Follow Us

Diguncang dengan Keras Hingga Bikin Mabuk, Tim Pengusir Kabut Asap Terus Berburu Awan. Mengapa Hujan Tak Juga Segera Datang?

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Rabu, 18 September 2019 | 18:21
Presiden Joko Widodo menaiki mobil guna meninjau penanganan kebakaran lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Pelalawan, Riau, Selasa (17/9/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.
ANTARA

Presiden Joko Widodo menaiki mobil guna meninjau penanganan kebakaran lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Pelalawan, Riau, Selasa (17/9/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.

Fotokita.net - ”Segala upaya dan usaha sudah dilakukan. Di darat sudah semuanya disemprot air (water bombing). Tambahan pasukan sehingga total ada 5.600 orang. Doa (memohon hujan) juga sudah kami panjatkan,” kata Presiden Joko Widodo di apron Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin, Riau, Selasa (17/9/2019).

Presiden Joko Widodo menyebut karhutla sudah meluas sehingga sulit untuk dipadamkan.

Modifikasi atau rekayasa cuaca menjadi salah satu upaya pemerintah menangani kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pulau Sumatera dan Kalimantan.

Untuk Provinsi Riau, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mendata luas lahan yang terbakar mencapai 49.256 hektar pada Senin (16/9/2019). Riau menjadi provinsi dengan luas lahan terbakar yang terbesar di Sumatera.

Baca Juga: Bantuan Satgas Karhutla Ditolak Riau, Begini Penjelasan Gubernur Anies Baswedan. Ada Apa Gerangan?

Presiden Jokowi meninjau Pesawat C-130 Hercules milik TNI AU dari Skadron 31 Lanud Halim yang akan dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, di Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru. Pesawat Hercules C-130 Hercules ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sebagai pesawat penci
SETPRES/AGUS SUPARTO

Presiden Jokowi meninjau Pesawat C-130 Hercules milik TNI AU dari Skadron 31 Lanud Halim yang akan dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, di Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru. Pesawat Hercules C-130 Hercules ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sebagai pesawat penci

Jokowi mengatakan, lahan gambut yang terbakar relatif sulit dipadamkan. Di Provinsi Riau, apabila satu titik panas berhasil dipadamkan, di titik lainnya api akan kembali muncul. Karena itu, upaya modifikasi cuaca ditempuh pemerintah agar lahan segera basah oleh air hujan. Hal itu dinilai dapat mencegah kebakaran lahan kian meluas.

Pada titik inilah para pemburu awan memegang peran sentral. Mereka terdiri dari pilot Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), ilmuwan di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), serta prakirawan cuaca di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Para pemburu awan setiap hari bahu-membahu memantau situasi langit untuk memantau pergerakan awan.

Mereka saling berbagi tugas. Ilmuwan di BPPT menyediakan garam (NaCl) yang dicampur dengan cabosil agar garam tidak mudah menggumpal. Adapun prakirawan cuaca memprediksi pergerakan awan dan memetakan lokasi di mana awan banyak berkumpul. Sedangkan pilot TNI AU menyiapkan pesawat untuk digunakan menyemai garam di atas awan.

Baca Juga: Jeritan Hati Korban Kabut Asap Kian Menggema, Mengapa Pemerintah Belum Jua Umumkan Status Bencana? Foto-foto Tragis Ini Jadi Bukti...

Pilot pesawat C130 Hercules dari Skuadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma berburu awan tebal di atas langit Pekanbaru, Riau.
KOMPAS/I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA

Pilot pesawat C130 Hercules dari Skuadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma berburu awan tebal di atas langit Pekanbaru, Riau.

Modifikasi cuaca sudah dilakukan pemerintah sejak 19 Februari 2019. Namun, seiring kian parahnya karhutla, para pemburu awan kembali beraksi. Kali ini mereka mengangkut 8 ton garam dari Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, menuju Lanud Roesmin Nurjadi, Pekanbaru, Riau.

Pesawat yang digunakan mengangkut adalah pesawat C130 Hercules dari Skuadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma. Pesawat dikemudikan pilot Mayor (Pnb) Candra Danangjaya.

Garam-garam dikemas dalam ratusan karung putih. Garam kemudian dituangkan ke dalam dua konsul. Konsul itu menyerupai tangki penampung garam dengan tiga silinder yang bagian bawahnya terhubung dengan pipa. Lewat pipa tersebut garam-garam dialirkan keluar melalui lubang di ekor pesawat.

Baca Juga: KLHK Sebut Ada 5 Perusahaan Singapura dan Malaysia yang Jadi Penyebab Karhutla, Tapi Kapolri Tito Karnavian Bicara Sebaliknya. Mana yang Benar?

Presiden Jokowi meninjau Pesawat C-130 Hercules milik TNI AU dari Skadron 31 Lanud Halim yang akan dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, di Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru. Pesawat Hercules C-130 Hercules ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sebagai pesawat penci
SETPRES/AGUS SUPARTO

Presiden Jokowi meninjau Pesawat C-130 Hercules milik TNI AU dari Skadron 31 Lanud Halim yang akan dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, di Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru. Pesawat Hercules C-130 Hercules ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sebagai pesawat penci

Ketika pesawat melewati langit Kota Palembang, Sumatera Selatan, kesibukan mulai terasa di dalam badan pesawat. Para kru kargo yang tadinya duduk menanti segera bangkit dan memutar roda konsul untuk mengalirkan garam.

Pada tahap ini, garam-garam mulai disemaikan. Para kru hilir mudik di badan pesawat. Suara teriakan mereka saat berkoordinasi hampir hilang ditelan gemuruh mesin pesawat Hercules.

Candra dibantu lima anggota kru pesawat. Mereka saling berkoordinasi menggunakan alat komunikasi. Ketika titik koordinat awan sudah ditemukan, para kru kargo kemudian membuka aliran garam sembari memukul-mukul konsul agar garam tak tersumbat atau menggumpal.

Pada titik ini, pesawat terkadang berguncang cukup keras saat terbang di atas ketinggian 7.000 hingga 6.000 kaki. Kendati berguncang cukup keras, pesawat tetap terbang berkeliling memburu awan.

Baca Juga: Tak Ingin Berpangku Tangan, Gubernur Anies Baswedan Kirimkan Satgas untuk Bantu Kebakaran Hutan di Riau

Presiden Jokowi meninjau Pesawat C-130 Hercules milik TNI AU dari Skadron 31 Lanud Halim yang akan dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, di Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru. Pesawat Hercules C-130 Hercules ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sebagai pesawat penci
SETPRES/AGUS SUPARTO

Presiden Jokowi meninjau Pesawat C-130 Hercules milik TNI AU dari Skadron 31 Lanud Halim yang akan dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, di Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru. Pesawat Hercules C-130 Hercules ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sebagai pesawat penci

Perjalanan dari Jakarta menuju Pekanbaru yang semestinya ditempuh dalam waktu dua jam menjadi terlambat satu jam untuk berkeliling mencari awan. Candra mengungkapkan, kendala terbesar dalam rekayasa cuaca ini adalah mencari kumpulan awan yang sangat sulit ditemui pada musim kemarau.

”Awan yang bisa disemai masih minim. Cuma ada sedikit kumpulan awan di bagian timur Pekanbaru. Maka itu tadi kami agak lama berkeliling di udara,” ujar Danang yang juga bertugas sebagai Kepala Seksi Operasional Skuadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma.

Flight Scientist BPPT Faisal Sunarto menjelaskan, awan yang bisa disemai dengan garam haruslah memiliki kualitas ketebalan mencapai 70 persen. Kurang dari itu, penyemaian garam akan sia-sia karena garam bekerja dengan prinsip mengikat uap air di awan. Awan dengan ketebalan kurang dari 70 persen hanya memiliki sedikit uap air.

Menurut Faisol, pihaknya intens berkoordinasi dengan BMKG untuk menentukan posisi awan dengan ketebalan tinggi. Biasanya, awan jenis itu muncul pada pagi atau sore hari setelah pukul 13.00.

Baca Juga: Kabut Asap Masih Selimuti Langit Riau, Presiden Jokowi Salat Istisqa Sebelum Turun ke Lokasi Kebakaran. Akankah Bencana Ini Segera Berlalu? Foto-foto Ungkap Kerja Keras Itu...

Presiden Jokowi meninjau Pesawat C-130 Hercules milik TNI AU dari Skadron 31 Lanud Halim yang akan dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, di Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru. Pesawat Hercules C-130 Hercules ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sebagai pesawat penci
SETPRES/AGUS SUPARTO

Presiden Jokowi meninjau Pesawat C-130 Hercules milik TNI AU dari Skadron 31 Lanud Halim yang akan dikerahkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau, di Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru. Pesawat Hercules C-130 Hercules ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa sebagai pesawat penci

Kembali terbang

Pesawat C130 Hercules tak bisa berlama-lama ”beristirahat” di Pekanbaru. Beberapa jam seusai mendarat, panggilan tugas kembali datang. BMKG melaporkan ada banyak titik awan tebal berpotensi hujan berkumpul di Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Segera setelah itu Hercules terbang untuk menyemai garam agar hujan juga turun di Pulau Kalimantan.

Untuk berjaga-jaga, TNI AU mengerahkan pesawat lain. Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Fajar adriyanto memaparkan, pihaknya juga menyiapkan 1 pesawat CN295 Kalong dari Skuadran Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma dan 1 pesawat Casa C212 Oviocar dari Skuadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, Jawa Timur.

Selain ketebalan awan, menurut Faisal, kecepatan angin, kelembaban udara, dan radiasi matahari juga amat memengaruhi keberhasilan rekayasa cuaca. Matahari mesti lebih terik agar awan mengandung uap air bisa banyak terbentuk.

Adapun kecepatan angin memengaruhi persebaran garam di awan. Jika berjalan lancar, hujan bisa turun dalam rentang waktu 1 hingga 6 jam setelah penyemaian garam.

Baca Juga: Cuma di Indonesia, Kabut Asap Bikin Polusi Udara Makin Berbahaya, Orang Ini Justru Naik Sepeda Motor Sambil Merokok dan Tak Kenakan Masker. Lihat Fotonya...

Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian meninjau penanganan kebakaran lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Pelalawan, Riau, Selasa (17/9/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.
ANTARA

Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian meninjau penanganan kebakaran lahan di Desa Merbau, Kecamatan Bunut, Pelalawan, Riau, Selasa (17/9/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/aww.

Candra menyampaikan, tidak mudah mengendalikan pesawat yang dipergunakan untuk menyemai garam di atas awan. Teknik menerbangkannya, kata dia, berbeda dengan menerbangkan pesawat untuk mengangkut penumpang saja. Ketika berada di atas awan, kecepatan pesawat juga mesti diatur agar tidak melebihi 180 knot.

”Koordinasi dengan kru kargo ketika mereka mengalirkan garam juga harus tepat. Meleset sedikit, penyemaian garam bisa sia-sia,” katanya.

Baca Juga: Pesawat Kepresidenan Tembus Kabut Asap Tebal Bandara Pekanbaru, Presiden Jokowi Pimpin Rapat dan Tinjau Langsung Kondisi Lapangan. Lihat Foto-fotonya...

Upaya para pemburu awan tersebut tidak selamanya berhasil. Pada percobaan Selasa (17/9/2019), hujan nyatanya tak jua turun. Kota Pekanbaru masih terik dirundung asap tebal. Namun, hingga musim hujan diperkirakan turun pada pertengahan Oktober nanti, para pemburu awan akan terus menjelajahi angkasa untuk menurunkan hujan. (KOMPAS/I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA)

Source : Kompas.id

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest