Follow Us

Suka Duka Pelihara Si Raksasa Sumatra, Ikut Main Air Hingga Atasi Masuk Angin

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 30 Juli 2019 | 08:27
Mahout dan gajah
Travel Wire Asia

Mahout dan gajah

Penyakit lain yang tidak kalah gawat yaitu dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Kondisi itu lazim diderita anak-anak gajah. Kalau sudah demikian gawatnya, hanya ada satu cara yang bisa ditempuh, yaitu diinfus.

Baca Juga: Mata Minus Bikin Repot Waktu Motret. Apakah Wortel Bisa Sembuhkan Mata Rabun Jauh Cuma Mitos?

Gajah sumatera yang berada di CRU Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya.
Citra Anastasia

Gajah sumatera yang berada di CRU Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya.

Lagi-lagi kulit gajah yang tebal menyulitkan dokter hewan menemukan pembuluh darahnyq. Denyut nadinya pun nyaris tidak terdeteksi. Karena sulit meraba pembuluh darahnya, dokter biasanya secara untung-untungan menancapkan jarum infus di sekitar daerah yang diperkirakan ada pembuluh darahnya. Usaha itu belum tentu berhasil. Terbukti, selama berada di PLG, tidak satu pun anak gajah terselamatkan.

Pernah, semalaman saya bersama dokter hewan harus menunggui seekor anak gajah yang sedang diinfus karena mengalami dehidrasi. Setiap kali kulitnya membengkak, jarum infus cepat-cepat dicabut untuk dipindahkan ke bagian tubuh lain. Puluhan kali jarum infus harus digeser-geser. Kalau mulai membengkak, berarti sudah terlalu banyak cairan infus yang menumpuk di bawah kulitnya. Itu gara-gara. cairan infus tidak mau mengalir ke peredaran darahnya. Apa daya, gajah muda itu pun tak tertolong jiwanya.

Pantatnya masih kelihatan

Sesulit apa pun, gangguan gajah harus diatasi. Salah satu caranya dengan menangkapi gajah-gajah yang dianggap nakal untuk dijinakkan di PLG. Dalam penggerebekan itu, para petugas dipersenjatai senapan bius. Bukan untuk membunuh, tetapi melumpuhkan.

Celakanya, obat bius pun acap kali tidak efektif menjinakkan mereka. Ketahanan tubuh setiap gajah berbeda-beda. Ada yang langsung teler dan ambruk begitu kena tembak. Tetapi tak jarang ada yang masih kuat berlari, bahkan balik mengejar si penembak. Petugas tidak mau ambil risiko menambah dosis obat bius. Bisa-bisa mereka malah mati kelebihan dosis. Makanya, mereka harus menerima risiko dikejar jika gajahnya tahan obat bius.

Baca Juga: Mirip Padang Pasir, Begini Foto-foto Abu Tebal di Tangkuban Parahu

Orang dikejar gajah bukan barang aneh. Pernah, seorang penduduk desa di kawasan Aceh Besar tewas mengenaskan dibanting gajah. Ceritanya, begitu dikejar, ia segera memanjat pohon dengan harapan tidak bakal dijangkau. Harapannya meleset. Sebelum sempat naik ke bagian pohon yang lebih tinggi, belalai si gajah keburu menggaet kakinya. Sekali banting, gajah kalap itu membunuh penduduk naas itu. Binatang sadis itu akhirnya ditembak petugas karena dianggap berbahaya.

Status gajah sumatra meningkat dari genting (Endangered) menjadi kritis (Critically Endangered).
Editor

Status gajah sumatra meningkat dari genting (Endangered) menjadi kritis (Critically Endangered).

Hampir semua petugas pernah merasakan dikejar gajah. Termasuk saya. Kejadiannya di Subulussalam, Aceh Selatan. Saat gajah menyerang, kami sibuk mencari pohon terdekat. Saya sempat diusir ketika memanjat sebatang pohon. Ternyata di atas pohon sudah nangkring tiga orang teman saya sambil berpelukan. Mereka takut pohonnya tidak muat jika ditambah satu orang lagi. Saya harus cepat menemukan pohon lain. Sambil berlari ketakutan, saya lempar semua barang bawaan saya, termasuk kamera, ke semak-semak. Sandal saya pun hilang, saking paniknya. Terkadang, karena panik, tanpa sadar yang dipanjat pohon yang terlalu kecil, biasanya pohon rambung atau karet. Begitu sadar kalau pohonnya kelewat kecil, kami harus cepat-cepat mencari pohon lain.

Source : Majalah Intisari

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest