani kasus pembunuhan Tuti dan Amalia.

Di luar negeri, kata Hastry, di pusat-pusat forensik dunia tim itu lengkap, bahkan ada psikiater forensiknya. Psikiater ini penting untuk memprofile saksi yang semula diduga, ternyata kemudian berubah-rubah bicara dan kesaksiannya.

“Penyidik itu bukan dokter bukan perawat juga. Mereka tahu cara menyegel, cara membuat berita acara, tapi bagaimana cara pengambilan sampel yang benar apakah dimasukkan ke kantong plastik, apakah terkontaminasi itu bukan keahliannya”, ungkap Hastry.

Selain itu, ungkap Hastry, adanya warga yang mengacak-ngacak TKP juga sangat berpengaruh terhadap proses kecepatan pengungkapan satu perkara (dalam hal ini kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang). “Harusnya minimal 5 meter jangan masuk ke TKP siapa tahu pelaku meninggalkan sesuatu di sekitar TKP”, ujarnya.

Hastry berharap, jika terjadi kasus serupa dengan pembunuhan ibu dan anak di Subang. masyarakat ikut membantu kepolisian. Masyarakat sekitar TKP harus ikut mengamankannya sampai petugas datang. Caranya jangan merusak atau masuk ke TKP apapun alasannya, keluarganya sekalipun.

Baca Juga: Foto Yosef Main Golf Beredar, Adik Suami Korban Pembunuhan di Subang Ungkap Fakta Sebenarnya

“Tidak semua kejadian lapor, polisi langsung cepat datang (ke TKP) seperti itu. Yang dekat TKP ini yang membantu mengamankan TKP”, kata Hastry.

Editor : Fotokita

Baca Lainnya

Latest