Meski sepi dari pemberitaan dalam lima tahun, Tong Djoe selama ini dikenal sebagai pemilik perusahaan Tunas Group Pte. Ltd. dan banyak berperan dalam membuka kembali hubungan diplomatik antara Republik Indonesia dengan Republik Rakyat China.
Pengusaha kapal ini telah menjalin hubungan dengan para presiden Indonesia sejak pada masa Presiden Sukarno. Dalam hubungannya dengan sejumlah presiden Indonesia belakangan ini, Tong Djoe banyak berperan dalam menciptakan jalinan usaha dagang antara para pengusaha Indonesia dan Tiongkok dan memberikan nasihat kepada beberapa presiden dalam berhubungan dengan negara tersebut.
Tong Djoe ini yang pertama kali membangun dan memiliki gedung perkantoran tertinggi di kawasan pelabuhan Singapura, tepatnya di daerah Tanjung Pagar atas nama Tunas tahun 1973.
Dari gedung Tunas miliknya, Tong Djoe banyak membantu Indonesia, China, dan bahkan Singapura.

Pengusaha Tong Djoe rupanya menjadi inspirasi Akidi Tio untuk menyumbangkan hartanya bagi kaum tak berpunya.
Gedung perkantoran Tunas diresmikan oleh Dirut Pertamina Ibnu Sutowo pada tahun 1973. Dari gedung itulah, ia merintis normalisasi hubungan Indonesia dengan China tahun 1990.
"Pemberian nama Tunas itu pun dari Ibnu Sutowo" ujar konglomerat kelahiran Sumatera Utara.Lokasinya di kawasan Tanjong Pagar, dekat pelabuhan Singapura.
Gedung Tunas merupakan gedung tertinggi dan termewah saat itu karena kawasan itu masih merupakan kampung.
"Istri Lee Kuan Yew (mantan PM Singapura) ketika datang bertanya kenapa saat itu saya membangun gedung tinggi di kawasan pelabuhan Singapura yang saat itu masih kampung.
Kenapa tidak membangun di pusat kota. Saya jawab suatu saat kawasan ini menjadi kawasan terpenting dan mahal. Sekarang terbukti gedung perkantoran ini yang paling kecil dibandingkan yang lainnya," kata Tong Djoe.
Dari gedung itulah ia ikut membantu bisnis Pertamina, Pelni, dan BUMN Indonesia lainnya. Gedung Tunas menjadi tempat pertemuan para pengusaha Indonesia dan BUMN dengan mitra bisnis internasionalnya.