Nah, kita bisa kilas balik bagaimana peran Faisal Basri dalam membongkar mafia migas di Indonesia pada sebuah wawancara sekitar 5 tahun lalu.
Langkah apa saja yang akan diambilFaisal Basri untuk mereformasi sektor yang sangat vital sekaligus "berlumur dolar" ini?
Berikut wawancara analisBareksa.comdengan ekonom senior yang terkenal "lugas dan lurus" ini di Jakarta, Selasa 25 November 2014. Petikannya:
Apa prioritas Tim Reformasi yang Anda pimpin?
Tim ditargetkan memberikan rekomendasi dalam waktu enam bulan. Tapi, kami tidak akan tunggu enam bulan. Dari awal kami sudah akan memberikan rekomendasi.
Dari informasi yang kami himpun saat ini, yang jadi perhatian utama adalahsektor hilir, terkait ekspor-impor minyak dan gas. Lebih spesifik lagi mengenai keberadaan Petral. Soal ini kami harapkan dalam bulan pertama sudah dapat memberikan rekomendasi bagi pemerintah.
Lalu segera menyusul hal-hal lain. Kemarin saya bicara langsung kepada Menteri ESDM untuk membuka data berapa sebetulnya harga produksi Bahan Bakar Minyak (BBM).Ini diperlukan bagi kredibilitas pemerintah agar tidak dicap tukang bohong.Di media ada ekonom yang menyebutkan harga keekonomian BBM hanya Rp6.800 per liter, ada yang bilang Rp8.000 per liter.Pemerintah harus terbuka mengenai data-data tersebut kepada publik.

Faisal Basri beri komentar terkait wacana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok jadi bos BUMN.
Soal Petral, bagaimana asal-muasalnya?
Duluawalnya adalah Petral Oil. Komposisi pemegang sahamnya: 40 persen PT Pertamina (Persero), 20 persen Bob Hasan, 20 persen Tommy Soeharto, dan 20 persen sisanya yayasan karyawan Pertamina.
Ketika itu,Petral lebihbergerak di bidang ekspor, karena produksi minyak mentah Indonesia masih sekitar 1,6 juta barel sedangkan konsumsi 300 ribuan barel.