Diperkirakan ada 100.000 orang kasim yang bekerja di era Dinasti Ming (1368 hingga 1644). Kebiri dan peran kasim dalam kerajaan ini juga diterapkan di Korea, India, hingga Vietnam.
Kendati kebiri dilarang oleh Gereja Katolik, pada tahun 1878, Paus Leo XIII mengizinkan kebiri untuk kebutuhan gereja.

Gereja Katolik
Anak laki-laki dikebiri sejak dini, sekitar 4.000 per tahunnya, untuk mengembangkan suara mereka. Saat itu, gereja menolak keberadaan perempuan. Suara treble atau soprano dihasilkan oleh laki-laki yang dikebiri.
Dengan kebiri, hormon yang mengubah suara laki-laki saat puber tak lagi ada. Suara laki-laki akan tetap sama seperti saat kanak-kanak.
"Timbre para anak-anak koor gereja jernih dan kencang. Mereka mampu menyanyi satu oktaf di atas suara natural perempuan. Mereka brilian, ringan, bercahaya, kencang, dengan range vokal yang luas," kata penulis Perancis Charles de Brosses seperti dikutip dari The Castrati in Opera (1974).
Tak ada yang menandingi suara penyanyi kasim. Mozart bahkan disebut menciptakan banyak musiknya khusus untuk suara khas para kasim. Di abad ke-18, hampir 70 persen penyanti di opera adalah kasim.
Farinelli, yang didapuk sebagai penyani opera terbaik sepanjang masa, termasuk salah satu penyanyi yang tak punya testis. Farinelli pernah diminta menyanyi untuk Raja Spanyol Philip V.
Sang raja saat itu menderita depresi melankolia yang membuatnya tak bisa memerintah, bahkan sekarat dan hampir mati. Konon, setelah mendengar suara Farinelli, Philip V lupa akan segala kegundahannya.