Koleksi tato di tubuhnya tidak lepas dari kehidupan Yuda yang bergaul dengan anak punk.
Padahal sebelumnya, dia merupakan santri saat duduk di bangku taman kanak-kanak dan SD di Klaten.

Ahmad Nur Kusuma Yuda ditemui di Masjid Jami Al-Istiqomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan.
Lulus SD, Yuda melanjutkan pendidikan di pesantren dakwah di Salatiga.
Dia kemudian kabur karena tidak betah hingga memilih hidup di jalan sebagai anak punk.
"Dulu saya pernah kabur dari pesantren. Memilih hidup di jalan. Nyari teman ke Semarang, lalu ke Jakarta. Terus jalan ke Merauke, Bali, dan Aceh," jelas Yuda.
Yuda pun mencari uang dengan cara mengamen, tukang tato dan berjualan kaus.
"Datang ke acara-acara cari teman buat silaturahmi. Jualan kaus buat hidup dan ngamen di jalan," ucap dia.
Renungan sebelum Ramadhan
Menjelang Ramadhan tahun lalu, Yuda merenungkan kehidupannya. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali mendalami ilmu agama yang sudah lama dia tinggalkan.