Kegiatan harian saya dan pawang lain adalah merawat gajah di lokasi PLG, baik yang sudah jinak maupun yang belum. Tugas itu termasuk memberi makan, minum, dan memandikannya di Sungai Krueng Pase yang letaknya di belakang PLG.

Elephant Flying Squad atau Tim Patroli Gajah di Taman Nasional
Pagi hari saya biasanya langsung menuju ke tempat gajah-gajah diikat untuk membersihkan tempat ikatan dari kotorannya yang sebesar bola bowling. Setelah bersih, mereka diberi minum air kolam, atau bisa langsung digiring ke sungai, sekaligus dimandikan. Gajah sangat suka air. Mau tidak mau kami harus berbasah-basah ria tersembur air dari belalai gajah yang sedang bermain air.
Setelah itu kami – saya dan si gajah - berjalan-jalan sambil sekalian mengeringkan badan. Menggembala gajah serupa dengan menggembala kerbau. Selama berjalan-jalan, pawang bisa duduk santai di punggungnya.
Saya bahkan biasa membaca buku di atas punggung gajah yang sedang berjalan. Biasanya saya membawa jaring dan buku identifikasi kupu-kupu. Jadi, sambil menggembala gajah, hobi saya pun tersalur, yaitu menjala kupu-kupu dalam perjalanan pulang. Usai tugas rutin pagi hari, saya akan disibukkan dengan tugas di depan komputer sampai sore hari. Praktis setelah itu saya tidak bertemu gajah lagi.

Wisatawan asing memandikan gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) yang sudah dijinakkan bersama
Baca Juga: Jadi Megapolitan, Jakarta Ternyata Masih Simpan Cerita Foto Nan Kelam dari Tepi Sungai Ciliwung
Kalau lagi masuk angin
Di balik tubuhnya yang raksasa, gajah menyimpan kelemahan. Salah satu penyakit yang tidak dapat ditanganinya ialah "masuk angin". Apalagi bagi gajah, penyakit itu bisa mematikan. Penyebab “masuk angina” bisa macam-macam, misalnya cuaca dan makanan. Rumput yang terlalu banyak mengandung embun bisa membuat.mereka masuk angin karena kandungan udara di dalamnya. Maka, untuk mencegah perut kembung, mereka tidak boleh dikasih makan rumput saat embun masih turun.
Kalau sudah terlanjur masuk angin, harus cepat diobati. Cara standar yang dilakukan sederhana, yaitu mengeluarkan anginnya. Bagaimana caranya? Gajah tidak mungkin dikeroki seperti kita karena kulitnya tebal sekali. Lagi pula mana ada koin raksasa buat menggaruk kulitnya.
Angin yang terperangkap dalam perutnya harus dikeluarkan dengan bantuan pawang atau pelatih gajah. Caranya, dengan memasukkan tangan ke dalam “kutub utara” gajah yang sakit, lalu digerakkan keluar-masuk seperti orang memompa sampai gajahnya kentut. Kalau angin sudah keluar, gajah dianggap sehat. Boleh dibayangkan sendiri seperti apa bau kentutnya.