Fotokita.net - Gedung Sate menjadi salah satu pilihan lokasi yang cocok buat ngabuburit. Terlebih lagi, tempat wisata hits Bandung ini menyajikan banyak spot foto yang estetik.
Gedung Sate adalah salah satu bangunan ikonik di Jawa Barat yang umurnya sudah lebih dari 100 tahun. Dikenal sebagai kantor gubernur Jawa Barat, gedung ini juga memiliki bagian yang didedikasikan untuk museum.
Museum terletak di lantai dasar gedung meski sebelumnya berada di lantai empat. Museum pun memiliki beberapa teknologi canggih guna membuat wisatawan semakin tertarik ke sana.
“Saat ini, Gedung Sate semakin canggih dengan kemajuan teknologi, beragam dokumentasi tentang sejarahnya pun dapat dilihat di Museum Gedung Sate yang dibuka sejak akhir 2017,” seperti tertera dalam unggahan Twitter @humasjabar beberapa waktu lalu.
Lalu, ada apa saja di Museum Gedung Sate yang harus diabadikan pemburu foto aesthetic saat berkunjung ke sana?
1. Media interaktif
Media Interaktif terletak tidak jauh dari loket pembelian tiket. Saat memasuki pintu menuju ruang pameran, kamu bisa langsung mengarah ke kanan.
Di sana, kita akan melihat sebuah layar besar. Melalui layar tersebut, kamu bisa melihat interaksi yang ditawarkan dengan menyentuhnya.
Saat menyentuh layar, kita bisa menggerakkan berbagai tipe pilar atau atap yang membentuk Gedung Sate. Namun, instalasi hanya dapat digunakan untuk beberapa hal terbatas.
Salah satunya adalah memilih kategori bangunan Gedung Sate, dan menggeser gambar ke kanan atau ke kiri. Kita masih belum bisa memperbesar gambar. Informasi yang disajikan juga terbatas dan tidak merinci.
Namun kita tidak perlu khawatir, seluruh informasi yang dibutuhkan tertera di dinding informasi ruangan. Ada juga pemandu yang siap membantu.
Baca Juga: Ide Ngabuburit di Bandung, Ini 5 Tempat Wosata Keren Dekat Gedung Sate
Media Interaktif menyajikan gambar 3D Scan Gedung Sate dan blueprint resmi gedung tersebut. Kita bisa melihat blueprint yang digambar dengan tangan pada zaman Belanda dulu.
Guna menggunakan Media Interaktif secara efektif, kita harus menggunakan lima jari agar layar sentuh bergerak dan menampilkan informasi yang dibutuhkan.
2. Miniatur gedung sate
Miniatur ini terletak di dekat tampilan atap sirap yang terbuat dari kayu ulin khas Kalimantan.
Letaknya di atas meja hitam dan dihiasi dengan lampu warna-warni. Jika miniatur sedang tidak dalam tahap perawatan, kita bisa melihat miniatur tersebut terbelah menjadi dua.
Hal ini dikarenakan miniatur memiliki garis lurus tepat di tengahnya yang menandakan bagian tersebut akan terbuka jika digerakkan.
3. Lihat visual perkembangan
Untuk melihatnya, kita bisa menuju ke sisi seberang replika sirine yang berfungsi sebagai penanda bahaya pada zaman dulu.
Instalasi ini merupakan sebuah meja timbul berwarna hijau yang memiliki layar untuk menampilkan video perkembangan Kota Bandung, serta pembangunan Gedung Sate.
Untuk Miniatur Kota Bandung, wisatawan akan melihat visual luas Kota Bandung pada 1920an, dan perkembangannya dari tahun ke tahun di atas meja tersebut.
Visual tersebut akan menampilkan gambar alun-alun dan jalan pertama yang ada di kota tersebut. Meski tidak interaktif, namun visual yang ditampilkan selalu bergerak.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Dekat Alun-Alun Bandung yang Cocok Buat Ngabuburit
4. Nonton film pendek
Ruangan ini terletak di lorong dekat ruang informasi. Saat memasukinya, pemburu foto akan disambut oleh ruang teater mini yang dilengkapi dengan beberapa undakan kursi.
Ruangan tersebut kerap digunakan untuk memutar sebuah film pendek berdurasi kurang lebih tujuh menit yang berjudul “7 Pemuda”.
5. Berinteraksi dengan animasi warga Belanda
Museum Gedung Sate kini memiliki fasilitas AR yang berada di dekat ruang audio visual.
Di sini, kita bisa berinteraksi dengan animasi yang terpampang di layar. Ruang AR memiliki beberapa properti seperti sepasang meja dan kursi, serta alat-alat yang digunakan untuk membangun gedung.
Dalam ruang berwarna biru itu, kita bisa melihat diri berinteraksi dengan animasi-animasi warga Belanda dan pekerja bangunan sembari memanfaatkan properti yang ada.
Jika berdiri tepat di depan meja, wisatawan akan melihat di layar bahwa mereka sedang berhadap langsung dengan orang Belanda.
6. Lihat Gedung Sate dari langit
Untuk melihat seluruh area Gedung Sate dari atas, pengunjung bisa menuju ke lantai depan ruang AR. Meski bukan instalasi interaktif, namun visual yang ditawarkan cukup menarik.
Kita bisa lihat awan-awan yang bergerak di sepanjang visual pemandangan Gedung Sate tersebut. Namun jika memiliki motion sickness, ada baiknya kamu melewati visual ini.
Baca Juga: Ngabuburit Seru! Ini 6 Tempat Wisata Keren Dekat Stasiun Bandung, Banyak Spot Foto Estetik
7. Naik balon terbang
Terletak tepat di sebelah ruang AR, wisatawan bisa menaiki sebuah replika balon terbang dan menggunakan kacamata khusus virtual reality (VR).
Saat menggunakan VR, wisatawan akan dibawa ke realitas alternatif dan menemukan diri berada di sebuah balon terbang sambil menyusuri seluruh area Gedung Sate.
Selama berada di dalam dunia VR, wisatawan bisa melihat kemana saja tanpa ada batas.
Bahkan, kita tetap akan berada di dalam sana meski sedang menengadahkan kepala ke atas, atau membalikkan badan.
Pemandangan yang wisatawan lihat melalui VR juga dapat dilihat oleh orang lain melalui sebuah layar kecil di dekat replika balon terbang.
8. Lihat lukisan keren
Salah satu lorong yang akan dilewati wisatawan saat hendak keluar dari Museum Gedung Sate dipenuhi oleh banyak lukisan menarik. Beberapa sudut memiliki lukisan Kota Bandung yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat.
Ada juga yang memperlihatkan makanan khas dan transportasi yang biasa dilihat. Lukisan yang terdapat di lorong tersebut dibagi menjadi dua sisi.
Sisi kiri memiliki banyak lukisan warna-warni, sementara sisi kanan lebih didominasi warna coklat.
Apabila kita tertarik untuk mencoba dan melihat seluruh hal menyenangkan tersebut, kita dapat mengunjungi Gedung Sate yang berlokasi di Jalan Diponegoro No 22, Citarum, Bandung. Harga tiketnya adalah Rp 5.000 per orang.
Baca Juga: Enak Buat Ngabuburit, Ini 5 Tempat Wisata Keren di Pusat Kota Bandung, Intip Potret Estetiknya
(*)