Pengertian kaya di orang rimba jauh berbeda dengan kaya untuk orang luar. Bagi orang rimba, kaya itu dengan terpenuhinya kebutuhan mereka, tersedia bahan pangan, dan jika membutuhkan bisa mengambilnya dengan mudah.
Baca Juga: Kasus Baru Corona Melonjak, Denny Darko: Semua Orang Akan Kena, Obatnya Cuma Satu
Dengan semakin menyempitnya hutan, orang rimba menjadi terpinggirkan. Mereka terpaksa hidup "menumpang" dalam perkebunan sawit maupun hutan tanaman industri (HTI).
“Mereka tidak punya sumber daya yang bisa diakses dengan bebas. kebutuhan mereka tidak tersedia. ini yang paling memprihatinkan,” kata Reni.
Atas kesulitan orang rimba, Warsi melakukan advokasi dan pendampingan agar bisa hidup sesuai dengan adat budaya dan keinginan mereka atas masa depan.
Baca Juga: Sudah Lama Pensiun, Mantan Gubernur DKI Jakarta Ini Dikabarkan Meninggal Dunia, Begini Faktanya
Bagi mereka yang menetap di hutan, diberikan penguatan pengembangan ekonomi. Contohnya pelatihan kecakapan hidup seperti produksi kerajinan tangan, sablon baju, dan budidaya jernang. Reni mencontohkan Kelompok Gentar di Sako Nini Tuo, Desa Sungai Jernih Kecamatan, Muara Tabir Tebo, Kabupaten Teb, yang hidup dengan adat dan budaya mereka.
Gentar juga mulai melakukan budidaya jernang di dalam kawasan hutan TNBD.
Pendidikan yang dilakukan Warsi adalah pendidikan alternatif untuk membebaskan orang rimba dari buta aksara sehingga mereka bebas dari perlakuan tidak adil.
Kalau untuk pendidikan yang berjenjang karier, Warsi menjembatani orang rimba untuk sekolah formal.
Apakah ada orang rimba yang berhasil dengan sekolahnya sehingga bisa bekerja di instansi pemerintah? Jawabannya ada.
Baca Juga: Dijamin Kapok Datang Lagi, Ini Cara Mengusir Kecoa dari Rumah Hanya dengan 3 Bahan Alami