Momen Suku Baduy Dalam Murka, Bakar Motor Warga yang Kepergok Lakukan Ini, Videonya Heboh

Senin, 05 Juli 2021 | 12:51

Warga Baduy Dalam yang ikut membantu membawa barang dan perlengkapan wisatawan saat berkunjung ke daerahnya.

Fotokita.net - Suku Baduy Dalam dikenal sebagai masyarakat asli di Tanah Air yang berpegang teguh pada aturan adat. Di tengah arus modernisasi, Suku Baduy Dalam terus bertahan pada aturan dan norma yang diturunkan dari leluhur mereka.

Baru-baru ini Suku Baduy Dalam tertangkap kamera membakar sepeda motor warga yang kepergok lakukan ini. Rekaman pembakaran motor itu tersebar luas di media sosial. Ujung-ujungnya, viral hingga menjadi perbincangan.

Baduy–untuk membedakan dari Badui, suku padang pasir di tanah Arab–adalah sebutan Belanda.

Nama ini diambil dari gunung dan sungai Cibaduy yang mengalir di batas kampung Kaduketug, berbatasan dengan Ciboleger, kampung terluar, sekitar 75 km selatan Rangkasbitung.

Baca Juga: Warga Se-Indonesia Tertipu, Dikira Hilangkan Efek Vaksin Minum Air Kelapa Justru Bikin Tubuh Jadi Seperti Ini

Suku Baduy sendiri membagi dalam dua kelompok besar, urang tonggoh, urang girang atau urang tangtu untuk Baduy Dalam di Tangtu Tilu (tiga desa) yaitu Cikeusik, Cikartawana dan Cibeo. Sementara Baduy Luar mencakup 49 desa.

Romal (ikat kepala putih) membedakan pria Baduy Dalam dari Baduy Luar yang mengenakan ikat kepala batik bermotif adat yang dipesan dari Cirebon.

Baca Juga: Lakukan 5 Hal Ini Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Efek Samping Bisa Hilang

Konon, mereka keturunan Sunda Priangan dari Kerajaan Hindu Pajajaran yang menolak masuk Islam dan memilih hidup mengucilkan diri dalam hutan Kanekes di ketinggian 300-775 m dari permukaan laut, bersuhu 20-24 derajat Celcius.

Kelompok masyarakat Baduy yang berada di provinsi Banten ternyata dianggap bukan bagian dari Republik Indonesia. Terbukti, masyarakat Baduy Dalam—yang berjumlah sekitar 1.200 orang—saat ini tidak memiliki kartu tanda penduduk (KTP) seperti umumnya masyarakat Indonesia. Pun demikian mereka tidak memiliki sekolah dan ada larangan bersekolah.

"Baduy adalah negara lain. Bukan bagian dari Republik Indonesia. Pada saat suku Baduy sudah ada 1.600 tahun yang lalu, Republik Indonesia kan belum ada," kata Don Hasman, fotografer profesional senior Indonesia beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Pasti Nyesal Baru Tahu Sekarang, Membasmi Tikus di Rumah Ternyata Gampang Banget, Modalnya Cuma Cuka

"Kalau memang bagian dari Indonesia, semua yang sudah menikah di sana berarti tidak sah. Sebab, tidak tercatat. Yang berusia 17 tahun ke atas orang Baduy Dalam itu, mereka tak punya KTP, tak punya peraturan Kementerian Dalam Negeri yang mengharuskan semua warga di atas 17 tahun, memiliki KTP," paparnya lagi.

Di Baduy Dalam, imbuh Don, juga tidak ada wajib belajar. Bahkan tidak ada sekolah, masjid, gereja dan sebagainya. Semua harus di luar. Sekolah itu sendiri, lanjut Don, sebenarnya dikenal dari para penjajah Indonesia yang datang.

Baca Juga: Buang Obat Nyamuk Sekarang, Basmi Nyamuk di Kamar Tidur Ternyata Cukup dengan Serai, Ini Caranya

Bayu Dwi Mardana

Ngaseuk adalah sebutan untuk menanam padi di Jawa Barat, khususnya Baduy.

"Jadi sampai sekarang ini tak ada sekolah di Baduy Dalam. Tetapi orang baduy Dalam jauh lebih bijak daripada kita orang yang belajar," terang Don.

Lalu, Don juga mengungkapkan kata-kata yang disampaikan kepadanya oleh seorang pimpinan Baduy Dalam, "Kalau kita sekolah untuk menjadi pintar, maka kalau sudah jadi pintar, kita harus memintarkan orang yang belum pintar. Hal ini berarti kita akan menganggap diri kita lebih, ketimbang orang lain, dan menganggap mereka bodoh. Hal inilah yang dianggap tidak baik bagi kalangan Baduy."

Dengan demikian, suku Baduy Dalam hingga kini masih sebagai suku terpencil yang memiliki khusus aturan mereka sendiri ketimbang masyarakat Indonesia lain. Terkecuali, rakyat Baduy Luar yang telah mengikuti pola aturan seperti rakyat Indonesia lainnya. Misalnya bersekolah, memiliki KTP dan sebagainya.

Baca Juga: Selama Pandemi Covid-19, Jokowi Utang Rp 25 Triliun ke Bank Dunia, Rupanya Ekonomi RI Turun Kelas

Aksi membakar sepeda motor oleh suku Baduy Dalam menjadi sorotan publik usai viral di media sosial. Hal itu dilakukan usai razia kendaraan, pada Jumat (2/7/2021).

Video pembakaran pertama kali diunggah oleh Pegiat Budaya di Kabupaten Lebak dan pemerhati masyarakat adat Baduy Uday Suhada, melalui akun media sosialnya.

Baca Juga: Malas Bersihkan 8 Tempat Ini dengan Vacuum Cleaner, Nyawa Seisi Rumah Jadi Taruhannya

Generasi penerus Suku Baduy Dalam

Uday mengaku kagum atas konsistensi masyarakat dalam menegakkan hukum adat. Seperti diketahui, suku BaduyDalam yang tinggal di Pegunungan Kendeng selalu menjaga tradisi.

Termasuk tidak bergantung dengan benda dan perangkat teknologi modern. Berikut kronologi kejadian pembakaran motor terjadi.

Video pembakaran motor yang tengah viral di wilayah perbatasan dan berada di Baduy Luar Cijahe. Motor hasil razia dibakar oleh tokoh adat dari Kampung Tangtu Cikeusik, Baduy Dalam.

Baca Juga: Dijamin Kapok Datang Lagi, Ini Cara Mengusir Kecoa dari Rumah Hanya dengan 3 Bahan Alami

Hal itu diakui Uday menjadi kekhawatiran tersendiri. Para petugas adat kerap melakukan razia terhadap benda dan teknologi modern.

"Kekhawatiran saya September 2020 akhirnya terjadi juga. Jumat siang kemarin (2/7/2021), empat dari enam sepeda motor yang berhasil dirazia oleh Lembaga Adat Kanekes kemudian harus dimusnahkan dengan cara dibakar," kata Uday.

"Tiga unit sepeda motor kena razia warga yang melanggar adat. Ini sebab akibat melanggar adat," kata sang perekam video.

Baca Juga: Banyak yang Belum Sadar, 5 Hal Sepele Ini Bikin TV Layar Datar Cepat Rusak

Instagram/ inforangkasbitung
Instagram/ inforangkasbitung

Warga Suku Baduy membakar motor yang terjaring razia

Suku Baduy Dalam memang terkenal akan tradisi dan budaya yang begitu kental. Mereka melestarikan alam dan tidak bergantung terhadap benda modern. Aturan tersebut juga diwajibkan bagi para pendatang.

Hal inilah yang menjadi keistimewaan suku Baduy Dalam. Bahkan dipuji oleh Uday.

Dalam video tampak dua orang berpakaian adat Kanekes tengah membakar tiga unit motor.

"Lembaga Adat Kanekes begitu mengagumkan. Mereka konsisten menegakkan hukum. Apapun pelanggarannya dan siapapun pelakunya, diperlakukan sama di muka hukum. Itulah keteguhan para pengabdi, Urang Kanekes, Urang Baduy, para penjaga alam," ungkap Uday.

Baca Juga: 6 Potret Aglonema Harlequin yang Bikin Kita Yakin Harganya Tembus Ratusan Juta

Uday menambahkan, sebelumnya empat pemilik kendaraan bermotor telah diperingatkan. Mereka diberi kesempatan untuk tetap tinggal di Baduy dengan syarat menjual kendaraannya atau keluar dari Baduy.

"Si pelaku sudah berkali-kali diingatkan, diberi kesempatan. Kalau mau tetap di Baduy silahkan dijual untuk aset berupa pohon atau aset berupa huma," ujarnya.

Baca Juga: Malas Bersihkan 7 Barang Dapur Ini Setiap Hari, Nyawa Seisi Rumah Jadi Taruhannya

Lantaran tak mengindahkan aturan adat, tetua dan tokoh masyarakat Kanekes kesal dengan ulah warga tersebut. Lembaga adat telah menegur serta menasehati sekian kali.

Pada saat kejadian, Jumat (2/7/2021), warga yang telah diperingatkan berkali-kali itu melintas di daerah Cijahe dengan mengendari motornya.

Lembaga adat berhasil merazia dan menangkap enam pemilik kendaraan. Dua di antaranya mau mengikuti saran dari tetua adat. Sementara empat unit motor lain dibakar.

"Seperti menyinggung tokoh adat yang sedang kumpul berada di sana. Mencoba dihentikan tokoh adat, dua pengendara motor malah kabur. Dikejar dan akhir dapat. Makanya langsung diambil tindakan tegas. Razia dan dapat enam motor. Empat dibakar, dua unit lain dijual karena pemiliknya mengikuti saran tetua adat untuk tidak menggunakan sepeda motor," papar Uday.

Baca Juga: Pantas Jadi Rebutan, Ternyata Ini yang Bikin Gaji PNS Lebih Besar dari PPPK

Uday mengungkapkan, razia terhadap benda-benda dan perangkat teknologi, seringkali dilakukan di Baduy Dalam. Sedikitnya razia besar-besaran setiap setahun sekali.

"Dulu pernah juga ada razia chainsaw atau gergaji mesin. Diam-diam rupanya ada yang memiliki alat tersebut dan digunakan di tengah hutan. Namanya di gunung kan pasti suara deru mesinnya kedengaran. Langsung dirazia dan dibakar," kata Uday.

Baca Juga: Foto Pilu Bung Karno Hadiri Pernikahan Rachmawati, Wajah Bengkak Hingga Berstatus Tahanan

Generasi penerus Baduy Dalam saat beristirahat di jembatan akar dalam perjalanan mengantarkan tetamu

Ditambah lagi, kerap dijumpai pula penggunaan tape recorder, lampu, dan peralatan lain ditemukan di rumah warga. Bahkan termos untuk air panas di persinggahan rumah Jaro pun tak luput dari razia.

"Bayangkan penegakkan aturan di sana tidak pandang bulu kepada siapa saja," ungkapnya.

Saat ini yang paling dikhawatirkan oleh masyarakat adat Baduy ialah penggunaan telepon pintar berbasis android. Berdasarkan informasi yang dihimpun, terdapat 9.000 nomor ponsel teregister dengan nama masyarakat Baduy Luar.

Baca Juga: Nekat Bersepeda Selama PPKM Darurat, Anies Baswedan Ancam Lakukan Ini

Sekitar 6000 di antaranya dalam kondisi aktif. Dengan total penduduk masyarakat Baduy saat ini sekira 14.600 orang.

"Rata-rata kecil prosentasenya media sosial yang digunakan untuk menjual produk souvenir atau madu, lebih banyak untuk bermedia sosial, mulai dari berselancar YouTube dan TikTok," tutur Uday.

Baca Juga: Warga Satu Indonesia Nyesal Ikut Rebutan Susu Beruang, Ternyata Susu Jenis Ini Sama Ampuhnya Tangkal Corona

Fenomena tersebut sangat disayangkan. "Makanya saya pernah meminta kepada Bupati Lebak dan Kadiskominfo untuk menjadikan area Baduy menjadi blank spot. Sebab jika tidak dicegah, kekhawatiran saya orang Baduy akan punah satu generasi (terputus dari aturan adat)," paparnya.

Banyaknya penggunaan media sosial di kalangan masyarakat Baduy, bisa berdampak serius. Sebab tugas hidup orang Kanekes paling utama yakni bertapa atau Ngamandala, hidup di sebuah Mandala.

Baca Juga: Nekat Bersepeda Selama PPKM Darurat, Anies Baswedan Ancam Lakukan Ini

Suku Baduy berusaha menjaga adat untuk hidup sederhana dan berdampingan dengan alam. Sedangkan tugas warga Baduy Luar, untuk menjaga para pertapa.

"Mudahnya mengakses media sosial dan internet, menjadikan sebagian pemuda di Baduy membuka situs yang tidak baik. Akhirnya memicu persoalan sosial lain seperti kasus pemerkosaan yang pernah terjadi menimpa gadis Baduy. Belum lagi media sosial yang menonjolkan kecantikan perempuan Baduy di media sosial. Saya berpesan kepada konten kreator, jangan mengeksploitasi kecantikan perempuan Baduy," pungkasnya.

Baca Juga: Foto Bukti Limit Kartu Kredit Pertamina Rp 420 Miliar Bocor, Ahok Buka Suara

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya