
(ilustrasi) Kapal Induk Amerika di Laut China Selatan
"Saya yakin pemerintahan Biden akan lakukan penanganan lebih berhati-hati untuk tidak menyinggung politik regional dan lebih berhati-hati mengulas proposal itu dengan sekutu dan mitra AS, jika tidak membatalkan rencana itu langsung pada Januari mendatang," ujarnya.
Sementara itu Olli Pekka Suorsa, rekan Koh di S. Rajaratnam School of International Studies (RSIS) mengatakan ia melihat proposal itu sebagai sesuatu yang hanya "latihan pemikiran" sebagai sinyal dari AS kepada Beijing untuk tunjukkan niat mereka bersaing dengan China.
Analis lain seperti John Bradford, yang juga analis di RSIS, tunjukkan bahwa dari sudut pandang Angkatan Laut AS, ada keuntungan memiliki pangkalan militer di wilayah itu.
Pasalnya, pangkalan militer mereka di Jepang sudah kewalahan dan menangani terlalu banyak pekerjaan.
Persimpangan jalur maritim
Sekretaris Angkatan Laut AS Kenneth Braithwaite mengusulkan pembuatan pangkalan militer baru di "persimpangan antara Samudra Hindia dan Pasifik" dalam simposium Selasa kemarin.
"Kita tidak bisa hanya mengandalkan pangkalan militer di Jepang," ujarnya dilansir dari USNI News.
"Kita harus mendekat kepada sekutu kita yang lain seperti Singapura, India, dan menempatkan beberapa kapal di sana yang akan relevan jika pahit-pahitnya kita harus mengalami peperangan."