Follow Us

Dulu Panglima Perang Jokowi, Kini Gatot Nurmantyo Pilih Jadi Tukang Kritik Pemerintah, Begini Fakta Sebenarnya

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Sabtu, 26 September 2020 | 09:24
Presiden RI Ir. Joko Widodo didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan para Kepala Staf Angkatan, sangat bangga kepada TNI saat menyaksikan secara langsung Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI tahun 2017 yang mengerahkan 5.900 prajurit TNI dan berbagai Alat Utama Sistem Pers
TRIBUNNEWS.COM/PUSPEN TNI/Kolonel Inf Bedali Harefa

Presiden RI Ir. Joko Widodo didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan para Kepala Staf Angkatan, sangat bangga kepada TNI saat menyaksikan secara langsung Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI tahun 2017 yang mengerahkan 5.900 prajurit TNI dan berbagai Alat Utama Sistem Pers

Fotokita.net - Dulu panglima perang Presiden Jokowi, kini Gatot Nurmantyo pilih jadi tukang kritik pemerintah, begini fakta sebenarnya.

Pernyataan Gatot Nurmantyo terkait pencopotannya sebagai Panglima TNI pada periode pemerintahan Presiden Jokowi menjadi polemik yang memancing banyak pihak berkomentar.

Pernyataan tersebut Gatot sampaikan dalam tayangan di kanal Youtube Hersubeno Point yang diunggah pada 21 September 2020.

Baca Juga: Bak Disambar Geledek, Namanya Bikin Geger Lagi Karena Film G30S/PKI, Ternyata Gatot Nurmantyo Akui Bertemu Setya Novanto Hingga Minta Lakukan Hal Ini

Dalam tayangan tersebut Gatot menyampaikan sejumlah indikasi adanya kebangkitan komunisme yang ia temukan sepanjang berkarier di TNI.

Gatot mengatakan indikasi-indikasi itulah yang menbuatnya mengeluarkan perintah menonton film tersebut.

Dalam tayangan tersebut ia juga sempat menceritakan saat-saat sebelum pencopotannya.

Baca Juga: Putri Soekarno Sindir Deklarasi KAMI Batu Loncatan Buat Jadi Presiden, Gatot Nurmantyo: Apa Pun yang Menentang, Itu Peringatan Allah

"Pada saat menjadi Panglima TNI saya melihat itu semuanya. Maka saya perintahkan jajaran saya untuk menonton film G 30 S PKI.

Pada saat itu saya punya sahabat dari salah satu partai, saya sebut saja partai PDI. Menyampaikan, Pak Gatot hentikan saja itu, kalau tidak Pak Gatot pasti akan diganti.

Saya sampaikan terima kasih, tapi di situ saya gas karena ini adalah benar-benar berbahaya. Dan memang benar-benar saya diganti," ungkap Gatot dalam tayangan tersebut.

Baca Juga: Lama Bungkam, Gatot Nurmantyo Akhirnya Akui 3 Kali Tolak Tawaran Jabatan Ini: Saya Pernah Berkonflik dengan Menteri Pertahanan

Berdasarkan catatan Tribun, setelah dilantik menjadi Panglima TNI oleh Jokowi, Gatot mengeluarkan surat telegram Panglima TNI NR ST/1192/2017 tanggal 18 September 2017.

Surat telegram itu berisi perintah kepada jajaran TNI untuk menyelenggarakan kegiatan nonton bareng film Pengkianatan G 30 S/PKI bersama keluarga dan masyarakat.

Setelah mengeluarkan perintah itu, Gatot mengungkapkan seorang sahabatnya yang merupakan politikus senior di PDIP, memperingatinya untuk berhenti melakukannya.

Baca Juga: Sama-sama Deklarasi KAMI, Amien Rais Kini Bentuk Partai Baru Usai Mengaku Dikeluarkan PAN, Begini Respon Gatot Nurmantyo

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Istana Bogor, Selasa (5/12/2017).
Kompas.com/Ihsanudin

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo di Istana Bogor, Selasa (5/12/2017).

"Saya sudah memerintahkan. Sahabat tersebut ketemu sama saya. Pak Gatot, hentikan kalau tidak saya tidak bisa menjamin, bisa dicopot."

"Itu sahabat saya mengingatkan seperti itu. Peringatan sahabat itulah yang meyakinkan saya, itu harus terus," tutur Gatot.

Terkait perintah tersebut, Gatot mengungkapkan ketika itu sebagai Panglima TNI, ia tidak meminta izin dari Presiden atau Menko Polhukam.

Menurutnya, hal itu karena ia tidak perlu meminta izin, dan perintah itu tidak melanggar hukum.

Baca Juga: Sama-sama Deklarasi KAMI, Amien Rais Kini Bentuk Partai Baru Usai Mengaku Dikeluarkan PAN, Begini Respon Gatot Nurmantyo

"Apakah itu melanggar? Tidak. Buktinya Presiden juga ikut nonton di Bogor," ucap Gatot.

Gatot kemudian mengungkapkan alasannya mengeluarkan perintah tersebut.

Berdasarkan pengamatannya, ia mengindikasikan adanya kebangkitan komunisme atau yang ia sebut sebagai neo komunisme.

Baca Juga: Suara Dentuman di Jakarta Dikira Gempa, Begini Alasan TNI AU Gunakan TNT dalam Acara Tradisi Paskhas

Puncaknya, menurutnya terjadi pada 2008, di mana ketika materi pelajaran sejarah terkait G30S PKI dihapus dari semua sekolah.

Selain itu, kata Gatot, menurut survei, 90 persen pemuda Indonesia tidak meyakini adanya Partai Komunis Indonesia (PKI).

Bahkan buktinya, kata Gatot, seorang jenderal TNI yang pada saat itu menjadi stafnya, menceritakan tentang anaknya yang kuliah di Universitas Indonesia tidak tahu siapa DN Aidit yang merupakan tokoh PKI.

Perintah tersebut, kata Gatot, utamanya bagi prajuritnya, karena banyak prajuritnya yang berusia muda.

Baca Juga: Dulu Teriak Lantang Lawan Korupsi Saat SBY Berkuasa, Kini Mantan Ketua KPK Bela Pangeran Cendana Lawan Menkeu Sri Mulyani di Pengadilan, Apa Alasannya?

Ia yang ketika itu menjadi Panglima TNI tidak ingin ada prajuritnya yang tidak mengetahui sejarah kelam tentang PKI.

"Pelajaran sejarah paling gampang ya dengan menyetel film. Kalau saya buat buku, siapa yang mau baca?"

"Sehingga saya hanya mengingatkan bahwa Indonesia pernah ada sejarah kelam tahun1948."

"Hanya 13 hari tanggal 28 (18) sampai dengan 30 September 1948, tapi yang meninggal 1.920-an. Jangan sampai peristiwa kelam ini terjadi lagi," papar Gatot.

Baca Juga: Padahal Cuma Isi NIK KTP dan KK, Tapi Kenapa Banyak yang Gagal Dapat Bantuan Tunai Rp 3,55 Juta? Ternyata Inilah Alasannya

Mengklarifikasi polemik pernyataan terkait pencopotannya yang tengah ramai saat ini, Gatot kemudian menegaskan ia tidak dicopot sebagai Panglima TNI karena perintah menonton film tersebut.

Meski begitu, ia membuka kemungkinan hal tersebut bisa saja terjadi.

"Jadi saya ulangi, saya dicopot bukan karena itu. Bisa saja terjadi seperti itu kan. Tapi saya tidak pernah mengatakan saya dicopot berdasarkan itu," papar Gatot.

Baca Juga: Sesumbar Jadi Prajurit Sejatinya Prabowo Subianto, Ahmad Dhani Koar-koar di Depan Kevin Aprilio Sanggup Bongkar Kecurangan Ini: Partai Saya yang Berkuasa, Jadi Bisalah

Mantan panglima TNI di periode pertama jabatan Presiden Jokowi, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo belakangan kerap melontarkan kritik terbuka kepada pemerintah.

Setelah menyinggung soal adanya RUU HIP (Haluan Ideologi Pancasila), baru-baru ini Gatot mengungkap bahwa pencopotan dari jabatan Panglima TNI karena sempat mengeluarkan perintah menonton film G30S/PKI.

Hal ini ia ucapkan dalam sebuah video Youtube milik Harsubeno Point.

Baca Juga: Tentara Korea Utara Main Habisi Nyawa Pejabat Korsel dengan Brutal, Kim Jong Un Akhirnya Mau Lakukan Hal Ini Ke Tetangganya yang Terlanjur Sakit Hati

"Saat itu salah seorang sahabat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memberikan peringatan.

Ia meminta agar menghentikan perintah tersebut apabila tidak ingin dicopot dari jabatan sebagai Panglima TNI," ujarnya.

"Saya bilang terima kasih, tapi di situ saya gas karena ini adalah benar-benar berbahaya. Dan memang benar-benar saya diganti," ujar Gatot.

Pernyataan ini sontak membuat heboh, meski belakangan Gatot sendiri membantah bahwa dirinya dicopot karena nobar film PKI tersebut.

Baca Juga: Jelas-jelas Tak Kantongi Izin Polisi, Begini Alasan Aparat Tak Punya Nyali Paksa Bubarkan Konser Dangdut yang Digelar Wakil Ketua DPRD Tegal

Hubungan dengan Jokowi

Hubungan Gatot dan Jokowi dulu bisa dibilang "dekat". Bahkan dulu Jokowi memilihnya ketimbang memberikan "jatah rotasi" Panglima TNI yang harusnya "jatah" TNI AU yang ketika itu dipimpin Marsekal Agus Supriyatna.

Baca Juga: Terawangannya Jarang Meleset, Mbak You Ingatkan Ada Air Laut Pindah Ke Darat, Ternyata Riset Tim ITB Beberkan Hasil yang Sama

Gatot Nurmantyo bahkan kerap mendamping Jokowi untuk safari ke sejumlah pasukan elite TNI ketika ibu kota Jakarta sedang panas dilanda demo anti-Ahok.

Namun perlahan hubungan keduanya sempat dikabarkan merenggang. Entah dari mana awalnya, namun Gatot Nurmantyo yang sempat menemui massa 411 ketika Presiden Jokowi tidak hadir, ketika itu ditafsirkan memiliki kedekatan dan "membela" Aksi 212.

Kemudian, sang panglima dinilai kembali melakukan manuver ketika mengeluarkan pernyataan soal adanya pembelian 5.000 pucuk senjata di luar instansi TNI. Pernyataan Gatot banyak menuai kritik.

Baca Juga: Cuma Pasrah Tertangkap Kamera, Begini Alasan Netizen Ogah Bela Wanita Berkemben Usai Dapat Perlakuan Menjijikan dari Pemotor Trail

Hingga akhirnya menjelang diganti, Gatot merombak 85 jajaran perwira di tubuh TNI.

Langkah tersebut dinilai tidak etis, mengingat struktur personil TNI selayaknya dibentuk oleh sosok yang bakal menggantikan jendral bintang empat tersebut, yakni Marsekal Hadi Tjahjanto.

Presidium KAMI Gatot Nurmantyo menyampaikan orasi saat deklarasi KAMI di Alun-alun Kota Magelang, Jumat (18/9/2020).
KOMPAS.COM/IKA FITRIANA

Presidium KAMI Gatot Nurmantyo menyampaikan orasi saat deklarasi KAMI di Alun-alun Kota Magelang, Jumat (18/9/2020).

Jadi deklarator KAMI

Setelah sekian lama tak muncul, kini Gatot Nurmantyo ikut mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Saat deklarasi KAMI, Gatot Nurmantyo mengingatkan ancaman perang proksi atau proxy war di Indonesia.

"Pada tanggal 10 Maret 2014 saya berkesempatan dialog dengan civitas akademika Universitas Indonesia," kata Gatot dikutip dari akun Youtube Realita TV, Selasa (18/8/2020).

"Saya berbicara antara lain tentang proxy war, yang kini telah menjadi ancaman luar biasa terhadap kedaulatan suatu bangsa," lanjut dia.

Baca Juga: Surat Nikah dan Cerai Bung Karno Dijual Rp 25 Miliar, Ternyata 3 Sosok Penting Ini Jadi Saksi Perpisahan Sang Proklamator dengan Inggit Garnasih

Gatot menilai, penguasaan dari negara lain tidak hanya bisa dilakukan secara fisik, bisa juga melalui proxy.

Ia menambahkan, bahaya proxy war juga diperparah dengan adanya oligarki politik menggunakan dalih konstitusi.

Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo
Kompas.tv

Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo

"Bagi intervensi pemilu, dan memilih pejabat untuk pada saatnya pejabat tersebut bisa dikenalkan bahkan menjadi boneka bagi kepentingan lain yang bukan tujuan dan kepentingan negara," ujar dia, dikutip dari Kompas.com.

Selain di Jakarta, Gatot Nurmantyo juga mendeklarasikan KAMI di Jawa Tengah dan DIY di Solo, Kamis (20/8/2020).

Ia menegaskan, KAMI merupakan gerakan moral dan bukan ingin berkembang menjadi partai politik.

Baca Juga: Dulu Nyinyirin Jokowi Soal Dinasti Politik, Mantan Wakil Ketua DPR Ini Akhirnya Buka Suara Usai Dihujat Karena Dukung Habis-habisan Anak Presiden di Pilkada Solo

Pernah menolak menjadi Panglima TNI

Sebelumnya, Gatot Nurmantyo mengaku diminta tiga kali oleh Presiden Jokowi, untuk menjadi orang nomor satu di TNI.

Gatot Nurmantyo yang kala itu menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), mengaku sempat menolak tawaran tersebut.

Ia mengungkapkan ketika itu bukannya tidak mau menjabat Panglima TNI, melainkan menurutnya situasi kala itu tidak pas bagi dirinya untuk mengemban jabatan tersebut.

Baca Juga: Berkali-kali Ditelikung Guru Politiknya, Tokoh Oposisi Ini Akhirnya Bisa Tuntaskan Ambisinya: Jadi Penguasa Baru Lewat Manuver yang Tak Disangka

Bahkan, saat itu ia mengaku justru menyarankan Jokowi agar memberikan jabatan tersebut kepada Marsekal TNI (Purn) Agus Supriatna yang kala itu menjabat Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).

"Karena kita sama-sama tahu begitu beliau (Jokowi) jadi Presiden, kan beliau hanya didukung sama rakyat."

"Di DPR beliau tidak punya partai," kata Gatot dalam wawancara khusus yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Kamis (24/9/2020).

Baca Juga: Berbulan-bulan Kerja di Malaysia Tak Dibayar, Tukang Bangunan Ini Nekat Jalan Kaki Terobos Hutan Krayan, Selamat Karena Makan Garam dan Micin

Sebelumnya Gatot juga menceritakan pertemuan-pertemuannya dengan Ketua DPR saat itu, yakni Setya Novanto (Setnov), sebelum dilantik sebagai Panglima TNI.

Gatot Nurmantyo mengungkapkan suatu sore ia pernah 'dijebak' temannya untuk melakukan pertemuan dengan Setnov di Singapura.

Ia merasa 'dijebak', karena saat itu temannya hanya mengajaknya untuk makan di Singapura.

Dalam pertemuan itu, kata Gatot, Setnov bertanya kepadanya mengapa Gatot tidak menemui dirinya sebagai Ketua DPR, untuk meminta dukungan sebagai Panglima TNI.

Baca Juga: Mas Menteri Terima Kasih Bantuan Kuota Sudah Masuk, Tapi Anak-anak MTs Ini Berebut Pinjam Hape Kamera Hingga Tak Sempat Jawab Soal Ujian

Gatot kemudian menjelaskan kepadanya, sama seperti yang ia sampaikan ke Jokowi bahwa situasinya belum tepat.

Dua pekan kemudian, kata Gatot Nurmantyo, ia ditelepon oleh Setnov yang mengatakan telah mendapat surat dari Jokowi.

Isi surat tersebut, kata Gatot Nurmantyo, Jokowi mengajukan Gatot sebagai Panglima TNI.

Baca Juga: Suaminya Sempat Dirawat di ICU RSPAD Karena Covid-19, Inilah Foto-foto Cantik Istri Dino Patti Djalal, Ternyata Bukan Sosok Sembarangan

"Beliau (Setnov) tanya, surat ini harus saya apakan?"

"Saya jawab, ada dua Pak Ketua. Yang pertama sobek-sobek masuk kantong sampah."

"Yang kedua terserah Pak Ketua. Karena saya bukan tidak berkeinginan, situasi seperti itu jangan saya dulu, nanti," ungkap Gatot.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Latest