Fotokita.net - Pemimpin muslim kutuk Emmanuel Macron yang Hina Nabi Muhammad SAW, begini beda respons PBB dan Rusia atas tragedi fatal di Perancis.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah mengkritik Emmanuel Macron, dengan mengatakan bahwa pemimpin Perancis itu membutuhkan "pemeriksaan mental" atas sikapnya terhadap Islam.
Pejabat tinggi di dunia Muslim telah mengutuk Perancis dan Macron, termasuk Pakistan, Malaysia, Arab Saudi dan Iran.
Sementara puluhan ribu orang melakukan aksi protes di Bangladesh yang menyerukan pemboikotan barang-barang Perancis.
Ketegangan semakin memanas pada Rabu (28/10/2020), setelah majalah satir Perancis, Charlie Hebdo, menerbitkan karikatur baru yang menggambarkan Erdogan.
Sebagai tanggapan, presiden Turki mengancam akan menuntut majalah tersebut.
Di tengah pertikaian yang meningkat, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menulis surat pada Rabu (28/10/2020) kepada para pemimpin negara mayoritas Muslim, yang meminta mereka "untuk bertindak secara kolektif untuk melawan Islamofobia yang berkembang di negara-negara non-Muslim".
Khan mengatakan para pemimpin negara-negara non-Muslim tidak memahami "cinta dan ketaatan yang dimiliki Muslim di seluruh dunia untuk Nabi mereka dan kitab suci mereka, Al-Quran".
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menyebut pembelaan presiden Perancis terhadap kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW sebagai "tindakan bodoh" dan "penghinaan" bagi mereka yang memilihnya.
Kepala badan anti-ekstremisme PBB, Miguel Angel Moratinos telah menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas ketegangan yang meningkat dari kontroversi kartun Nabi Muhammad. Moratinos mendesak untuk memiliki " rasa saling menghormati" antara pihak yang berbeda agama dan pandangan politik.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bersama Presiden Perancis Emmanuel Macron
Moratinos yang memimpin Aliansi Peradaban PBB, menyampaikan itu pada Rabu (28/10/2020), sebagai respons kemarahan yang meningkat di dunia Muslim karena pernyataan pemerintah Perancis terhadap kasus pemenggalan kepala seorang guru sekolah menengah di Perancis.
Peristiwa itu terjadi setelah guru tersebut diketahui memperlihatkan kartun Nabi Muhammad SAW kepada murid-muridnya, sebagai bagian dari pelajaran tentang kebebasan berbicara di kelasnya.
Presiden Emmanuel Macron dengan keras membela penerbitan kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW atas dasar kebebasan berbicara, memicu protes marah di seluruh dunia Muslim dan kampanye untuk memboikot produk Perancis.
"Kartun itu juga memprovokasi tindakan kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa yang diserang karena agama, kepercayaan, atau etnis mereka," kata Moratinos, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Kamis (29/10/2020), tidak secara eksplisit merujuk pada pembelaan Macron atas kartun itu.
“Penghinaan agama dan simbol-simbol suci agama memicu kebencian serta kekerasan ekstrim yang mengarah pada polarisasi dan fragmentasi masyarakat,” ujar Moratinor memperingatkan.

Emmanuel Macron, Presiden Perancis, jadi sasaran kemarahan warga Lebanon yang sudah 'tidak kuat' dengan krisis mereka
Pernyataan tersebut memberikan arti untuk kebebasan beragama dan kebebasan berekspresi, sebagai "hak yang saling bergantung, saling terkait, dan saling menegakkan kembali", yang berakar dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
"Menjunjung tinggi dan melindungi hak-hak fundamental ini adalah tanggung jawab utama semua negara anggota," terangnya dalam pernyataan itu.
Banyak aktivis yang mengkritik Perancis karena menyerang simbol-simbol suci minoritas atas nama kebebasan berbicara.
Rusia memberikan tanggapan atas penyerangan yang terjadi di gereja Nice, Perancis, yang menewaskan tiga orang dengan salah satunya dipenggal.
Dalam pernyataan yang dirilis seperti dilansir Sky News Kamis (29/10/2020), Moskwa menyebut "tak bisa dibenarkan menghina pemeluk agama lain".
Pernyataan itu nampaknya merujuk kepada majalah satir Charlie Hebdo yang kembali menayangkan kartun Nabi Muhammad pada bulan lalu, dan menuai kemarahan umat Islam.
Karikatur itu kemudian digunakan oleh seorang guru sejarah bernama Samuel Paty sebagai bahan dalam kelas kebebasan berpendapat.
Sebelum mengajar, Paty diketahui sudah mempersilakan murid yang tidak berkenan dengan pengajarannya untuk meninggalkan kelas.
Tetapi, ada murid yang ternyata ikut dalam kelasnya, yang kemudian memberi tahu ayahnya dan berujung kepada kecaman secara daring.
Samuel Paty kemudian dipenggal oleh Abdoullakh Anzorov, seorang remaja asal Chechen berusia 18 tahun pada 16 Oktober lalu saat pulang ke rumahnya.
Selain menyebut penghinaan terhadap agama lain tak dibenarkan, Rusia juga mengecam pembunuhan yang terjadi di Basilika Notre Dame Nice.
Sebelumnya, seseorang yang memegang pisau menyerang gereja di mana setidaknya tiga orang tewas dengan beberapa lainnya terluka.
Dua di antara tiga korban tewas berada di dalam basilika. Sementara korban ketiga terbunuh pada saat mencari perlindungan di bar terdekat.
Wali Kota Christian Estrosi dikutip AFP mengungkapkan, si pelaku yang masih belum diketahui identitanya berteriak saat menyerang.
"Dia bahkan masih terus mengucapkan beberapa kata sembari menerima pengobatan setelah ditembak oleh polisi yang merespons penyerangan tersebut.
"Semua yang dia lakukan sudah cukup untuk mengategoriannya sebagai serangan teroris," kata Estrosi dalam pernyataan resmi.
Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin menyatakan, operasi tengah dilakukan di mana dia sendiri memimpin rapat darurat untuk membahas krisis ini.
Departemen dari anti-teroris Perancis sudah diminta untuk menginvestigasi insiden itu, di mana pelaku diyakini bertindak sendiri.